Aku memang mendengar kabar bahwa mereka semua sangat tampan dengan satu gadis cantik. Ya ampun..... Rumor itu ternyata memang benar.

" Tuan!"

Mataku teralih pada lelaki tampan berwajah kaku yang segera menarik lembut pria dihadapanku agar bangkit dari duduknya. Dengan telaten tangannya digunakan untuk membersihkan baju putih pria tersebut yang kotor terkena sedikit tanah.

Setelah selesai, barulah wajah lelaki dingin itu teralihkan padaku.

" Ah maaf. Hidungmu jadi berdarah gara-gara terkena bola. Apa perlu kami membawamu ke UKS?"

Walaupun suaranya terdengar datar, tapi aku masih bisa menangkap jejak kesopanan disana.

Berbanding terbalik dengan wajah datar pria yang terlihat seperti butler itu, wajah pria cantik itu terlihat terkejut dan dengan panik mencoba untuk meraih wajahku.

" Aduh... Kau terluka terkena bolaku tadi ya? Bagian mana yang sakit?"

" Tuan!"

Aku terkejut melihat keajaiban yang terjadi didepanku. Darah yang semula mengalir dihidungku mendadak hilang, sementara perih yang terasa dihidungku kembali normal seperti sedia kala.

Dia..... Cenayang?

" Tuan Luciel!"

Aku terkejut saat melihat lelaki datar itu berubah menjadi panik melihat darah yang kini malah keluar dari hidung.... Um.. Luciel itu. Darahnya lebih banyak dari punyaku, wajahnya juga berubah pucat dan hampir ambruk sebelum si datar itu dengan sigap segera menangkap tubuh Luciel (biarlah aku memanggilnya begitu) dan membawanya pergi dengan tergesa-gesa.

Aku masih mematung disana. Siapa mereka sebenarnya? Kenapa aku tiba-tiba sembuh dan pria itu tiba-tiba sakit?

Apa kelas khusus itu muridnya orang-orang berbakat? Kau tahu, seperti yang biasa kita lihat dalam film.

Tatapanku terhenti pada jepit rambut hitam yang terletak begitu saja dirumput. Jangan bilang ini milik lelaki tadi?

Aku ingin mengejarnya, namun kuurungkan karena rasanya kurang pantas apalagi ia baru saja pingsan.

Mungkin akan kukembalikan nanti.

" Ah gawat! Aku semakin telat!"

Tersadar dari lamunanku, aku segera berlari untuk masuk kedalam gedung kelas reguler. Sejenak aku melirik kearah gedung kelas khusus, dimana beberapa mobil tampak terparkir dan tidak lama kemudian pria dingin yang tadi kutemui dengan panik menggendong Luciel keluar bersama dengan anggota kelas khusus lainnya. Semuanya pergi, karena aku tahu hanya ada enam orang siswa dari kelas khusus, termasuk perempuan cantik berambut perak yang juga keluar sambil terlihat panik.

Apa mereka sebenarnya keluarga? Mereka semua tampak panik melihat anak bernama Luciel itu sakit.

Ah, iya kelasku. Aku segera melanjutkan lariku sebelum frustasi saat melihat keadaan kelas.

Bebas. Belum ada guru yang mengajar dikelasku.

Entah aku harus senang atau sedih, aku tidak tahu lagi.

" Telat lagi huh?" dengus Tika, si ketua kelas secara sarkas padaku. Dia adalah orang yang paling sering ikut denganku ke ruang konseling jika aku menciptakan masalah dikelas. Wajar lah.... Dia kan bertanggung jawab atas segala tindakan teman-temannya.

" Untung gurunya hari ini tidak bisa masuk karena suatu hal. Jika tidak, aku benar-benar akan membunuhmu Yuta, karena selalu membuatku kerepotan dengan tingkah bodohmu itu"

Aku tersenyum canggung mendengar omelannya.

" Kau tahu Tika, semakin dekat rumahmu maka semakin malas pula kamu untuk bangun pagi" ujarku santai.

[END] Angel or Devil : RewriteWhere stories live. Discover now