22

2.9K 694 51
                                    

"Hyung, kau jarang di rumah tapi kenapa bisa memasak? Aku bahkan tidak bisa memasak telur dengan benar." Hyungseob menangkupkan kepalanya di atas meja makan, memperhatikan punggung seseorang yang sedang mengambil alih dapurnya.

Tangan Woojin dengan lihai memotong daun bawang yang mereka beli di swalayan barusan. Persis seperti tebakan Woojin, kulkas pria mungilnya pasti akan kosong dan hanya ada beberapa makanan instant. Maka setelah kejadian pengakuan tadi, mereka pergi ke swalayan untuk memasak makan malam. Meski yang memasak hanya Woojin seorang, sementara Hyungseob dengan senandung kecil memperhatikan punggung lebar milik sang pilot.

"Entahlah, mungkin bakat menurun dari keluarga. Ayah dan Ibuku bisa memasak, Jihoon juga. Kenapa? Kau mau belajar memasak, sayang?" Ujarnya sambil memasukkan potongan daun bawang ke dalam rebusan doenjang-jjigae.

Anak rambut Hyungseob tergoyang seiring gelengan dari kepalanya, "biaya kelas masak sangat mahal, lagipula belum tentu juga aku bisa langsung sehebat hyung."

"Aku bisa mengajarimu, kemarilah." Woojin menolehkan kepalanya sedikit pada kekasihnya dan menggerakkan sebelah tangannya.

"Uwah! Benarkah?" Hyungseob dengan senang hati segera mendekati Woojin dan berdiri di sampingnya, "kau mau mengajari apa, hyung? Memanaskan makanan? Menggoreng telur? Atau membuat doenjang seperti ini?"

Setelah mematikan kompor dan menutup panci yang berisi doenjang-jjigae, Woojin menatap Hyungseob yang juga sedang menatapnya dengan mata yang berbinar. Ia tertawa pelan, "sebelum kau belajar itu semua, kau harus belajar hal-hal dasar lebih dulu, sayang."

Pria manis itu sedikit memiringkan kepalanya, kelopak matanya berkedip tiga kali, "eung? Memasak air?"

"Bukan, tapi memasak nasi. Bukan yang instant, melainkan beras sungguhan." Ujar Woojin.

"Ish, tidak seru. Nasi instan dan nasi beras kan sama saja, sama-sama menjadi nasi." Hyungseob memanyunkan bibirnya lucu.

"Lalu apa gunanya kau memiliki tempat penyimpan beras dan rice cooker kalau tidak pernah kau pakai, sayang?" Tanya Woojin gemas, tangan kanannya mengusak rambut Hyungseob pelan.

"Ish, tangan hyung kan kotor! Bisa-bisa rambutku baunya sama seperti doenjang." Ujarnya sambil menahan tangan Woojin dengan melingkarkan kedua tangannya.

Woojin memandang kelinci mungil yang sedang memeluk tangannya cukup lama, "rasanya aku beruntung memiliki kekasih yang menggemaskan sepertimu." Tangan kirinya bergerak mencubit pipi gembil milik Hyungseob.

"Uwah! Sajang-nim juga pernah membicarakan hal seperti itu padaku!" Ujar Hyungseob tanpa melepaskan tangan Woojin yang masih berada di pelukannya.

Woojin menatap kekasihnya bingung, "Jungjung-ssi? Dia menyebutmu kekasihnya?"

Hyungseob mendengung dan menggelengkan kepalanya, "dia bilang seseorang yang menjadi kekasihku adalah orang yang sangat beruntung. Persis seperti yang hyung bilang, kalian berdua pasti memiliki ikatan batin."

Pria berusia 27 tahun itu sedikit mendesis, "daripada membicarakan dia lebih baik kau mengambil beras sekarang, kelas memasak akan segera kumulai."

"Ah, hyung benar-benar tidak seru!" Ujarnya sambil menghempaskan lengan Woojin dengan rungutan lucu dibibirnya. Dengan sedikit menggerutu pria mungil itu menjalankan perintah dari pria kesayangannya.

Woojin tersenyum gemas melihat kelakuan pria berumur 24 tahun yang tidak sesuai dengan usianya itu.











"Hyung apa berasnya perlu kucuci dengan sabun?"

"Apa yang harus kupakai? Sabun cuci piring? Sabun mandi? atau deterjen?"

"Hyung, ada beras yang jatuh. Apa harus kuambil lagi?"

"Hyung kerannya kenapa tidak mau mati?"

"Kenapa air berasnya tetap putih, hyung?"

"Hyung, hyung sedang apa? Aku masih mengukur takaran air."

"Tidak bisakah kita makan sekarang? Aku sudah lapar, hyung."

"Aku harus membuang airnya lagi?"

"Hyung, ada batu di berasnya."

"Uwah, doenjang-jjigaenya kelihatan enak."

"Ini masih harus kubilas?"

"HYUNG!! Berasnya tumpah semua!!!"


Woojin yang sedang menaruh doenjang-jjigae dan telur gulung buatannya ke atas meja makan segera berlari menghampiri Hyungseob yang sedang merengek.

"Padahal itu bilasan terakhir, huweeeee."

"Astaga, kau membuang semua berasnya?" Woojin terbelalak melihat wastafel yang penuh dengan beras yang berceceran, bahkan hanya beberapa butir yang tersisa di inner pot rice cooker.

"Aku tidak membuangnya, hyuuuunggg!! Wastafelnya licin, saat aku membilasnya inner potnya terpeleset!! Ini semua salah hyuunngg."

"Bagaimana bisa menjadi salahku? Aku tidak mengganggumu sama sekali, sayang." Ibu jarinya mengusap bibir bawah kekasihnya yang bersungut sebal.

"Kalau saja hyung tidak pergi dari sisiku, aku pasti tidak akan menumpahkannya. Hyung seharusnya berjaga-jaga di dekatku!" Omel Hyungseob.


Sementara Woojin kehabisan kata-kata untuk membalas ucapan dari pria mungil itu. Ia tersenyum lembut dan usapan ibu jarinya berpindah pada pipi kelinci kesayangannya. "Duduklah, biar aku yang membereskan ini. Besok saja kita belajar memasak, kau belum memakan apa-apa dari sepulang kerja.

✈✈✈

Hyungseob menatap Woojin dari ambang pintu apartementnya, pria berusia 27 tahun itu memutuskan untuk pulang setelah jam menunjukkan pukul 9 malam.

"Hati-hati di jalan, hyung. Sampaikan salamku pada Jihoon-ssi."

Woojin tersenyum dan mengelus pucuk ramhut Hyungseob, "sudah kubilang Jihoon sedang bertugas, sayang."

"Ah, iya, aku lupa." Ucap Hyungseob sambil tersenyum lebar.

"Lagipula dia juga tidak penting untuk kau ingat," Woojin terkekeh pelan, "tidurlah yang nyenyak, jangan bangun kesiang. Dan jangan memakan makanan instant untuk sarapan, panaskan doenjang-jjigae yang kubuat seperti memasak air, tidak perlu terlalu lama dan kau harus mengaduknya dengan rata. Langsung hubungi aku bila terjadi sesuatu di dapur."

"Iya, iya, aku tahu, hyung. Sudah sana, kau juga tidur yang nyenyak, hyung. Jangan mengebut, apalagi ini sudah malam, jalanan sangat gelap."

"Sampai jumpa," setelah tersenyum dan melambai pada kekasihnya, Woojin segera menuju lift.

ㅌㅂㅊ

ㅌㅂㅊ

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
[√] Blind Date; JinSeobWhere stories live. Discover now