24

3.1K 753 336
                                    

"Hyungseob-ssi, ada yang perlu kubicarakan."

Semua orang di sana menoleh kala pintu ruangan para editor dibuka tanpa diketuk terlebih dahulu, nampak direktur mereka yang sepertinya habis berlari.

"Ada perlu apa, Sajang-nim?" Hyungseob meletakkan berkas yang ia pegang dan mendekati direkturnya, sementara pegawai yang lain kembali pada kesibukkan masing-masing.

Setelah Hyungseob berada di hadapannya, Jungjung segera menarik pergelangan tangan pria mungil itu tanpa izin, "kita bicara di ruanganku saja.








"Apa ini sangat serius, Sajang-nim?" Tanya Hyungseob saat ia mendudukkan dirinya pada salah satu kursi meja kerja di ruangan Jungjung.

Direktur itu juga mendudukkan dirinya di hadapan Hyungseob, "bagiku penting. Sangat."

"Bisa kau jelaskan maksud perkataan Woojin-ssi?" Lanjutnya.

Hyungseob memiringkan kepalanya dan berkedip benerapa kali dengan menggemaskan, "perkataannya yang mana?"

Tangan Jungjung nyaris bergerak mencubiti pipi Hyungseob kalau saja kepalanya sedang tidak dilanda tamparan, "saat dulu dia memperkenalkan dirinya, dia mengatakan kalau dia adalah supir."

"Eh? Woojin hyung memang seorang supir." Jawabnya polos.


"Kau yakin dia benar-benar supir? Maksudku konteks supir yang sesungguhnya. Seseorang yang mengantar majikan atau entah siapapun dengan kendaraan. Supir yang seperti itu, benar? Iya, kan?"

Pria mungil itu mengangguk ragu, direkturnya berbicara terlalu cepat, dia tidak begitu paham maksudnya.






"Pembohong besar sekali dia, berpura-pura menjadi pilot untuk menghindari tuduhanku. Pilot apanya, justru dialah yang seharusnya tutup mulut." Gumam Jungjung.




Berkat ruangan direktur yang sedang sepi dan tatapan pria manis itu berfokus pada direkturnya, Hyungseob bisa mendengar jelas apa yang dikatakan Jungjung. "Ah! Ternyata begitu maksud Sajang-nim. Woojin hyung memang seorang supir, supir pesawat. Aku tidak tahu pasti, tapi adik sepupunya bilang kalau Woojin hyung pilot dengan pangkat tertinggi di maskapainya."

Jungjung merasakan tamparan lagi di kepalanya, pagi ini dia mendapat dua kali telak hanya dari kata pilot. Sebagus apa sih pilot? Tetap saja itu hanya nama keren dari seorang supir yang mengendarai pesawat.

Sangat tidak selevel untuk disandingkan dengan pengusaha besar sepertinya yang memiliki usaha di dalam dan luar negeri. Memang hanya pilot saja yang bisa menaiki pesawat? Jungjung bahkan sudah terlalu sering menaiki pesawat karena harus mengurus bisnis di luar negeri.

Kalau mau, bisa saja Jungjung membeli semua pesawat yang ada kemudian memecat para pilot itu. Ia bisa membelinya untuk kepentingan pribadi dan menyetirnya sendiri. Sama saja seperti menyetir mobil. Bukan apa-apa baginya.


"Hyungseob-ssi, kau suka pesawat?" Tanyanya tiba-tiba.

Hyungseob berpikir sejenak, "kenapa tidak? Bukankah pesawat itu keren, Sajang-nim? Kendaraan besar yang bisa mengangkut ratusan orang meski yang mengoperasikannya hanya pilot dan co-pilot saja."

"Kalau aku membelikanmu pesawat pribadi, apa kau mau putus dengan Woojin-ssi dan memulai semuanya denganku?"









"Aku lebih suka Woojin hyung dibanding pesawat, Sajang-nim." Ucap Hyungseob telak tanpa berpikir panjang.

✈✈✈

Jam sudah menunjukkan pukul 4, bahkan langit sudah lebih kelam dibanding sebelumnya. Pria mungil itu segera menghampiri seseorang yang telah menunggu di atas motor hitamnya. Ia tersenyum pada pria berjaket biru navy itu.


[√] Blind Date; JinSeobWhere stories live. Discover now