"Oh, sorry. Terus dia-"

"Huee... pacar saya mas! Pacar saya itu... hiks..." Belum selesai pertanyaan Daniel terlontar, lelaki manis itu menangis lagi. Semua orang melirik kearah mereka berdua, mengira Daniel melakukan hal yang iya-iya ke pria dihadapannya. Pria bersurai keabuan itu panik seketika. Nggak lucu kalau nanti dia diciduk dan dikira pedofilia...

"Mas udah ya, saya-"

"Sayha tuwh shayhang dyia taphi... taphi.. huwaa..." Daniel makin bingung, mana pria ini ngomongnya jadi ikutan ngelantur lagi. Gulungan tissue itu juga makin lama makin menipis akibat si pria manis memakainya nggak tau aturan. Usaha Daniel untuk menenangkannya juga rasanya sia-sia aja, yang akhirnya mengantar Daniel untuk mengajak pria itu pergi saja dari café. Malu lah kalau nangis sambil dilihatin begini.

"Udah ya mas, disini rame. Kalau mas butuh teman cerita, mending keluar aja, ya Mas?" Ajak Daniel. Untungnya, pria itu setuju. Iya, setuju dengan begitu gampangnya. Mungkin dia emang segitu butuhnya teman bicara. Tuh kan, Daniel jadi makin kasihan.

Dan pilihan tempat untuk bercerita pun jatuh ke taman kota. Hari ini bukan malam minggu, jadi agak sepi disana. Daniel dan si pria yang belum ia kenali itu pun duduk bersebalahan di salah satu bangku.

Pria itu pun memulai kembali ceritanya setelah mengelap ingusnya yang tadi bergelantungan indah.

"Jadi, dua tahun yang lalu, saya jadian sama cewek saya yang saya kenal dari facebook, dia baik mas, waktu itu saya masih jelek, item, masih aja dibilang ganteng. Terus katanya dia lulusan perguruan tinggi yang bagus, kerjanya mapan..."

Hmm, Daniel mulai paham. Dari sini aja udah ada bau-bau penipuan. Untung bukan penipuan arisan. Apalagi paket umroh.

"Tapi mas udah ketemu dia?" Tanya Daniel penasaran. Pria yang masih sesegukan itu menjawab kembali.

"Nah! Itu! Itu dia masalahnya!" Katanya menggebu-gebu sambil mengusab air matanya yang masih keluar, "masalahnya, waktu itu saya mau ngajak dia ketemuan... Biar dia itu tau kalau saya serius sama dia..."

"Iya, terus?"

"Terus, Mas..." Sebelum melanjutkan ceritanya, lelaki manis itu teringat sesuatu, "Oiya mas siapa tadi namanya? Kita belum kenalan..."

"Kang Daniel. Kalau mas sendiri?"

"Saya Ong Seongwoo... Ong lo mas, bukan Gong!" Ujar pria Ong itu mantab. Daniel terkekeh kecil. Aish, kenapa ada ya yang tega nipu pria semanis ini? Daniel jadi herman. Kalau mau nipu pilih-pilih dulu kek, yang agak jelekan dikit. Nipu kok orang ganteng, mending disikat lah daripada ditipu!

"Nah, setelah itu, dia bilang saya harus ke café ini kalo mau ketemu dia. Tanggal sepuluh dia mau kesini..." Terang Seongwoo kembali dengan tangisan yang mulai mereda.

Daniel... tiba-tiba merasa déjà vu. Tanggal sepuluh? Café tadi? Kok sepertinya dia melupakan suatu hal.

"Tapi dia kesini?" Tanya Daniel kembali, dia semakin penasaran setelah mendengarkan cerita Seongwoo yang terdengar tidak asing. Seongwoo menggeleng kencang dan mulai sesegukan, menangis lagi.

"Masalahnya... nggak mas! Hwaaa..." Tangisan pria itu lumayan kencang, cukup kencang untuk membuat orang-orang yang agak jauh dari mereka untuk melirik. Orang-orang itu mulai saling berbisik, mengira Daniel melakukan hal yang nggak wajar ke pria bersurai hitam itu. Waduh, Daniel masih mau wisuda lo ini! Ya kali nasibnya benar-benar berakhir di headline koran sebagai pelaku tindakan pencabulan. Astaga!

"Eh, eh, jangan nangis dulu mas... Selesaiin dulu ceritanya..." Daniel berusaha menenangkan si pria, mengusab-usab kedua pundaknya yang sedikit lebih pendek dari tubuh Daniel itu. Tapi bukannya makin tenang, Seongwoo malah melepaskan tangan Daniel dari tubuhnya yang kurus dan mulus itu.

"1K Followers" Event [OngNiel]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora