1⃣5⃣

2.9K 762 90
                                    

"Hyungseob-ah, ayo bangun. Jam berapa kau berangkat kerja?" Woojin menepuk lengan si mungil perlahan dan berucap lembut.

Yang sedang tertidur merasa terusik, ia menggumam pelan dan mengeratkan pelukannya pada guling yang direngkuhnya sepanjang malam.

Pria bermarga Park itu terkekeh melihat kelakuan pria kesayangannya yang sangat menggemaskan. "Kau tidak mau bangun? Aku sudah memasak sarapan."

"10 menit lagi.." terdengar gumaman kecil dengan suara serak dari bibir pink cherry itu.

"Kau harus bangun, sayang. Hari ini aku akan mengantarmu ke kantor." Ujar Woojin sambil mengelus surai hitam si pria manis.

Perlahan kelopak mata indah dengan bulu mata yang lentik itu terbuka, maniknya mengerjap lucu seperti orang yang kebingungan. Hal pertama yang dilihatnya adalah Park Woojin yang terduduk di tepi tempat tidurnya, belaian halus ia rasakan di pucuk kepalanya.

"Tidurmu nyenyak, dear?"

Hyungseob terduduk dan mengangguk pelan. Kekuatannya masih belum terkumpul sepenuhnya.

"Kau mau sarapan lebih dulu? Atau mandi?" Tanya Woojin.

Hyungseob terdiam, matanya berkedip tiga kali seperti anak kecil yang terbangun dari tidurnya, "......mandi." jawabnya dengan suara serak.

"Baiklah, aku menunggumu di meja makan." Tangan kanannya terulur mengusak rambut Hyungseob. Tatanan rambut bangun tidurnya terlihat sedikit berantakan namun menggemaskan.

Dengan wajah yang masih mengantuk Hyungseob menepis tangan Woojin pelan, "jangan usil."

"Kelinci yang manis," Woojin mengusap pipi kanan Hyungseob dengan lembut. "Cepatlah mandi, sebelum omelettenya dingin." Setelahnya pria itu meninggalkan pria manis yang masih melawan kantuknya di kamar.

✈✈✈

Motor Agusta F4cc berwarna hitam itu berhenti di depan gedung dengan tulisan YH Company. Orang-orang dengan setelan jas keluar masuk lewat pintu gedung itu.

"Terima kasih, hyung." Ucap Hyungseob sambil menyerahkan helm merah muda yang ia gunakan.

Pria berumur 27 tahun itu kemudian menggantungkan helm itu pada stir motornya. "Maaf karena aku hanya bisa mengantarmu."

Si mungil tersenyum tipis pada pria di hadapannya, "Ya, tidak apa. Lagipula hyung memang harus bekerja."

Woojin mengangguk membenarkan.

"Jam berapa hyung pergi?"

"Jam 11 nanti aku ke bandara." Jawab Woojin.

Hyungseob memegang kedua tali tas ranselnya, terlihat raut sedih pada wajahnya, "hyung sudah menyiapkan semua barang-barang?"

Pilot itu tersenyum dan mengangguk, "sudah kusiapkan semuanya sebelum bertemu denganmu kemarin."

Pria kecil itu semakin mengeratkan genggamannya pada tali ransel, maniknya bergerak ragu dan tersenyum tipis, "baguslah."

Setelahnya mereka tetap berdiam diri di tempat, saling memandang dengan pikiran masing-masing. Serasa enggan untuk berpisah dalam waktu yang panjang. Padahal mereka baru saja bertemu kemarin sore, tapi hari ini harus berpisah lagi.




Ting!
Ponsel Woojin berbunyi membuyarkan pikirannya.


Line

Park Jihoon
Adik bodoh,
Kembalikan helmku sebelum seragammu hanya bersisa abu.
Jinyoung akan marah kalau tahu helm pemberiannya dipinjamkan ke orang lain.
7.39 KST

Kemudian Woojin memasukkan ponselnya lagi ke saku jaketnya, "Jihoon sudah menghubungiku, kalau begitu aku pamit. Jaga dirimㅡ"

"H-hyung!"


Woojin menghentikan pergerakkannya yang akan menyalakan mesin motor, ia menoleh pada Hyungseob yang sedang menggigit bibir bawahnya dengan wajah yang merah padam.

"Ada apa, sayang?"


Pria mungil itu menatap Woojin dengan ragu, wajahnya semakin memerah, bahkan kedua tangannya semakin mengerat pada tali ransel. "Itu... Aku... B-boleh.."






"Ya?"













"...pe-peluk.." Hyungseob mencicit kecil, ia menundukkan kepala karena tersipu dengan sikapnya sendiri.

Pria bermarga Park itu sedikit terkejut namun setelahnya terkekeh kecil. Ia melepas helmnya lalu turun dari motor dan merentangkan kedua tangannya, "kemari, bunny."

Dengan malu-malu pria mungil itu merapatkan badannya ke Woojin, sementara tangan kekar pria dewasa di hadapannya merengkuhnya dengan erat.

"Kau tidak rela aku pergi jauh, dear?" Woojin membisik pelan pada telinga pria Ahn itu yang mulai memerah.

Hyungseob mengangguk pelan, bibirnya mengeluarkan suara yang sedikit teredam dada bidang milik pilot itu. "Kapan hyung pulang?"

Pria itu mengelus surai hitam pria mungilnya dengan lembut, "aku juga tidak tahu. Aku tidak bisa berjanji untuk pulang cepat, tapi aku berjanji akan pulang dengan selamat."

Pria berusia 24 tahun itu semakin menyamankan kepalanya yang bersandar pada dada bidang itu, "boleh aku memintamu untuk terus mengabariku, hyung? Tak apa kalau kau tidak mau."

Woojin tersenyum tipis dalam pelukan mereka, "pasti akan kukabari, sayang. Tapi kau harus bersabar menunggu balasan pesan dariku, aku tidak sepanjang hari memegang ponsel."

"Tidak apa, aku akan bersabar."

Pelukan itu perlahan terlepas, mereka saling bersitatap dan tersenyum. "Masuklah, jangan bekerja terlalu keras, aku tidak mau kau sakit."

Hyungseob mengangguk, "hati-hati di jalan, hyung. Sampai jumpa."

Woojin kembali memasang helmnya dan menyalakan mesin motor. Ia sempat melambaikan tangannya sebelum benar-benar pergi dari hadapan pria berparas kelinci itu.

ㅌㅂㅊ

ㅌㅂㅊ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[√] Blind Date; JinSeobTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang