16 🔰 L

563 37 4
                                    

Hari ini gue mengawali pagi gue dengan senyum cerah. Beban pikiran yang kemarin nemplok di jidat gue seakan langsung lenyap saat Aldo mengajak gue ke DonatDong. Kemarin memang Aldo mengajak gue ke tempat favorit gue itu, dan tentu saja gue sangat bahagia karena Aldo mentraktir gue berbagai macam donat kesukaan gue.

Gue orangnya sederhana banget gi. Cuma di sodorin donat aja gue langsung bahagia. Gimana kalau gue di sodorin senyum manis setiap pagi gini? Ah bentar- bentar, gue tarik nafas dulu. Lihat senyumnya Aldo di pagi hari tuh bikin cacing di perut gue kepanasan. Dan tiba-tiba gue pengen beol saat ini juga.

Woy jangan salahkan gue dong. Salahkan nih si Aldo kutub alas yang punya senyum manis legit, selegit gue lapis. Duh sampai ngiler kan gue.

"Kenapa ngelihatinnya kayak gitu?" Seperti biasa Aldo bertanya dengan raut super datarnya.

Jadi pengen gue gibeng pake bibir nih cowok. Heran deh.

"Kagak elah Do. Lo makin ke sini kok makin datar aja sih muka lo? Gak capek lo punya wajah datar kayak gini?" Gue menarik pipi Aldo dan Aldo malah tertawa kecil.

Sumpah bor. Si Aldo kok makin cakep sih. Si alan. Si alan.

"Gue fine fine aja kok selama ini."

"Iya gue gak fine Do! Senep gue ngelihat wajah datar lo tiap hari."

Aldo menarik tangan gue lalu menggenggam tangan gue erat. Dan seketika gue pengen teriak karena saat ini Aldo tersenyum manis ke arah gue. Bahkan matanya menyorotkan sinar hangat yang menjalar sampai ke dasar hati gue.

"Apa gue harus senyum kayak gini biar lo gak senep lagi?"

Gue menggeleng kaku.

"Kenapa?"

"Lo... "Jantung gue mendadak oleng.

Si Aldo menyeringai manis, "Gue tambah cakep ya kalau senyum?"

KAMPRET KUTUB ALAS. KENAPA TEBAKAN DIA SELALU BENER SIH? DIA KETURUNAN DUKUN KALIMANTAN APA GIMANA?

BIBIR GUE UDAH GATEL PENGEN NYIPOK BIBIRNYA ALDO. YA ALLAH JANGAN SALAHKAN SUPENI! SALAHKAN BIBIR ALDO YANG NGAWE- AWE MINTA DICIPOK!

Gue mendengus jijik. Pura - pura tidak tertarik akan ucapan Aldo, "Ubin di wajah lo langsung retak Do kalau lo senyum kayak gitu!"

Kali ini Aldo tertawa, "Gak ada ubin di wajah gue Adinaya."

Gue meraih helm bergambar minion yang selalu gue pakai, "Ada. Cuma gue yang bisa lihat." Kata gue sambil mengaitkan pengunci helm, "et dah susah amat sih ini Do."

Tanpa di suruh pun Aldo segera membantu mengaitkan pengunci helem gue, "Gue tahu. Wajah lo saat ini juga banyak bunganya. Dan cuma gue juga yang tahu."

"SOK TAHU LO DO!" Sontak gue meninju perutnya Aldo.

Aldo pura-pura kesakitan, tangannya mengelus perutnya berulang kali, "Lo brutal banget sih? Anak perawan itu gak boleh teriak- teriak Adinaya."

Gue melipat kedua tangan gue di depan dada, " Sebodoh amat."

Aldo mulai menstarter motornya. Gue langsung naik tanpa diminta.

"Kalau gak laku gimana?"

"Apanya yang gak laku?"

"Lo lah."

"Kok bisa? Gara-gara gue suka teriak?"Aldo hanya mengangguk. Laki-laki itu sedang sibuk memakai helmnya.

"Kalaupun gue gak laku kan masih ada lo yang mau sama gue Do."

"Dih kata siapa?" Katanya sok jijik. Menyebalkan.

Gue langsung memukul punggungnya, "Jadi gak mau nih sama gue?"

