[16] : Penakluk Bayangan

6.4K 1.2K 66
                                    

TIDAK BOLEH ADA YANG MENDEKATI KANDANG MEDVED SETELAH MATAHARI TERBENAM!

Begitu salah satu peraturan yang ada di kastil Speranta. Karena katanya, kekuatan Medved akan menjadi dua kali lipat saat matahari terbenam.

Maka dari itu, mereka yang bertugas mengurus kandang Medved selalu membersihkan kandang hewan itu di pagi atau siang hari. Mereka masih sayang nyawa, tentu saja.

Tidak ada yang bisa menjinakan Medved, yah kecuali mereka yang memiliki kemampuan tinggi, seperti mendiang Master Draco yang berhasil menangkap satu Medved beberapa puluh tahun lalu di hutan kabut.

Ken, membuka gerbang besi berujung tajam yang menjadi pintu masuk ke kandang Medved tanpa ketakutan. Bahkan saat menyebrangi lapangan berumput menuju pintu ganda kayu, Ken tidak terlihat takut.

Menjemput kematiannya sendiri, Ken tidak pernah takut mati untuk keluarganya. Untuk Arsen, untuk pengkhianatan yang Arsen tuduhkan padanya. Dulu, saat di Lacnos, Ken pernah sekali melihat seorang prajut di jatuhi hukuman mati karena berkhianat dan membocorkan rencana penyerangan pada lawan mereka.

Saat itu, Ken masih kecil, dia sempat bertanya pada ayahnya yang saat itu menjadi panglima perang juga.

"Ayah, kenapa dia dilempar ke perapian?"

"Karena dia berkhianat pada keluarganya, pada kita."

"Apa setiap pengkhianat akan mengalami hal seperti itu?"

"Iya nak, karena kematian adalah satu-satunya hukuman terbaik untuk menebus dosa pengkhianatan."

"Aku tidak akan pernah mengkhianati keluargaku ayah, aku bersumpah."

***

Arsen, baru saja akan kembali ke kamarnya. Barusan akhirnya dia pergi ke ruang kesehatan untuk mengobati lukanya. Arsen memikirkan temannya, Ken. Arsen tahu, kata-katanya pada Ken sudah keterlaluan. Tidak seharusnya Arsen bersikap seperti itu pada Ken, tidak seharusnya juga Arsen menyebut Ken sebagai pengkhianat, karena kata-kata itu sangat sakral bagi sukunya.

Arsen bermaksud kembali ke kamar untuk meminta maaf pada Ken, setidaknya minta maaf untuk kata-katanya yang kasar, tapi tidak dengan kemarahannya tentang Maxime.

"Arsen!"

Arsen sedikit limbung saat tiba-tiba saja teman-temannya berlari ke arahnya, bukan hanya mereka, namun anak-anak yang lain juga berlarian keluar, menuju lorong barat yang jarang dilewati karena lorong itu mengarah ke kandang Medved.

"Ada apa? Kenapa semua orang berlari ke sana?" tanya Arsen bingung sementara wajah teman-temannya yang lain sudah gelisah.

"Ken masuk ke kandang Medved!"

"Apa?!" Seolah jawaban Axel barusan adalah lelucon, Arsen malah tertawa. "Kalian bercanda ya?" namun tidak ada satupun dari mereka yang tertawa, yang ada hanya mata penuh kecemasan, dan gurat kegelisahan.

"Tidak mungkin." Arsen menggeleng panik, kemudian berbalik arah, berlari ke lorong barat, menyeruak kerumunan anak-anak yang masih menjejal lorong untuk melihat ke kandang Medved.

Arsen panik, dia menyalahkan dirinya sendiri, juga Ken dengan kebodohannya. Dia tahu kenapa Ken melakukan hal gila itu, dia tahu kenapa Ken nekad masuk ke kandang monster itu. Arsen seharusnya tahu arti perkataan Ken sebelum pemuda itu pergi. Arsen mempercepat larinya, mendorong beberapa anak yang menghalangi jalannya.

Constantine #1 : Perkamen Suci Lacnos ✔Where stories live. Discover now