20

31.2K 1.5K 162
                                    

Malam semuanya,
Maaf ya buat yang nunggu-nunggu update'an hari selesa dan rabu kemarin. Mungkin ada yang nunggu sampai malam ya?

Kemarin aku kena writerblock. Bingung mau nulis kelanjutan scanenya gimana. Dan galau juga. Di outline-ku sebelumnya elena terus tinggal di apartemen hingga usia kandungan 7 bulan. Tapi setelah aku pertimbangkan lagi, kayanya elena lebih cocok segera pindah ke mansion brian. Nah disinilah pergolakan batinku kena writerblock. Hahaha.

Disini sudah mulai sedikit-sedikit scane romance ya. Semoga bisa makin kena feel romance nya ya.

Happy reading, dear.

.◎°˙♡˙°◎.

“Ya, dan pria tampan ini hanya mencintaiku seorang.” balas elise dengan senyuman penuh kemenangan. Membuat brian tak bisa bekata-kata dan tertawa.

Setelah tawanya mereda, brian terdiam menatap ke kejauhan.

“Elise, bagaimana jika elena tinggal di mansion kita?” tubuh elise menegang sesaat. Ada keheningan yang cukup lama. Namun elise sama sekali tak berbicara.

“Aku menghawatirkannya. Maksudku, elena sedang hamil dan tinggal sendiri di apartemen. Bagaimana jika terjadi sesuatu pada kandungannya? Kau sendiri tau berapa banyak petuah yang mommy ucapkan. Aku tak ingin terjadi sesuatu yang buruk pada baby.”

Elise menoleh ke arah belakang. Menatap lekad mata brian.

“Aku takut elena bersikap ceroboh dan membuat kita kehilangan baby.”

“Tapi bagaimana jika mommy kemari? Dan tau semua ini? Dia pasti akan marah besar.”

“Kita hanya harus menyembunyikan elena dari mommy. Kalian juga bisa berkumpul bersama.”

“Baiklah. Tapi aku tak ingin bertukar posisi dengan elena. Dia bertukar posisi denganku saat kehamilannya sudah sembilan bulan.” Elise sudah membulatkan tekadnya dia akan berpura-pura hamil di depan rena. Hingga kehamilan tua dan saat usia sembilan bulan. Barulah dia dan elena bertukar posisi. Elise tak ingin jauh dari brian. Ada ketakutan tersendiri di dalam hatinya. Dia takut brian akan berpaling jika dia berada jauh dari pria itu.

“Iya, sayang.” Brian mencubit gemas kedua pipi elise.

“Sekarang ayo kita pergi berbelanja.”

“Belanja?”

“Baju untukmu dan juga susu ibu hamil untuk elena.” elise memandang mata brian. Meyakinkan dirinya sendiri bahwa ucapan brian hanyalah bentuk perhatian karena elena mengandung anak mereka. Tidak lebih.

“Ya benar. Aku sudah tak sabar untuk mengetahui jenis kelaminnya. Perempuan atau laki-laki ya? Kau ingin anak apa?”

“Laki-laki,” jawab brian.

“Aku juga ingin anak laki-laki. Dia pasti sangat tampan sepertimu.” tangan elise terulur membelai wajah tampan brian.

“Tentu saja, karena aku daddynya.” Mulut elise ingin sekali membalas ucapan brian itu dengan kata-kata yang sama, yang mengatakan dia mommy nya. Tapi kata itu sangat sulit untuk keluar dari tenggorokannya.

“Ayo pergi,” ajak elise. Binar bahagia kembali muncul di wajah brian. Pria itu sangat senang.

***

Elena berdiri terdiam di depan mansion Brian. Matanya menatap takjub rumah besar itu. Begitu besar dan luas. Elena bahkan tak akan pernah menyangka bisa masuk ke rumah seperti ini. Setelah elise dan brian berbelanja mereka menjemput elena di apartemen dan mengajak wanita itu untuk tinggal di mansion.

“Ayo masuk, elena.” Tangan elise merangkul lengan elena. Mengajaknya untuk masuk ke dalam. Sedangkan brian sedang menurunkan barang belanjaan mereka dan juga barang-barang elena. Seorang pria paruh baya juga membantunya.

Expensive Baby [Update Di Webnovel]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang