12. Almet Ijo Army

3.2K 215 0
                                    

Langkah Alesya tergesa-gesa, beberapa kali melihat ke arah langit, berharap pada langit jangan hujan terlebih dahulu sebelum sampai rumah.

Namun, nyatanya harapan tidak sesuai dengan kenyataan. Gerimis mendaras. Bahkah hujan yang turun. Alesya panik, terus berjalan hingga mencari tempat berteduh.

"Duh, dimana, ya?" gumamnya kebingungan.

Tiba-tiba dari belakang, ada seseorang datang sambil membentangkan sesuatu di kepala Alesya untuk melindungi kepala gadis itu dari hujan —yang kemudian jadi bersisian. Alesya mendongak penasaran. Lebih tepatnya almet angkatan yang dibuat setahun lalu oleh seluruh angkatan Alesya digunakan pemuda itu untuk melindungi kepala mereka. Karena Alesya kenal dengan warna almet tersebut jadi menoleh. Kaget atas siapa pemilik almet tersebut.

"Ayo, sini!" ucap pemuda itu sambil menarik lengan Alesya untuk berteduh.

Keduanya berjalan ke arah ruko-ruko yang tutup sebagai tempat berteduh. Alesya sudah basah kuyup, tak perduli lagi bagaimana bentuk wajahnya. Bahkan almet pun sempat berubah fungsi menjadi payung, malah kini kondisinya seperti baju basah. Kini posisi almetnya berada di tubuh Alesya.

Ah, Alesya jadi tidak enak dengan pemuda ini.

Tidak ada obrolan yang keluar dari keduanya. Alesya masih mengatupkan bibirnya. Pemuda itu masih diam memandangi jalanan yang sudah terbasahi air hujan.

"Ki?" gumam Alesya besuara.

Pemuda itu menoleh.

"Jangan maksain pulang kalau hujan," ketusnya terlebih dahulu.

Alesya mengernyitkan dahinya. Tak paham. Kenapa ia jadi otoriter seperti ini?

"Kalau nggak gitu, kapan sampe rumahnya?" balas Alesya.

"Kan bisa neduh di sekolah dulu. Tau gitu kan bisa bareng gue," ucapnya menoleh ke Alesya.

Alesya masih diam menganga.

"Tadi gue nggak tau kalo lo udah balik duluan, posisi gue lagi ke fotokopi ngambil print-an. Pas ke kelas ambil tas niat ambil motor karena gue markir di depan, ngeliat lo lagi ke gerimisan......" lanjut Riski bercerita serius.

"....dan sekarang lo sama gue kejebak ujan. Gue jadi ngerasa bersalah," tambahnya.

"Ha?" gumam Alesya yang tak paham maksud dari kalimat terakhir.

Alesya jadi diam sejenak, berpikir kembali apa yang ingin ia sampaikan atas selama ini yang ia rasakan.

"Tapi, Ki, gue yang emang nggak terlalu kenal lo, nggak pernah ngomong kalo di sekolah, papasan beberapa kali yang cuma bisa noleh gitu aja. Tapi, lo udah banyak baik sama gue, malah gue yang ngerasa bersalah nyusahin lo terus," kata Alesya jadi merunduk.

Mendengar ucapan Alesya barusan Riski jadi mendekatkan posisinya ke samping Alesya. Mengacak rambutnya asal dan tertawa kecil. Lucu sendiri mendengar dia bicara dengan nada bersalah seperti itu.

"Jangan ngomong gitu," balasnya.

Alesya menoleh tidak enak padanya. Dibarengi gerimis yang mereda juga senyuman dari keduanya saat melihat ke depan.

"Pulang sama gue, ya? Kalo nggak, nanti lo bisa kehujanan lagi," ucap Riski seraya berjalan kembali.

"Tapi almet lo, kan udah basah gini?" tanya Alesya takut-takut.

"Udah, bawa aja. Besok balikin," jawabnya berjalan menuju parkiran.

Kemudian Alesya mengekori di belakangnya.




a/n:
Maaf ya, untuk temen-temen sekolah ku yang udah baper karena di cerita ini sang tokoh pake nama kamu atau nama temen kamu WKWKW iya, kok. Benar, namanya sama. Tapi, tokoh tersebut bukan sesungguhnya kamu:')))

oppa udah baca cerita aku belom, kamu kemaren nanyain tips aku nulis cerita kaya gimana hahaha.

ALESYA [SELESAI]Where stories live. Discover now