13.

6 1 0
                                    

"Lu mau bawa gue kemana?"

"Liat aja nanti."

"Kalo lo bawa gue ke tempat yang macem macem gue tinju lo."

"Hahaha boleh boleh."

"Serius gue Rian!"

Rian membelokkan motornya ke sebuah kafe kopi. Dari luar saja aroma kopi yang tercium membuat Dhira merasa tenang.

"Jadi mau ninju gue?"

"Nih!" Kata Dhira sambil mengepalkan tangan

"Weh. Ini kafe kopi. Bukan tempat clubbing Dhir."

"Hehe iya tau."

Mereka masuk dan memesan minum.

"Eh Rian. Tumben bawa cewe?" Kata mas mas yang melayani mereka. Sepertinya Rian sudah sering kesini.

"Haha iya ini temen gue."

"Hehe." Dhira hanya tersenyum memeamerkan giginya.

"Mba itu cewe pertama yang dibawa sama mas Rian loh mba."

"Yang bener nih mas? Cewe pertama apa udah ga keitung lagi?"

"Serius deh mba."

"Eh malah jadi ngomongin gue kan. udah udah. Lu mauminum apa Dhir?" Kata Rian

"Capuchino aja gue."

Setelah pesanan mereka jadi, mereka duduk di salah satu bangku di sudut ruangan.

"Rian, Thanks ya."

"Buat apa?"

"Lu belakangan ini jadi penyelamat gue hehe"

"Santai aja Dhir. Lagian lu anaknya ga ngebeda bedain temen. Jadi gue juga seneng temenan sama lo."

"Haha sip lah."

Dhira menyesap lagi cappuchinonya. Dhira senang sosok Rian berada di sisinya di saat saat seperti ini.

"Dhir. Lo kenapa minta maaf pas Risa numpahin minumannya ke elo?"

"Lo liat ya?"

"Iya gue liat. Dari pas lo berdiri terus ngedorong Risa."

"Hhhh gue gamau terlalu nyari ribut. Gue minta maaf kayak gitu karena emang omongan si Radit bikin gue diem dan ngelunturin amarah gue ke Risa."

"Hmm. Lu ga kayak gitu kok."

"Maksudnya?"

"Lu ga kasar Dhir. Tenang aja. setiap orang pasti punya alesan kenapa marah. Dan lu pasti punya alesan kan kenapa bisa ngedorong Risa dan bilang kalau dia akting kan?"

"Iya gue punya. Sebelumnya dia.." Dhira agak terdiam di sela kalimatnya

"Udah gausah diceritain kalo bikin lo makin kesel. Kan kita ke sini biar lu happy,"

"Hehe iya iya gue happy ko. Makasih ya."

"Yoi sama sama"

Setelah selesai, Rian mengantar Dhira pulang. Benar saja. Di halaman rumah Dhira sudah terparkir motor Radit.

Dhira diam sejenak saat memberikan helm ke Rian

"Mau gue temenin?"

"Eh gausah yan hehe."

"Yaudah, kalo butuh temen ngobrol, bilang gue aja ya."

"Iya. Thanks banget ya. Lu hati hati baliknya."

***


"Dhir abis darimana sama Rian?" Tanya Radit yang menunggu Dhira di ruang santai lantai dua

"Rian ngajak gue ke kafe. Kita abis minum kopi."

"Hmm gitu. Dhir. Gue mau minta maaf soal omongan gue tadi siang di kantin."

"Gue udah maafin lo kok Dit. Lo ga salah."

"Tapi tetep aja gue ngerasa bersalah sama lo. Lo mau cerita kenapa lo bisa bilang Risa sengaja?"

"Gapapa dit. Ergh mungkin guenya aja kali yaang lagi emosi hehe."

"Hmm gitu. Yaudah deh. Dhir, lu lagi deket sama Rian ya?"

"Iya. Kita temenan."

"Yaudah deh moga kalian makin deket kalo emang Rian baik buat lo. Gue balik ya Dhir."

"Iya makasih. Hati hati ya Dit."

Maaf dit. Gue mikirin perasaan lo maaf gue gabisa jujur.
(Dhira)

Dhir. Perasaan ini terlambat datangnya. Tapi gue takut kita jadi jauh.
(Radit)

Someone Who Care {COMPLETE}Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum