28

2.7K 690 94
                                    

Sore ini Woojin yang sedang bermain lego demi menenangkan pikirannya menatap Jihoon yang baru saja keluar kamar dengan setelan kasual, "mau ke mana kau, bulat?"

"Mengunjungi rumah Daehwi, sepatu PDU-ku tertinggal di sana." Jawab Jihoon.

"Sepatu PDU? Untuk apa? Memangnya ada upacara dalam waktu dekat?"

Jihoon yang sedang memakai sepatunya berbalik menghadap Woojin, "kau belum mendapat suratnya? Ada pelantikan pilot baru hari Senin nanti."

Woojin mengendikan bahunya, "Aku tidak merasa menerima surat apapun, selama satu minggu ini aku libur. Jadi aku tidak ke kantor maskapai."

"Sudah memeriksa kotak surat apartement?"

Woojin menggeleng, membuat Jihoon memutar bola matanya dengan malas. Tidak habis pikir kenapa adik kembarnya ini selalu nampak bodoh ketika di rumah. Berbeda jauh dengan sosok yang diagung-agungkan para pramugari maskapai.

"Sesekali cobalah mengecek kotak surat, jangan hanya aku. Kalau aku tidak pulang selama 10 tahun apa kau juga akan membiarkan surat-surat itu menumpuk di tempatnya?" Omel Jihoon diselingi lemparan sandal rumah miliknya.

"Kalau kau pergi selama 10 tahun maka aku akan menjual apartement ini dan pindah rumah. Biar saja nanti kau jadi gelandangan setelah pulang."

Jihoon mendengus kesal, "untuk beberapa alasan aku menyesal menjadi hyungmu."

"Salah sendiri lahir duluan, dasar tidak sabaran." Balas Woojin, ia tertawa lepas meledek saudara kembarnya.

Yang lebih tua menggelengkan kepalanya dengan heran, "Astaga, dari mana ibu memungut anak idiot ini?"

"Lebih baik aku pergi sekarang sebelum tertular olehmu." Sambung Jihoon dan kembali membenarkan tali sepatunya.

"Tidak mau kuantar?" Tawar Woojin setelah tawanya terhenti.

"Tidak, kau gila." Jihoon segera meninggalkan apartement. Kelamaan berbicara dengan Woojin bisa membuatnya terkena penyakit bipolar.

✈✈✈

Sesampainya taksi yang dinaiki Jihoon berhenti di depan rumah Daehwi, pria itu lekas membayar dan turun. Awalnya Jihoon sempat diherankan karena ada motor pada halaman rumah Daehwi, tapi ia berpikir paling Lee Samchon membeli kendaraan baru.

Pintu di hadapan Jihoon segera terbuka setelah ia memencet bel beberapa kali. Daehwi menyambutnya, "Jihoon hyung."

"Halo adik manis," sapa Jihoon, tangannya menjulurkan sebuah kantong plastik berisi buah-buahan yang sempat ia beli diperjalanan.

Pria manis yang kini sudah merubah surai ungunya menjadi warna orange menerima dengan senang hati, "masuklah, hyung. Kau sendirian? Di mana Woojin hyung?" Tanyanya setelah tidak mendapati siapapun di belakang Jihoon.

Jihoon langsung masuk setelah Daehwi mempersilahkan, "aku sengaja tidak mengajaknya, anak ituㅡ Eh, ada tamu lain rupanya."

Jihoon tersenyum pada seseorang dengan wajah asing yang sedang menggunting kertas, sepertinya itu tugas kuliah.

"Halo, aku Kim Samuel, temannya Daehwi." Ujarnya lalu melanjuti pekerjaan mengguntingnya.

Pria yang lebih tua itu ikut bergabung di samping Samuel, sementara adik sepupunya menyerahkan bingkisan bawaannya pada sang mama di dapur.

"Wajahmu terlihat familiar," ucap Jihoon.

Masih dengan tetap menggunting tugasnya Samuel menyahuti, "kita satu gedung apartement, aku di unit 10."

[√] Blind Date; JinSeobWhere stories live. Discover now