Aldo tidak menjawab namun tangannya segera meraih kedua tangan gue untuk melingkari perutnya. Di belakang gue cuma mesem- mesem gak jelas dengan wajah menjijikan.

Setelah lama dan hampir terjebak macet di jalanan, akhirnya motor Vespa Aldo sampai juga di parkiran sekolahan. Rencananya hari ini gue mau interograsi si Linda, sahabat gue yang cuek tapi mendadak cerewet kalau gue ngeselin dia. Sebenarnya Aldo pengen dampingi gue takut-takut gue kelepasan apalagi kesurupan karena lepas kontol. Aldo memang lebay. Mana pernah gue kelepasan apalagi kesurupun. Di dalam tubuh gue kan sudah ada jin tomang, mana bisa jin- jin yang lain memasuki tubuh gue yang kecil mungil ini.

"Lo beneran mau minta penjelasan sama Linda?"

"Iya. Gue gak bisa menerima fakta hanya dari satu atau dua sumber. Gue butuh banyak sumber biar gue tahu mana yang jujur mana yang engak."

"Lo gak percaya ucapan gue?"

Gue memukul bahu kiri Aldo, "Gak usah lebay deh. Gue cuma mau fakta yang sebenarnya Do."

Aldo hanya mengangguk paham, "Semoga gak ada drama lagi ya? Gue capek!"

"Maksud lo?" Tanya gue heran.

"Ya maksud gue semoga Linda mau jujur sama lo. Gue gak mau nuduh dia sih, tapi gue juga tahu kalau dia deket juga sama Athan."

Gue semakin heran akan ucapan Aldo, gue berhenti persis di depan Aldo lalu menatapnya dalam, "Gue gak ngerti Do! Apa yang barusan lo omongin ke gue? Fakta apa lagi? Gue gak pernah denger ini sebelumnya."

Aldo hanya tersenyum tipis lalu mengacak-acak rambut gue gemas, "Gue cuma berharap Linda mau ngomong jujur ke lo Adinaya. Kalaupun penjelasan Linda beda sama penjelasan gue... " Aldo tersenyum tipis, "Gue harap lo akan tetap percaya sama gue."

Saat gue akan menjawab pertanyaan Aldo, tiba-tiba saja tubuh gue di peluk dari belakang oleh seseorang. Bau parfum yang cukup familiar langsung memenuhi indra pernafasan gue.

Gue menatap Aldo dan Aldo hanya menatap gue dengan wajah yang sulit untuk gue tebak.

"Honey kamu gak kangen sama aku?"

Jantung gue langsung mencelos.

"Hey berbalik dong, aku mau lihat wajah kamu. Ah jangan-jangan kamu masih syok ya kenapa aku bisa di sini sepagi ini?"

Tidak. Gue masih tidak merespon ucapannya karena pikiran gue di penuhi oleh wajah Aldo yang saat ini tersenyum kecil seperti biasanya. Namun jauh dari lubuk hati gue, senyum yang saat ini di tampilkan Aldo adalah sebuah senyum kepahitan yang berasal dari dasar hatinya.

Karena gue masih terdiam, laki-laki yang saat ini berdiri tepat di belakang gue pun membalikkan tubuh gue. Dan hal pertama yang gue lihat adalah senyum lebar dengan gigi gingsul yang dulu adalah menjadi senyum favorit gue.

"Hai?" Sapanya masih dengan senyum lebar.

Gue mendadak gugup.

"Athan?"

Athan mengangguk lalu kembali memeluk gue ,"Aku kembali sayang. Kamu gak akan sendiri lagi."

Gue tidak tahu harus berkata apa. Yang gue rasakan saat ini sangat ambigu bagi hati gue. Namun perasaan itu terlalu cepat berganti dengan persaan sakit saat gue melihat Aldo melewati gue yang sedang berada di pelukan Athan.

Laki- laki itu tidak menoleh. Bahkan dia tidak berniat menyapa sahabatnya yang pagi ini tiba-tiba datang. Kakinya semakin melangkah menjauh dengan punggung tegak yang tadi pagi sudah menjadi tempat perlindungan gue dari dinginnya angin pagi.

Aldo...

Long Distance RelationShit [END]Where stories live. Discover now