[15] : Half Were Wolf vs Son Of Hades

7.3K 1.2K 126
                                    

Gladiator Arena, sore itu sudah dipadati oleh mereka yang berada di kelas sebelas. Tidak seperti biasanya, sore itu mereka diharuskan berada di Gladiator Arena karena hari itu mereka akan mengikuti ujian ketangkasan bersenjata bersama Benjamin, putera Ares yang biasanya melatih mereka pedang dan pertarungan.

Benjamin ingin mengukur, sampai dimana kemampuan mereka dalam menghadapi musuh, dan apa saja yang sudah diserap oleh murid-muridnya selama ini. Walaupun kalau boleh jujur, sebenarnya tidak banyak yang benar-benar mengikuti kelasnya secara serius selama ini, rata-rata hanya mengikuti hanya untuk mendapatkan nilai tambahan untuk mereka. Banyak yang masih berpikiran kalau mereka bisa mengandalkan sifat alamiah mereka tanpa harus bersusah payah belajar memegang pegang dan bertarung seperti ini.

"Kau yakin mau ikut ujian ini, Arsen?" Ken yang berdiri di samping Arsen terlihat sedikit cemas. Pasalnya, temannya itu baru saja keluar dari ruang kesehatan, dan sekarang ngotot ingin ikut ujian.

"Ken, kau sudah menanyakan hal itu berkali-kali. Jawabanku tetap sama." Arsen merotasikan matanya jengkel.

Hey, dia tidak selemah itu, biarpun baru saja sembuh tapi Arsen yakin dia bisa mengalahkan mereka semua sekaligus. Terdengar sombong memang, tapi Arsen sangat meyakininya.

"Sudahlah Ken, aku yakin Arsen sudah mampu bertarung. Ada semangat bertarung dalam dirinya, tidak seperti kalian." Rex mencibir pada Aro,Axel dan River.

"Hoho.. jangan terlalu sombong putera Ares. Kita lihat saja nanti." Aro meninju lengan Rex kencang, namun Rex seolah tidak merasakan pukulan yang berarti dari teman sekamarnya itu. Aro malah mendapatkan senyum ejekan dari Rex dan itu membuat Aro jengkel. Diam-diam berdoa dalam hati semoga Zeus memberi Rex sedikit hujan petir atau semacamnya.

Peluit di bunyikan, Benjamin berdiri tegap di hadapan sekitar 30-an anak kelas sebelas yang sudah siap dengan baju zirah mereka. Benjamin tersenyum lebar mengedarkan pandangan pada murid-muridnya dengan tatapan bangga, lalu pandangannya berakhir pada Rex, salah satu adik tiri kesayangannya.

"Baiklah, hari ini kalian akan menjalani uji ketangkasan. Kalian akan aku pasangkan secara acak. Jadi kalian tidak bisa memilih lawan yang seimbang, atau lawan yang bisa menguntungkan bagi kalian."

Terdengar suara bisik-bisik protes dan keluhan saat Benjamin mulai menerangkan ujiannya.

"Tidak ada menggigit, tidak ada memakai pedang sakti, dan tidak ada berubah wujud. Kalian, harus melumpuhkan lawan hanya dengan pedang kalian, tanpa mengandalkan kekuatan alami kalian. Aku ingin lihat, sampai sejauh mana kalian sudah berlatih." Benjamin menepuk tangannya sekali dengan semangat.

"Sekarang, aku akan mengumumkan nama-nama yang akan dipasangkan diujian hari ini. Yang pertama.."

"Aro dan Axel."

Keduanya saling tukar pandang lalu menampilkan cengiran puas.

".."

".."

"Rex dan Ken."

Ken menyunggingkan senyum miringnya pada Rex yang berdiri di sebelah Aro, pemuda itu juga tengah menjulurkan kepalanya untuk melihat sang lawan bertanding.

"Mungkin kita bisa mengulang lagi apa yang terjadi sewaktu latihan dulu?" tanya Ken.

"Tentu saja, dan kali ini aku tidak akan kalah." Rex menjawab.

".."

".."

Benjamin terus menyebutkan nama-nama pasangan ujian.

"River dan Vernon."

River merotasikan matanya jengkel, dia menoleh saat dirasakan sebuah tangan melingkari bahunya. Itu Ken, sedang menatap Vernon dengan sinis.

Constantine #1 : Perkamen Suci Lacnos ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang