How To Use Pembalut

3.6K 481 144
                                    

Prompt by: callmeong

Author: -meaniekim

---

"Daniel, kamu kenapa?"

Yang dipanggil Daniel, menolehkan kepalanya, menemukan Seongwoo yang sudah berdiri di belakangnya. Lengkap dengan wajah melongonya. Bagaimana tidak, di depannya ada Daniel yang berdiri dengan celana yang sudah melorot sampai ke lututnya, dengan celana dalamnya juga.

Belum mendapat jawaban dari Daniel, Seongwoo justru mengerjapkan matanya dengan cepat. Memandang inosen sekaligus penasaran dengan seberapa bes—dengan apa yang sebenarnya Daniel lakukan. Berdiri di balik pohon pisang dengan celana melorot—setelah tadi merampas belanjaan Seongwoo.

Benar. Mereka sempat bertemu di persimpangan jalan saat Seongwoo baru pulang dari Jaran's Mart. Membelikan titipan kakaknya, mbak Wendy. Mereka sama-sama terlihat buru-buru, sampai keduanya justru bertabrakan.

Kalau di film India, pasti akan ada backsound lagunya lalu berkejaran sambil menyanyi, tapi untuk mereka tidak. Yang ada justru Seongwoo mengumpat. Hanya saja langsung diam saat tahu kalau yang menabraknya adalah anak Pak Lurah, Muhammad Daniel Alvian.

Daniel tidak membalas umpatan Seongwoo—karena biasanya Daniel akan berceramah kalau ada yang mengumpat. Maklum, dia ketua remaja masjid di kampung mereka. Hanya saja, kali ini berbeda. Daniel hanya melirik sekilas pada Seongwoo dan plastik belanjaannya. Mengucapkan salam dan langsung menyambar plastik tadi lalu kabur begitu saja.

Selepas Daniel kabur—Seongwoo masih pada mode terpesonanya—Seongwoo hanya mengerjap. Butuh beberapa detik sampai dia sadar kalau belanjaannya sudah dirampok oleh Daniel. Detik selanjutnya Seongwoo kembali mengumpat.

Untuk sekarang, Seongwoo hanya bingung di tempatnya. Ingin menghampiri Daniel, tapi takut. Berdiri di belakangnya, Seongwoo jadi penasaran. Ingin berjalan ke depan Daniel, takut melihat sesuatu yang menarik penglihatan Seongwoo. Wajah tampan milik Daniel maksudnya.

"Seongwoo bisa bantuin gak?"

"B-bantuin apa, mas Daniel?"

Pikiran Seongwoo sudah melayang kemana-mana. Mereka sekarang sedang ada di kebun dekat lapangan bola. Lumayan sepi karena lapangan baru akan ramai saat sore hari. Bisa saja kan kalau tiba-tiba Daniel berbuat hal macam-macam. Menyuruhnya untuk membantu mencium kambing—yang kebetulan sedang digembala di dekat lapangan.

Sebelum Daniel membuka mulutnya, Seongwoo sudah melangkah ke hadapan Daniel. Kali ini dengan berkacak pinggang. "Mas Daniel balikin belanjaanku, dong. Itu kan belanjaan Seongwoo, main samber aja. Dikira celana dalam di jemuran?"

"Woo, bukan kayak gitu. Mak—"

Sekarang jari telunjuk Seongwoo justru menuding tepat di depan hidung milik Daniel. "Ngaku aja, mas. Paham aku kayak gimana kedok cowok-cowok ganteng sekarang. Aslinya maling celana dalam, tapi pura-pura jadi anak Pak Lurah. Ya kayak mas Daniel ini. Iya kan?"

Daniel menggelengkan kepalanya. Sedikit tidak terima dengan apa yang dikatakan Seongwoo. Dia bukan maling celana dalam, tapi maling kutang. Eh, oh, maksudnya dia anak baik-baik. Ketua remaja masjid yang sudah dua generasi. Bukan sombong, dia hanya ingin pamer.

"Seongwoo dengerin mas dulu. Ini bukan kayak yang kamu pikirin. Mas bisa jelasin."

"Cukup Roma, eh cukup mas Daniel. Seongwoo capek. Mas Daniel gak tahu kan kayak gimana perjuangan Seongwoo?"

Daniel mengerjap. "Perjuangan?"

"Iyalah. Siang-siang, panas kayak gini juga Seongwoo bela-belain jalan ke supermarket. Eh, malah dirampok sama mas Daniel. Gak bayangin apa mas Daniel gimana perasaan Seongwoo sekarang?"

"1K Followers" Event [OngNiel]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang