10. Buaya I

3.6K 240 3
                                    

Pukul empat sore, Alesya dan Bagas baru saja pulang dari Universitas yang mengadakan lomba untuk menyerahkah berkas persayaratan. Saat melintasi gerbang lapangan sekolah yang dipenuhi dengan anak futsal yang sedang berlatih. Ia baru ingat hari ini futsal latihan.

Buru-buru Alesya belokan langkahnya menuju koridor.

"Sini aja," kata Alesya sambil menarik lengan Bagas.

Alesya jalan sambil melihati anak-anak futsal, kalau futsal hari ini latihan pasti Reyhan juga latihan, Alesya jadi tenang bisa nebeng pulang padanya.

Lalu, soal ajakan Reyhan ke Twenty Four bagaimana kalau ternyata Reyhan futsal dan Alesya ekskul?

Keduanya memasuki ruangan ekskul yang sudah di isi oleh junior-junior yang sedang berlatih paduan suara.

Dilihatnya Alesya dan Bagas, Kak Roy sudah datang segera mereka mencium tangan Kak Roy.

"Eh, udah Gas?" tanyanya pria berambut gondrong yang dikuncir itu.

"Udah, tapi H-7 harus balik lagi buat technical meeting," jawabnya sambil duduk di depan Kak Roy.

Kak Roy mengangguk, mengiyakan.

Kemudian seruan Kak Roy membuat anak-anak membuat formasi letter U dengan tingkatan alto di depan sopran di tengah dan bass di belakang.
Semua berlatih. Dua lagu daerah yang dipilih yang dijadikan lagu wajib.

Namun saat penghabisan lagu, panggilan suara yang berasal dari hp Kak Roy membuat Kak Roy izin keluar untuk mengangkat telpon.

Mereka jadi berhamburan ke sekitar kelas, ada yang selonjoran di dua kursi, menaruh dagu di meja, melanjutkan makan martabak telurnya, atau Alesya yang iseng-iseng mengambil gitar untuk belajar chordnya Perfect - Ed Shareen.

Bagas mendekat. Menoleh sebentar lalu membenarkan posisi jari yang terletak salah. Alesya yang kaget jadi menoleh.

"Eh," Alesya bergumam kaget.

"Kenapa, Al?" tanyanya.

Alesya menggeleng. Namun berhasil memetik senar dengan nada yang tepat setelah dibenarkan oleh Bagas.

"I see you future in your eyes, maybe I'm dancing in the dark with you between my arms, bear foot on the grass, listening to our favorite song," Alesya fokus menyanyikan lagu tersebut. Seolah tak menganggap ada Bagas disisinya.

"When I saw you in that dress, looking so beautiful, I dont deserve this darling you look perfect, tonight," Ia berhenti benyanyi.

"Pacar lo siapa sekarang?" Namun suara ini yang membuat Alesya menoleh jadi lebih terkejut.

Ia mengernyitkan dahinya.

"Zyan Malik, kenapa?"

Bagas tersenyum kecil jadi membalas recehannya Alesya.

"Gue Zayn Malik, berarti lo pacar gue," jawabnya.

"Yeuuu hordeng kopaja."

Keduanya tak bersuara.

"Gue telat ya nanya ginian ke lo sekarang?" tanya Bagas masih penasaran.

"Apaan sih, mens lo pake telat segala," Alesya jadi menatap malas Bagas.

Ingin segera berdiri dan pergi namun Alesya masih punya hati.

Kenapa sih, kenapa masih aja?! Kemaren kemana aja, udah kayak gini abis kena azab baru mohon-mohon ke gue, batinnya berteriak.

"Kalo gue mau kayak dulu, gimana?" yang ini membuat Alesya menggigit bibir bawahnya melampiaskan rasa kesal.

KAYA DULU GIMANA SETAN?!! DULU LO CUMA JADIIN GUE FANATIK LO YANG MUJA-MUJA LO, BANGGA-BANGGAIN LO GITU? ABIS ITU JADIANNYA BUKAN SAMA GUE, GITU??!! SAT.

"Kayak paan dah, kayak buaya?"

Namun Alesya bersyukur sosok Kak Roy kembali memasuki ruangan membuat Alesya dan yang lain segera membentuk formasi seperti tadi meninggalkan Bagas yang mendecak kemudian segera berdiri.
              

Alesya sedang duduk di depan koridor IPS 1 yang mengarah ke lapangan. Sambil menunggu Reyhan dan anak-anak futsal yang terlihat sedang berdoa. Sambil beberapa kali melihat jam tangannya. Sudah jam 5 sore.

Kemudian anak-anak futsal berhamburan pergi. Alesya melihat Reyhan berlari menghampirinya komplit masih menggunakan jersey Arsenal dan keringatnya juga.

"Han, ini berarti nggak jadi Twenty Four soalnya kan lo sama gue lupa ada ekskul," kata Alesya memelas.

"Jadi Al, gue kan udah janji," jawabnya masih terengah dan duduk disebelah Alesya.

"Beneran lo?" tanyanya tidak percaya.

"Iyaa ettt," jawabnya geregat sambil menjejalkan bekas keringat ke pipinya. Namun Alesya cepat-cepat menjauh.

"Jorok lo!" keluh Alesya.

"Bentar, gue ganti baju dulu, tunggu sini aja," ucapnya segera mengambil tas miliknya yang berada disamping Alesya.

"Jangan lama-lama tar gue diculik buaya ijo," katanya melihat Reyhan yang sudah melangkah.

Bagas yang melihat Alesya sendirian setelah pemuda itu pergi jadi menghampiri. Mengangguk mulai paham soal kejadian yang tadi diekskul.

"Al," sapanya.

Alesya tekejut jadi menoleh, "Kenapa?"

"Jadi itu alesan lo ngeles tadi," katanya membuat Alesya jadi meliriknya nanar.

NGELES APA ANJIR GUE EMANG GINI SETANN!!

"Paan ngeles? Bajai?" tanyanya asal.

"Soal pacar," Bagas berusaha untuk berbicara serius tapi Alesya menjawab dengan recehannya.

"Ya iya, si Zyan Mal—"

Bagas memotong ucapan Alesya dengan cepat.

"Al, gue serius," ucapnya kepada Alesya sambil menatap matanya dengan serius.

Alesya jadi menoleh, enggan melihati balik. Sudah muak kalau membahas soal yang dahulu. Namun, beda lagi kalau soal ekskul masik. Ia harus bisa profesional.

Alesya jadi diam. Jadi malas lagi membahas yang sudah lalu. Apalagi dengan Bagas yang sudah setahun lalu. Cih.

TINNNNN

Klakson Reyhan yang mengagetkan, membuat Alesya bersyukur dan segera bergegas pergi.

"Gue udah males bahas ginian. Gue duluan," ucap Alesya langsung meninggalkan Bagas.

Bagas merundukan tatapannya. Merasa sesak dan tak punya harapan.

Juga pemuda di 11 IPA 3 yang merasa terlambat, melihat cewek itu sudah diboncengi oleh orang lain.
                  

An:
Enjoy my story? Let's give me vote and comment:)

ALESYA [SELESAI]Where stories live. Discover now