BAGIAN 18

22.8K 833 2
                                    

SELAMAT MEMBACA

BONPICT RENA CEK MULMED DI ATAS

RENA DARA ANGGITA POV

"Rena makan yuk di luar," ujar Daniel lalu duduk di tempat tidurku.

"Makan di luar? Teras maksudnya," ujarku sibuk memainkan ponselku.

"Bukan di teras Rena, maksudnya tuh makan di restoran," ujar Daniel.

"Gue nggak suka makan di restorant, udah makanannya sedikit, harganya mahal lagi, gue lebih suka makan di warung pinggir jalan, lebih enak dan lebih murah," ujarku lalu menatap Daniel sambil menaikkan sebelah alisku.

"Ya udah yuk kita makan di warung aja, gue udah laper banget nih, keburu tengah malem," ujar Daniel merengek tidak sabaran.

"Emang sekarang jam berapa sih?" ujarku lalu melihat jam yang tergantung di dinding kamarku, udah setengah delapan malam rupanya.

"Ya udah, lo turun duluan gue mau ganti baju dulu," ujarku kemudian berdiri untuk mengganti pakaianku.

"Nggak usah, lo gitu aja. Cuma pengen makan kok," ujar Daniel.

"Bener gini aja," ujarku

  (Abaikan ikat pinggang sama yang dia pegang)

  (Abaikan ikat pinggang sama yang dia pegang)

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Iya." Balas Daniel.

"Ya udah ayok." ujarku lalu menarik tangan Daniel keluar dari kamar.

SKIP

Sesampainya di warung, aku dan Daniel berjalan untuk mencari tempat duduk untuk kami berdua.

"Lo mau pesen apa?" ujarku pada Daniel.

"Samain aja," ujar Daniel dan menatap sekitarnya dengan tatapan was-was. Dia kenapa sih?

"MAS JONO!" panggilku pada mas Jono yang punya warung. Mas Jono pun berjalan ke arahku sambil tersenyum.

"Eh neng Rena, mau pesen apa neng," ujar mas Jono.

"Mi pangsitnya dua ya mas sama es the manisnya juga dua," ujarku tersenyum pada mas Jono.

"Ok neng akan saya siapakan." ujar mas Jono kemudian berlalu dari hadapanku.

Aku menatap Daniel yang masih menatap sekitarnya dengan was-was. Nih anak kenapa deh, nggak biasanya dia kayak gini.


DANIEL ANGGARA POV

Tadi sebelum aku naik di mobil, aku mendapatkan pesan dari nomor yang tak aku kenal, isi pesannya.

"Gue akan selalu mengawasi lo dari jauh. Jauhin Rena kalo lo nggak mau Rena celaka." isi pesan itu.

Apa yang harus aku lakukan. Aku sudah mencintai Rena, dan lusa nanti kita akan menikah. Mengapa perasaan takut manyelimutiku. Bagaimana jika dia mencelakakan Rena. Astaga apa yang harus aku lakukan.

Aku mengusap rambutku kebelakang dengan kasar. Aku harus melindungi Rena apapun itu resikonya.

"Lo kenapa sih, kayak orang stress gitu?" ujar Rena bingung.

Aku menatap Rena yang menatapku heran. Aku tidak ingin Rena tau masalah ini. Aku tidak ingin Rena membatalkan pernikahannya karena masalah ini. Aku memang egois, tapi aku tidak ingin melepasnya lagi. Mungkin aku harus Bicara dengan dia. Aku tidak ingin dia mengganggu kebahagiaanku dengan Rena.

"Oi napa si loh, ngelamun aja dari tadi," ujar Rena kesal.

Aku menatap Rena dengan tatapan dalam. Apa aku ngomong aja sama Rena tentang masalah ini.

"Ihh Niel, lo kenapa sih, gue ngomong dari tadi ,lo pasti nggak denger kan," rengek Rena kesal, aku tersenyum simpul menatapnya.

"Iya gue nggak denger, lo ngomong apa barusan?" ujarku dan Rena kembali menatapku serius.

"Nih ada nomor yang nggak gue kenal, dia ngirim pesan ke gue, nih baca ndiri," ujar Rena lalu menyodorkan ponselnya padaku.

Aku membaca pesan itu "jauhi Daniel,atau Daniel mendapatkan celaka". Ini kan nomornya dia. Jadi Rena juga di teror sama dia. Kayaknya aku memang harus bicara sama Rena tentang masalah ini.

"Rena gue pengen ngomong ama lo," ujarku serius.

"Ngomong aja kali, tegang amat," ujar Rena menyeritkan dahinya.

"Nomor yang ngirimin lo pesan ini, adalah nomor yang sama dengan nomor yang neror gue juga, dan orang yang punya nomor ini adalah orang yang terobsesi banget ama gue. Dia Clara, dia udah suka ama gue sejak SMA, tapi gue nggak suka ama dia, gue udah suka sama orang lain," ujar ku berhenti sebentar karena pesanannya sudah datang.

Orang itu menyajikan pesananya ke atas meja.

"Terima kasih mas Jono," ujar Rena tersenyum ramah.

"Iya neng sama-sama." ujar mas Jono kemudian pergi.

"Ayo lanjutin ceritanya," ujar Rena.

"Gue lanjutin ceritanya kalo udah sel- " ujarku terpotong karena ponsel Rena bergetar.

"Siniin hp gue," ujar Rena kemudian mengambil ponselnya yang ada di tanganku.

Rena mengangkat telponnya dan seketika wajahnya terlihat panik, ada apa dengannya.

"Sarah jangan boongin gue," ujar Rena serius.

"Bangsat," ujar Rena kemudian menutup telponnya dan tidak lama kemudian sebuah pesan masuk ke ponselku.

Aku membacanya dan isi pesannya.

"Apa lo mau kalo gue celakain Rena juga. Pasti sekarang Rena sedang panik karena mendengar kabar bahwa sahabatnya masuk rumah sakit, dan itu karena ulah gue. Jadi jauhin Rena kalo lo nggak mau orang terdekat lo selanjutnya yang bakal celaka." isi pesan itu.

"Daniel kita harus ke rumah sakit sekarang juga, Vino kecelakaan," ujar Rena panik.

"Kecelakaan?" ujarku.

"Iya, ayo cepet" ujar Rena lalu menarikku ke arah mobil.

Ini tidak bisa dibiarkan, Clara sudah kelewatan.







TERIMA KASIH UDAH MAU BACA CERITAKU

JANGAN LUPA VOMENT

MOHON MAAF JIKA ADA KESALAHAN

MY TEACHER IS MY HUSBAND [REVISI] (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang