12.

3 1 0
                                    

Dhira hanya tersenyum dan pergi ke kamar mandi untuk membersihkan noda dibajunya.

"Dhir.." Panggil rara lembut dan memegang pundak Dhira

Tak ada jawaban. Dhira masih membersihkan noda di bajunya. Sekarang bajunya basah dengan air.

"Emang gue kasar ya Ra? Gue cewe kasar? Emang jadi cewek harus banget lemah lembut? Kenapa Radit kayak gitu ke gue?" Dhira meracau dan menangis. Rara langsung memeluk Dhira. baru kali ini Dhira menangis dan menyebut kata kata seperti itu.

"Ngga Dhir. Lo boleh nangis sepuasnya ko. Tapi satu yang harus lo tau. Jadi diri sendiri itu lebih baik. Lo pikir gue gamau kayak lo? Gue mau bisa berantem dan berani kayak lo Dhir. Tapi ya emang gue gabisa. Jangan pernah nyeselin diri sendiri Dhir. Radit mungkin gatau kebenarannya dan emang si Risanya aja mungkin yang drama. Lo harus kuat lah Dhir. Ayo dong"

Dhira menghapus airmatanya dan memeluk erat sahabatnya itu.

"Thanks banget Ra udah nyemangatin gue."

"Iya sama sama Dhir. Udah ya pelukannya. Nanti baju gue ikut basah."

"Eh iya maap Ra."

Mereka langsung tertawa.

Setelah selesai membersihkan noda di bajunya, Dhira dan Rara kembali ke kelas. Namun di dekat toilet, ada Rian yang menghampiri mereka.

"Nih pake jaket gue Dhir." Rian memberikan jaketnya ke Dhira

"Eh kaga usah Rian."

"Pake aja napa sih? Baju lo kayak baju kelunturan tau." Rian langsung pergi mendahului Dhira dan Rara

"Woah. Lampu ijo deh gue ke Rian buat lo."

"Baik banget yak dia hehe. Eh maen lampu ijo aja lu."

"Hehe gapapa doong."

***

Dhira sedang berjalan ke depan sekolah. Ia melihat Radit di ujung koridor. Dhira bersikap untuk biasa saja dan berpura pura tidak melihat Radit. Rasanya ia ingin menghindar sementara dari Radit. Memang terdengar kekanakan. Tapi Dhira hanya saja masih teringat kata kata Radit saat di kantin.

"Dhir. Gue mau ngomong."

"Eh Radit. Maap Dit gue buru buru mau pulang. Duluan ya Dit."

Dhira agak berlari meninggalkan Radit yang memanggil namanya. Dhira tahu Radit tidak akan diam saja. Pasti Radit akan ke rumah Dhira dan benar benar minta maaf. Dhira sudah hafal sikap Radit.

Seorang laki laki memberhentikan motornya dan memberikan helmnya. Siapa lagi kalu bukan Rian. Orang yang selalu membantu Dhira

"Nih. Mau balik?"

"Kaga mau balik."

"Mau kabur ya lo?!"

"Kaga lah. Maksudnya mau baliknya nanti."

"Yaudah naik. Kita refreshing dulu."

Dhira naik ke motor Rian tanpa berpikir ulang. Tidak ada salahnya kan?

***

Someone Who Care {COMPLETE}Where stories live. Discover now