28

26.8K 1.3K 43
                                    

Pagi semuanya untuk mengawali hari ini, aku up pagi.

Maaf ya semalam aku gk sengaja publish part ini. Padahal belum selesai nulis dan cuman break sebentar, eh ternyata gk sengaja ke publish. Aku bahkan baru sadar saat membaca ulang lewat work dan bisa di vote. Sumpah aku kaget banget, ternyata kepublish, langsung deh cepat2 unpublish.. hehehehe..

Tapi tenang part 28 ini jauh lebih panjang dari yang sebelumnya gk sengaja ke publish itu. Hampir 2000 word. Lumayan panjang.

Tanpa basabasi lagi, happy reading ya.

.◎°˙♡˙°◎.

Elena berjalan memasuki mansion dengan degup jantung yang bertalu kencang. Keringat dingin sudah membasahi keningnya.

Elena sudah mandi dan memakai pakaian yang kemarin dia pakai. Dia berjalan dengan perlahan dan mengendap-endap. Matanya waspada menatap ke segala penjuru. Takut akan sosok mengerikan brian yang elena yakin akan marah dengan aksinya kemarin.

Jantung elena berhenti sedetik sebelum berdegup lebih kencang. Jantungnya sangat berdebar-debar. Mata hitam tajam itu menatapnya dengan lekat. Seperti elang yang sudah menargetkan buruannya. Layaknya cheetah yang siap menerkam mangsa dengan kecepatan tinggi.

Tubuh elena seakan membeku dan terbaku di lantai. Brian yang duduk menunggu di ruang tengah bangkit dan berjalan dengan langkah mantap. Menguarkan aura yang ngancam dan membuat keringat dingin elena semakin banyak keluar.

Brian sudah berdiri tepat di hadapan elena, "Kemana saja kau semalam, Hah?!" Tanpa basa-basi lagi brian meneriakkan amarahnya. Tubuh elena gemetar takut akan amukkan brian.

"Jawab aku, elena. Kau punya mulut, kan?" Elena menundukkan kepalanya. Tangannya meremas ujung bajunya dengan erat. Dia ingin sekali bersembunyi dan menjauh dari brian saat ini.

"Pergi kemana kau? Berlari tanpa mempedulikan kehamilanmu? Pergi begitu saja tanpa mengatakan sepatah katapun padaku? Dan tak bisa dihubungi sama sekali?!"

Elena hanya diam dan menundukkan kepalanya. Elise yang berdiri tak jauh dari sana, bingung harus bagaimana bersikap. Dia tau brian sangat marah besar saat ini. Elise juga tau betapa brian gelisah memikirkan elena. Tapi dia juga tak tega melihat elena dimarahi dan dibentak oleh brian seperti itu. Bagaimanapun hal itu bisa mengguncang elena dan membuat kondisi wanita hamil itu terguncang.

Elise mendekat dan mengusap pundak brian yang tegang, "Brian."

Brian menepis tangan elise. Dia sangat kesal dan marah saat ini.

"Sudah dua kali kau bersikap seperti ini. Apa kau pikir kesepakatan kita ini hanyalah main-main? Apa aku harus mengikat dan mengurungmu agar kau tak bisa berbuat sesuka hatimu seperti kemarin lagi?!"

Elena hanya diam dan menunduk, hal itu semakin memancing emosi brian, "JAWAB AKU, ELENA!" teriak brian kencang di depan elena.

Sontak saja airmata elena jatuh dan wanita itu menangis sesugukkan. Dia mengigit bibir bawahnya mencoba menahan suara isakkannya. Tapi percuma, semua itu tak berguna, karena elena menagis kencang dan tak bisa membendung kesedihannya.

Elise dengan cepat mendekati elena. Merangkul kakak kembarnya itu dan menenangkannya.

"Brian, sudahlah. Elena baru saja pulang. Dan dia sedang hamil. Jangan membuatnya stress dan tertekan dengan amukan amarahmu."

Melihat elena yang menangis dan mendengar nasihat elise. Brian membuang wajahnya dan menarik napas panjang dan menghebuskannya dengan perlahan, menekan amarahnya.

Setelah emosinya bisa ditahan, brian kembali menoleh pada wanita kembar itu. Matanya menatap elena dengan khawatir karena wanita itu masih saja menangis.

Expensive Baby [Update Di Webnovel]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang