【18】

6.4K 968 69
                                    

"Aahh! Akhirnya selesai juga." Naruto langsung berbaring di karpet berbulu milik Kiba. Sudah sejak tadi ia menahan diri untuk tidak berbaring, karena jika ia lakukan maka sudah pasti akan tertidur dan malah tidak jadi mengerjakan tugas.

"Kenapa kau yang terlihat lelah? Aku yang mengerjakan lebih banyak darimu," gerutu Kiba saat melihat tingkah Naruto.

Naruto memiringkan tubuhnya untuk mencari posisi nyaman. "Aku sudah berjuang, Kiba. Kuakui kau tidak sebodoh kelihatannya," ceplos Naruto yang membuat Kiba tersedak saat meminum milkshake.

"Apa kau bilang?"

Naruto tidak merespon. Ia memilih memejamkan mata untuk beberapa saat sebelum dirinya pamit dan kembali ke rumah.

"Hei, kalau mau tidur kau bisa naik ke kasur."

"Di sini lebih nyaman, Kiba. Kalau sudah jam sembilan, bangunkan aku."

Kiba menatap jam pada dinding yang masih menunjukkan waktu pukul delapan. Kiba pun menjawab, "Iya."

Pemuda berambut cokelat itu bangun dan membawa bekas minuman mereka ke dapur. Sementara Naruto sepertinya memang benar-benar tertidur di atas karpet berbulu di kamar tersebut.

"Ah!" Kiba tiba-tiba mengingat sesuatu. "Apa tidak terlalu malam jika dia minta dibangunkan jam sembilan?"

.

.

Sasuke keluar dari cafe. Hari ini ia ada sedikit keperluan di sekolah lama tempat ia bekerja. Sebenarnya jarak antara rumah Naruto dan sekolah itu lumayan jauh. Ia harus menaiki kereta untuk menempuh perjalanan.

Pria bersurai raven itu melirik jam di tangannya. Waktu sudah menunjukkan pukul sebelas. Ia menghela napas saat menyadari jika ini sudah terlalu malam. Seharusnya ia mengabaikan ajakan rekan lamanya untuk minum sehingga tidak kemalaman seperti ini.

Saat melintasi sebuah bar, Sasuke menghentikan langkahnya. Ia mengingat jika dulu ia beberapa kali datang ke tempat itu.

"Sensei?!" seru seorang yang suaranya tak asing di telinga Sasuke. Ia pun berbalik untuk memastikan apa ia salah dengar atau tidak.

"Naruto?"

"Sensei sedang apa di sini?" Naruto melihat ke belakang Sasuke. Lalu ia menatap jahil pria di depannya. "Ternyata kau bisa juga ke tempat seperti ini," kata Naruto memicingkan mata.

Sasuke menyentil kening pemuda pirang itu. "Seharusnya aku yang bertanya padamu. Sedang apa kau di sini, dobe? Kau seharusnya di rumah dan tidur," ujarnya yang terdengar menyebalkan di telinga Naruto.

"Aku baru saja pulang dari rumah Kiba. Kami mengerjakan tugas yang kau berikan. Dan aku malah mendapat sebuah sentilan darimu?" kata Naruto yang bersedekap sambil mengerucutkan bibirnya.

"Pulang sana!" perintah Sasuke.

"Hah? Kenapa kau memerintahku?" Naruto yang sedang menyilangkan kedua tangan di dada tiba-tiba mendapat ide bagus. Ia menyerobot masuk ke dalam bar yang ada di depan mereka. "Bye, sensei. Aku juga ingin merasakan dunia dewasa," teriaknya yang sudah melengos pergi.

Sasuke melongo dengan kekonyolan si pirang.

"Hei, Naruto!" Sasuke pun berdecak. Ia tidak ingin datang lagi ke tempat itu, namun mau tak mau ia jadi harus masuk karena Naruto ada di dalam.

Naruto dengan sengaja tidak mendengarkan teriakan Sasuke yang memanggilnya di belakang. Kebetulan ia telah mengganti baju seragamnya dengan baju bebas, jadi ia tidak terlalu kelihatan seperti anak sekolahan.

Strange DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang