23. Terbiasa

2.4K 159 0
                                    

Alesya menuruni anak tangga, sehabis rapat OSIS tadi membuatnya haus karena tak habis-habis menyuarakan pendapat. Ya, gadis ini sangat aktif di organisasi. Matanya melihat ke sekitar, namun tujuan pertama yang ia lihat adalah ke pos penjaga, biasa pemuda itu menunggunya disitu. Tapi, tidak ada.

Ia keluar melintasi pagar. Ternyata ada di depan situ, sedang berbicara dengan pemuda lain yang Alesya bisa tebak adalah teman sekelasnya juga.

"Duluan, bro. Sukses!" kata pemuda itu seraya pergi bersama motornya. Alesya menghampiri.

"Udah?" tanya Riski sambil menghidupkan mesin motornya. Alesya tak menjawab. Diam sejenak dan menjauhi Riski sambil berjalan menuju warung dekat sekolahnya.

"Et, bocah, ya," decak Riski melihat gadis itu tak bilang-bilang pergi ke warung, tiba-tiba sudah berada di sana. Alesya kembali dengan dua botol pulpy orange-nya. Kemudian diberikan satunya kepada Riski. Pemuda itu agak tersentak.

"Paan nih?" tanyanya bingung. Alesya memaksa memberikan.

"Dah minum aja, gue tau lo abis ngoceh-ngoceh tadi jadi haus, 'kan?" tuding Alesya ngasal. Pemuda itu menerimanya. Alesya duduk sebentar dibangku panjang yang tersedia didepan sekolah, untuk meneguk pulpy-nya. Pemuda itu jadi mengikuti.

Karena sadar diri takut merepotkan Alesya bergegas untuk segera naik kemotor Riski.

"Bentar, ini nggak beli mie ayam dulu?" tanya Alesya polos. Pemuda itu jadi tertawa. Alesya jadi ikut menyengir melihat reaksi pemuda itu geli. Selanjutnya segera Alesya menaiki jok belakang Riski.

Ah, semua terasa lebih bisa karena biasa. Alesya benar-benar sudah berhasil melalui masa-masa bertopengnya, setelah kini sudah bisa bersikap layaknya Alesya yang non-jaim.

                            

----

An:

Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.

ALESYA [SELESAI]Where stories live. Discover now