0⃣1⃣

8.2K 1.1K 96
                                    

Keduanya berdiam diri, menatap manik satu sama lain dan melempar senyum canggung. Sesekali salah satu diantara mereka menyesap minuman masing-masing dengan asap yang masih mengepul hingga perlahan menghilang karena suhu yang turun. Sampaiㅡ

"Baru-baru ini aku telah menyelesaikan kuliaku, S2 Magister Design."

ㅡ salah satu di antara mereka membuka suara.

Lawan bicaranya yang sedang menatap pintu cafe segera menatap sosok di depannya, yang bahkan tidak ia kenal sama sekali. Yang ia tahu, orang di hadapannya ini bernama Ahn Hyungseob.

"A-ah... Benarkah? Selamat untukmu."

Hyungseob tersenyum canggung kemudian mengangguk, "terima kasih."

Hening lagi setelahnya.

Sosok manis itu kembali menyesap coklat panas yang bahkan kadar kemanisannya tidak sebanding dengan wajahnya sendiri. Manik kelincinya memperhatikan deretan manusia dengan berbagai usia yang sedang memesan pesanan di cafe kecil itu. Tidak ada yang istimewa, hanya sebagai pengalihan dari atmosfir yang kurang nyaman. Hyungseob sendiri masih bingung mengapa dia datang pada kencan buta ini dan bertemu dengan seseorang yang mengaku sebagai Park Woojin.

"Maaf," pria dengan balutan baju hangat berwarna abu-abu dengan coat hitam sebagai outernya di musim gugur bersuara.

Hyungseob menurunkan scarf putih yang sedikit menutupi bibirnya, "untuk apa meminta maaf? Kamu tidak melakukan apapun yang salah, Woojin-ssi."

Woojin meraih segelas flat white miliknya, memegangnya erat untuk menghangatkan tangannya yang terasa dingin, entah karena cuaca atau kegugupannya. "Kamu baru saja menghela nafas Hyungseob-ssi, sepertinya kamu merasa tidak nyaman. Maaf jika aku membosankan, sudah lama sejak terakhir kali aku bertemu dengan orang baru. Aku juga bukan tipe yang senang mencari topik."

Ah, sepertinya Hyungseob menghela nafasnya tanpa sadar. Ia hanya kesal melihat sepasang kekasih yang berpelukan dan sesekali memberi kecupan bibir di depan kasir itu, seperti tidak memiliki lingkup bermesraan lain. Membuat siapapun yang melihatnya sebal.

"Tidak begitu, Woojin-ssi. Aku sama sekali tidak berfikir kamu membosankan, aku menghela nafas karena alasan lain. Jangan terlalu difikirkan, lagipula itu tidak penting. Maaf atas kesalah pahamanmu." Hyungseob berujar dengan mengibaskan tangannya dan kepalanya bergerak ke kanan-kiri dengan ekspresi paniknya. Menggemaskan.

Woojin tertawa kecil, "baiklah kalau begitu, Hyungseob-ssi."

"Tapi Woojin-ssi, sejujurnya aku memang sedikit tidak nyaman jika hanya berdiam diri. Aku tipe orang yang selalu berbicara. Namun kalau itu justru membuatmu tidak nyaman, aku akan diam saja."

"Santai saja, Hyungseob-ssi. Tanyakan saja apapun, aku akan menjawab dengan senang hati," Woojin tersenyum hingga menampilkan deret giginya yang tidak bisa dibilang rapi. Tapi tetap saja tampan, atau mungkin berkali-kali lipat lebih tampan. Bahkan Hyungseob sendiri tidak menyadiri pipinya mulai memerah hanya dengan menatap wajah pria maskulin di hadapannya.

Hyungseob kembali mengatur scarf yang melilit dilehernya, "usiaku menginjak 24 tahun bulan agustus nanti, bagaimana denganmu?"

"November ini akan menjadi 27 tahun."

"Ah, benarkah? Kalau begitu kamu adalah hyung. Bagaimana dengan pekerjaan? Kemarin aku baru saja mendapat rekomendasi dari dosenku untuk bekerja di salah satu perusahaan sebagai editor, menurutku tidak terlalu buruk tapi aku masih harus menimbang lagi untuk menerima tawaran itu. Bagaimana dengan mu, hyungㅡ Maksudku, Woojin-ssi." Hyungseob menundukan kepalanya untuk menyembunyikan wajahnya yang memerah karena salah memanggil Woojin.

Lagi-lagi Woojin tertawa melihat tingkah Hyungseob yang menggemaskan, tidak sesuai dengan usianya yang sudah terbilang dewasa.

"Aku? Aku seorang pilot."

ㅌㅂㅊ

Hanya mau melestarikan JinSeob aja ლ('ڡ'ლ)

Hanya mau melestarikan JinSeob aja ლ('ڡ'ლ)

Oups ! Cette image n'est pas conforme à nos directives de contenu. Afin de continuer la publication, veuillez la retirer ou télécharger une autre image.
[√] Blind Date; JinSeobOù les histoires vivent. Découvrez maintenant