vi. rencana lain

2.9K 501 84
                                    

"Apa kau menyukai hadiahku, Seungwan?"

Satu. Dua. Tiga. Empat. Lima.

Tidak ada jawaban dari gadis itu. Dari layarnya, dia menyaksikan sendiri bahwa Son Seungwan masih duduk diam dengan ponsel tertempel di telinganya. Kepalanya menunduk menatap perhiasan yang kini tergeletak begitu saja di telapak tangannya.

Dia masih setia menunggu. Entah apa yang kini sedang berputar di kepala gadis itu, dia tidak terlalu peduli. Ingin Seungwan marah, kesal, atau apapun itu, dia akan menerimanya. Namun hingga sampai detik ini, Son Seungwan tetap bungkam. Begitu pula dengan dirinya. Yang satu sedang berpikir keras, yang lain setia menunggu reaksi.

Lewat dari menit kedua, tak ada yang bicara. Seungwan memejamkan matanya dan mengatur napasnya dengan sangata perlahan. Dia sengaja menjauhkan ponsel dari kepalanya sehingga tak ada suara apapun tertangkap. Upayanya percuma. Tanpa Seungwan ketahui, segala gerak-geriknya dapat dilihat dengan sangat jelas. Dan hal itu membuat senyum geli berkembang pada wajah pria yang duduk di depan sejumlah layar lebar tersebut.

"Aku ingat siapa dirimu."

Seringaiannya semakin lebar. "Kau yakin?"

Seungwan mengangguk di sana. "Kau orang yang aku tolong waktu itu, bukan?" Tak ada sahutan, dia sekali lagi bertanya. "Apa maumu?"

Kamu.

Aku mau dirimu, Son Seungwan.

Itulah jawaban yang tertanam pada batinnya. Tak dia utarakan. Suara beratnya menghasilkan sebuah tawa kecil. Seperti kekehan atas lelucon yang sama sekali tidaklah lucu.

"Tidak ada yang lucu. Apa yang sedang kau tertawakan?" kata Seungwan tak suka. Gadis itu memijit keningnya, frustasi. "Siapa kau sebenarnya?"

"Bukan siapa-siapa."

Seungwan menghela udara dengan dada yang terasa sesak. "Dengar, aku tidak peduli kau siapa dan apa maksud dari semua yang kau lakukan. Ambil kembali cincin ini. Aku tidak membutuhkannya, apalagi memintanya."

"Kau memang tidak pernah meminta, tapi akulah yang ingin memberikannya."

Gadis itu terdiam. Perlahan ponsel yang dia letakkan di telinganya menurun. Raut wajahnya menyiratkan kebingungan. Mungkin sekarang Son Seungwan sedang berpikir keras dengan apa yang dia alami saat ini. Tidak bagi dirinya. Dia hanya tersenyum maklum menatap gadis itu dari layar monitor. Dalam diam mencomot salah satu lintingan tembakau dan menyulutnya. Menambahkan sampah abu ke asbak yang sudah dipenuhi puntung rokok. Memenuhi ruangan dengan polusi sisa pembakaran nikotin yang dia hisap.

Beberapa detik setelahnya, sambungan dimatikan oleh gadis itu. Dia tak bereaksi apapun. Hanya mengamati Son Seungwan yang kini memasukkan cincin tersebut kembali ke dalam kotaknya, lalu membersihkan kotak-kotak bekas bungkusan paket misterius yang dia terima.

Pada saat yang bersamaan, Son Seungwan yang kini benar-benar sadar dan kembali ke dunia nyata hanya dapat mengerutkan kening. Tak tahu dengan keputusan apa yang sebaiknya dia ambil. Bagaimana nasib cincin yang dia terima? Apa yang sebenarnya terjadi? Siapa lelaki itu? Mengapa dia mengetahui namanya? Nomor ponselnya? Dan berbagai pertanyaan yang jawabannya tak pernah muncul.

"Apa sebaiknya aku menanyakan ini pada Kak Moonbyul?" gumam Seungwan pada diri sendiri.

Setuju dengan idenya, Son Seungwan pun kembali mengambil ponsel beserta kotak cincin tersebut. Lalu melesat keluar dari rumah dan mengetuk pintu unit di sebelahnya. Ah, bukan mengetuk. Seungwan menggedornya. Seperti sedang mencoba membangunkan panda pemalas yang tertidur pulas.

"Astaga! Berhenti menggedor-gedor pintuku!" omel Moonbyul marah dengan apa yang dia terima di sabtu pagi ini. "Aku baru saja memejamkan mata dan kau datang dengan segala keributan ini!"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 11, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

ANYWHERETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang