II. RUNAWAY NOW AND FOREVERMORE

15 0 0
                                    


What if

What if we run away

What if

What if we left today  

September, 2017 

"Gue mau caramel latte aja deh" kata Gayatri menunjuk salah satu gambar di buku menu.

"Gue kopi Gayo aja deh. Lu apa Shan?" tanya Putri. 

"Green tea latte aja lah," jawab Shanna. Putri dan Gayatri memicingkan mata, mempertanyakan pesanan Shanna. 

"Asam lambung," Shanna menepuk-nepuk perutnya. 

"Lu deh yang pesenin," Putri menyodorkan buku menu kepada Shanna. Shanna memberikan tatapan menolak tapi akhirnya dia bangkit juga dan menuju ke kasir yang menjadi satu dengan bar.

Koffitiare Coffee. Kafe bergaya vintage yang baru buka sebulan yang lalu. Seperti biasa, Putri yang anak nongkrong banget mengajak Shanna dan Gayatri kemari setelah melihat foto-fotonya di akun Instagram khusus kuliner. Karena harganya yang cukup pricey, mereka bertiga baru bisa mendatanginya di akhir bulan saat dompet masih penuh dan belum berkurang karena godaan diskon makeup di toko online. 

Sambil mengantri, Shanna melihat-lihat kafe itu. Di sore hari kafe itu bisa dibilang cukup ramai tapi tidak crowded seperti coffeeshop di mall-mall. Padahal hari itu hari Kamis yang adalah hari kerja dan jam segitu orang-orang kantoran juga belum pada pulang. Beberapa meja terisi dengan sekumpulan anak muda yang kelihatannya mahasiswi seperti dirinya. Sedangkan di meja panjang yang menempel dengan tembok, ada dua orang bekerja dengan laptop. Di samping jendela yang menghadap ke jalan, sepasang remaja sibuk berfoto-foto. 

Shanna mengalihkan pandangannya ke bar. Ada seorang pegawai wanita yang berjaga di bagian kasir, sibuk mencatat pesanan sekaligus pembayaran. Dua orang pria-yang sepertinya barista di kafe itu-sibuk meracik kopi. Yang memakai kacamata dan bertubuh agak gempal menyaring kopi ke dalam cangkir. Sedangkan yang satunya lagi, pemuda bertubuh jangkung dengan rambut messy sedang menghias kopi pesanan pelanggan. Dua orang pegawai wanita lainnya mondar-mandir mengantarkan pesanan. Semuanya memakai pakaian yang senada. Atasan kemeja putih dengan celemek bertuliskan 'Koffitiare Coffee' dan bawahan celana panjang. 

Tiba saatnya bagi Shanna untuk memesan. Namun sebelum Shanna membuka mulut, pegawai wanita yang tadi berjaga di kasir justru berlalu dan digantikan dengan barista pria yang bertubuh jangkung. 

"Silakan, kak. Mau pesan apa?" tanya pegawai itu sambil tersenyum tipis. 

Shanna mengulum senyum kemudian menyebutkan pesanannya. Selanjutnya semua berjalan normal layaknya pegawai dengan pelanggan. Shanna memberikan uang sesuai nominal yang disebutkan pegawai tadi, lalu si barista memberikan kembalian beserta nota pembelian

"Mohon tunggu pesanannya ya kak. Nanti diantar. Meja berapa?"

Shanna gelagapan waktu ditanya meja berapa. Tadi dia nggak lihat ada nomor meja di mejanya. Shanna kemudian menoleh untuk menunjukkan mejanya namun meja yang tadi ia tempati sudah kosong. 

Lah? Ke mana perginya tuh dua lambe turah?

Tepat saat itu, ponsel Shanna berbunyi. Putri menelpon dan memberitahu kalau dia pindah meja ke rooftop dengan nomor meja dua belas. 

"Eh, maaf Mas. Duduk di atas ya, meja nomor 12 hehe. Maaf ngangkat nelpon dulu tadi," kata Shanna malu-malu. 

Si barista tadi hanya tersenyum. 'Oke, silakan ditunggu ya kak. Terimakasih".

Bạn đã đọc hết các phần đã được đăng tải.

⏰ Cập nhật Lần cuối: Apr 09, 2018 ⏰

Thêm truyện này vào Thư viện của bạn để nhận thông báo chương mới!

the chronicle of 21Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