Kakiku Tergelincir

71 10 0
                                    

Dia telah membunuh Annabelku, sekarang aku tahu lebih banyak. Aku harus mencaritahu kenapa dia membunuh Annabel, dan kenapa dia membiarkan aku hidup. Mungkin ini permainan untuknya. Apapun yang terjadi, pria itu pembunuhnya. Dia harus membayar atas semua yang sudah dilakukan, untuk cintaku. Duduk disini di bawah hujan telah membawaku pada pencapaian yang sebenarnya. Aku harus bangun dari berlutut dan aku harus mengingat orang yang sudah memulai mimpi buruk ini. Aku tidak akan beristirahat sebelum menemukannya.

Langit malam terasa seolah-olah tidak pernah terang. Dengan rasa balas dendam yang menarikku, aku akan mengingat dan melanjutkan pengejaranku.

"Tapi apa yang aku kejar?"
"Apa aku benar-benar mengejar seseorang sekarang?"
"Atau aku hanya menenggelamkan diriku dalam dendam agar aku bisa menghindari kebenaran yang mengerikan?"

Aku telah kehilangan hal yang sudah membuatku benar-benar hidup.

"Apa tanganku bertanggung jawab?"
"Atau tangan orang itu?"
"Siapa dia?"
"Siapa orang gila yang berada dipikiranku malam ini?"
"Aku bersumpah, aku pernah melihat wajah itu sebelumnya"
"Aku tahu, aku pernah melihat wajahnya"
"Bahkan jika orang itu sudah kutemukan dan aku langsung membunuh"
"Apa gunanya?"
"Itu tidak akan membawa kembali Annabel".

Membunuhnya tidak akan menghapus segalanya, dan gadisku tidak akan muncul seketika dari makamnya di basement. Sebuah makam yang aku bertanggung jawab soal itu. Hanya ada satu solusi yang jelas. Aku harus pergi seperti Annabel. Aku harus bergabung dengannya disisi lain.

Butuh waktu satu jam untuk kembali ke kota. Berada disini lagi merasa seperti kembali ke tkp. Udara terasa tebal sehingga sulit untuk bernapas. Setiap orang yang lewat mengisi diriku dengan kemarahan. Begitu banyak yang tersenyum, begitu banyak kebahagiaan. Neraka!, pada saat ini aku akan puas dengan kepuasan atas kekacauan yang telah terjadi di hidupku. Disaat aku datang dan disaat aku pergi, disertai dengan dorongan untuk mengeluarkan pisau dan pembantaian ke seluruh kota.

Jika aku ingin mati,

"Kenapa aku tidak bersenang-senang dulu saat aku keluar dari pintu?"

Bercak-bercak darah tentu akan menghiasi kota.
Tanganku terasa sakit, kemudian aku sandarkan ke tiang lampu jalan. Seorang pejalan kaki yang tidak curiga terhadapku lewat didepanku, dan aku hampir merasakan sensasinya lagi.

Aku kehilangan fokus. Aku harus ingat Annabel, sentuhannya, senyumnya, napasnya. Aku harus fokus pada dirinya dan cinta kami yang saling berbagi dalam hidup, dan pengalaman kematiannya. Tapi jika aku memutuskan untuk mengakhiri hidupku,

"Siapa yang mengingatku?"
"Apa ada yang mengingatku?"
"Jujur, siapa yang peduli?"

Tidak ada perkara tanpa Annabel.

Aku tersandung lelah dan kalah di gang. Aku jatuh ke lututku dan melihat kearah langit. Aku sudah siap. Aku tahu, tempatku bukan disini bukan dibumi tanpa dia. Tapi di surga, disampingnya. Keringat di wajahku dan tanganku gemetar.

"Aku mohon, bisakah kalian alihkan pandangan kalian dariku?"
"Tidak ada yang tersisa yang mau berbicara kepadaku"
"Apakah aku bisa melalui ini?"
"Untuk lebih baik, lebih buruk. Ingat aku selamanya".

Aku menarik pisau dari sarungnya dan perlahan-lahan membawa ujung pisau ke tenggorokanku. Sama seperti aku menemukan hal-hal ketika aku berjalan jauh, wanita dari cermin muncul, kemudian semua pikiran balas dendam, kematian, dan kesalahan tampaknya mulai lenyap.
Selama ini aku benar.
Wanita dari cermin itu adalah Annabel.

Wanita dari cermin itu adalah Annabel

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
The Emptiness (Berakhir)Where stories live. Discover now