Chapter 13: Annabel

47 7 0
                                    

16 April 1898

"Kepada siapa pun yang menemukan surat ini, kemungkinan kamu kuat untuk membacanya, aku sudah meninggal. Tapi jangan berduka untukku, aku melakukan semua yang aku bisa. Aku selalu memilikinya dan akan selalu mencintainya, tapi aku bukan pahlawan dan jelas aku juga bukan orang yang suci. Aku takut kekosongan akan menelannya secara menyeluruh, dan
inilah pengakuanku".

≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈≈

Namaku Annabel, dan aku disini untuk memberitahumu sebuah cerita, saat aku membunuh orang gila.

Tidak ada yang menakutkan daripada melihat orang yang kau cintai berusaha membunuh dirinya sendiri. Kecuali melihat seorang pria yang sudah kau buat mencintaimu menjadi gila dan bahkan lebih gila lagi. Gambar-gambar itu selalu aneh, sulit bagiku untuk memahami bagaimana bisa seorang pria yang tampak manis, penuh kasih dan perhatian bisa membayangkan gambar-gambar yang tergores diatas buku yang terlupakan dari kitab Tuhan.

Terkadang aku melihat dia duduk sendirian di suatu sudut, pensil dan kertas di tangannya, mulutnya berbicara sendiri, tidak dibuat-buat, dan dia juga tidak sedang berdoa ataupun bersemedi membaca mantera, tapi disana aku merasa seperti sedang ada percakapan. Aku sangat ketakutan untuk mengganggunya. Dan seandainya dia sadar apa yang sudah dirasakannya, dia akan mengangkat bahu dan bilang kalau apa yang dia lakukan itu salah. Dalam pandangannya terlihat kalau realitas di dalam hidupnya perlahan-lahan menghilang.

Laki-laki yang aku cintai sudah tidak ada lagi di matanya. Aku sudah tidak bisa merasakan cinta yang pernah dimilikinya, cinta yang pernah dia berikan padaku, hatinya tertutup napsu liar seorang pembunuh. Tidak terlihat juga pandangannya sedikitpun, kecuali pikiran dan tatapannya yang beku. Dan ketika dia berbicara, sudah seperti orang gila, ia berbicara hal-hal yang tidak masuk akal tentang tujuh orang di sebuah kedai, malaikat cantik menyelamatkan nyawanya, dan seorang pria yang di sebut aktor merusak semuanya. Semakin jauh dan tidak jelas, semakin banyak perhatian yang aku tuju pada gambar-gambarnya. Gambar-gambar itu sangat mengganggu, terasa penuh kekerasan dan kesakitan.

Pada malam 16 April, setelah dia tertidur, aku memutuskan untuk memahami semua gambar yang ia buat, dan mencaritahu kenapa gambar-gambar ini sampai mengubah perilakunya menjadi begitu aneh. Penemuanku melumpuhkanku dari rasa takut. Pria yang aku cintai, dengan siapa aku telah berbagi hidup dengannya, dengan siapa aku tertawa, dengan siapa aku menangis, telah lama pergi, tenggelam dikuasai seorang maniak dalam fantasi mengerikannya.

Aku tidak membunuhnya, dia membuat dirinya menjadi tersesat, ia membiarkan maniak di dalam kepalanya sampai maniak itu mengambil kendali tubuhnya. Aku menyaksikan dalam keheningan saat penyakitnya mengalir ke halaman kanvas sialan itu.
Apakah ini salahku?
Apakah ada yang bisa aku lakukan untuk mencegah kegilaannya?
Pada akhirnya, haruskah aku menyalahkannya, atau menyalahkan diriku sendiri?
Apakah dia pernah berpikir kalau gambar itu akan mengambil alih sepenuhnya?
Apakah aku yang melakukannya? Tidak, pria itu berdiri menatap cermin di depanku, jelas bukan kekasihku. Terakhir aku melihat kekasihku semalam. Jika ia masih ada di suatu tempat di dalam pikiran gila ini, aku akan terkutuk kalau aku bisa menemukannya. Pria sialan itu berdiri disini, dia yang membunuh pikiran kekasihku dan mencuri semuanya yang aku cintai. Dia adalah bajingan gila yang melarikan diri dari halaman dan menemukan perlindungan di dalam pikiran seorang seniman, sampai dia mengambil kendali tubuhnya untuk dijadikan boneka dalam kejahatan. Dia yang sudah membuat kekasihku lupa pada segalanya, menjadi tak terkontrol, dan hilang akalnya, bahkan dia berhasil mempengaruhinya untuk membunuhku.

Aku mencintainya, aku sangat mencintainya. Darah tumpah bercucuran sebagai tinta yang menetes dari kuas. Halaman ditinggalkan, seniman yang tersesat, kanvasnya kini melukis kematiannya sendiri, dan pada akhirnya? Aku menghentikan perbuatan gila The TheSpian terhadap kekasihku, dengan pisau yang aku pegang di tanganku.

Malam itu fikiranku sudah gelap, aku telah menjadi Rusalka. Aku tidak lagi diriku. Kejahatan indah menjalari pembuluh darahku dan aku melihat begitu jelas apa yang perlu aku lakukan. Ketika kau berbaring, tidur nyenyak, aku menulis perpisahan terakhir dan mencium pipimu.

The Artist, kekasihku tersayang, maaf, pisau ini memaksaku untuk melakukan ini, aku tidak ingin melihatmu terus berada di dalam kesesatan bersama seorang maniak. Aku akan selalu mencintaimu apa pun yang terjadi, bahkan sampai kita seperti ini.
Pisau terasa begitu ringan di tanganku.
Maafkan aku sayang.
Maafkan aku.

Tidak lagi Fatima, Dewi, dan cahaya,
Ia sudah menjadi Rusalka, setan malam.

"Jika kamu tidak percaya kata-kata yang telah aku tulis mungkin kamu bisa percaya, lihat saja di dalam jurnal di meja samping tempat tidur

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


"Jika kamu tidak percaya kata-kata yang telah aku tulis mungkin kamu bisa percaya, lihat saja di dalam jurnal di meja samping tempat tidur. Ketahuilah kalau aku mencoba, tolong ketahuilah kalau aku mencintainya, aku akan selalu mencintainya. Hormat, dan damai. Annabel".

Ia meletakan kembali tinta itu kedalam pena, tersenyum sendiri, dan naik ke tempat tidur.

Semuanya sudah berakhir.

The Emptiness (Berakhir)Where stories live. Discover now