[1 ] : Datangnya Werewolf

13.3K 1.6K 162
                                    

Axel, tidak henti - hentinya mengumpat dalam hati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Axel, tidak henti - hentinya mengumpat dalam hati. Mengeluarkan kata - kata kasar dan makian untuk River yang berjalan di sebelahnya. Dia yakin betul, River bisa mendengar suara pikiran Axel, karena setiap vampire tentu saja bisa membaca pikiran orang lain.

Tentu saja, River adalah satu diantaranya. Buktinya, dia mendelik pada Axel yang terus menatap ke punggung tegap Cedrik yang berjalan di depan mereka.

"Bisakah kalian menghentikan kata - kata kasar di dalam kepala kalian itu ? sungguh, kekanak-kanakan sekali." suara Cedrik memecah keheningan saat ketiganya berjalan di koridor, menuju menara utama, tempat tinggal Cedrik berada.

Sial! mereka lupa kalau Master baru mereka ini juga bisa membaca pikiran, percampuran dari darah setengah vampire dan setengah dewa, tidak akan pernah mengecewakan.

Pintu besar dengan ukiran burung Pheonix sebagai ukiran utama itu terbuka dengan sendirinya, bahkan tanpa Cedrik sentuh. Membuat decak kagum Axel dan River.

Cedrik duduk di bangku kebesarannya, sebuah bangku seperti milik raja dengan ukiran-ukiran dan membentuk mahkota di ujung atasnya. Cedrik menanggalkan jubahnya, menyampirkannya pada pegangan bangku, kedua tangannya terlipat di perutnya. Menatap tajam pada kedua anak yang kedapatan melakukan pelanggaran malam itu.

"Jadi, bisa kalian jelaskan, apa yang kalian lakukan di luar sana? di jam malam seperti ini?"

Axel dan River saling melirik, lalu menyikut satu sama lain. "Apa perlu aku beri kalian poistitate agar mau buka suara?" Ancaman Cedrik membuat kedua anak itu meringis ngeri, mereka tahu betul bagaimana reaksi dari ramuan untuk membuat seseorang berkata jujur, karena racun tetaplah racun, ramuan itu akan membuatmu menderita sampai kau mengatakan yang sebenarnya. Dan Axel tidak mau meminum itu. Tidak malam ini.

"River!" Axel menunjuk pada River, "Dia yang mengajak ku keluar Master."

Damn you Axel!

"Oriver! Jangan mengumpat seperti itu, di ruanganku." Lagi, Cedrik bisa membaca pikirannya.

River mendesah kesal, "Baiklah Master, aku mengaku bersalah." Tidak ada gunanya menyembunyikan segala pikirannya untuk berbohong dari Cedrik. Tatapan mata berwarna emas itu seolah menelanjangi River dan Axel.

Cedrik tersenyum miring, "Aku tidak menyangka, kau cepat sekali mengaku, River? padahal aku tahu, kau bukan orang yang suka mengaku kalah."

Nah kan! Cedrik tahu semua tentang River. Bukankah orang di hadapannya ini sangat menakutkan ?

"Kami hanya ingin bersenang - senang sedikit, Master." Axel angkat bicara.

"Dengan melanggar peraturan? Begitu? Apa kalian sudah cukup kuat kalau-kalau kalian bertemu musuh di luar?"

Kedua pemuda itu menunduk, Cedrik benar, mereka tidak memikirkan hal itu. Yang ada di otak mereka hanya bersenang-senang. Sangat anak muda sekali, untuk dua orang half blood berusia ratusan seperti mereka.

Constantine #1 : Perkamen Suci Lacnos ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang