1.

18 3 0
                                    

Keadaan kelas masih sunyi, belum banyak murid yang datang.

Dhira memasang headset ke telinganya dan mulai memainkan lagu kesukaannya.

Dhira adalah gadis dengan gaya tomboy. Rambutnya sebahu, mukanya tidak pernah dipolesi make up sedikitpun. koleksi sepatunya pun sneakers.

Dhira anak satu satunya. Orang tuanya pekerja kantoran dan selalu sibuk. Tapi Dhira tidak terlalu terganggu karena ia sudah terbiasa sejak kecil.
.
.
.
.
.
.
Bel masuk berbunyi. Rara, teman sebangku Dhira memasuki kelas dengan napas terengah engah.

"Hhh untung masih keburu, Huaaa Dhira capek banget." Kata Rara sambil menyenderkan punggungnya ke kursi

"Tumben banget kesiangan. Kenapa ra?"

"Iya, Tadi adik gue semobil sama gue. Papah berangkat duluan, ya jadi Pa Juki nganter adik gue ke sekolah dulu baru nganter gue."

"Ooooh gitu."

"Dhir, Rambut gue acak acakan banget ga sih? Duh abis lari lari pasti jelek deh." Kata Rara sambil melihat cermin kecil dari tas nya

Rara berbeda sekali dengan Dhira. Rara sangat memperhatikan penampilannya dan sangat Girly

"Ngga ko ngga. Tetep cantik lo tuuuh."

"Yang bener Dhir?"

"Iya Raraaa."

***


Bu Ica masuk ke kelas. Semua siswa langsung terdiam. Bu Ica adalah Sastra yang sangat disiplin dan sangat tegas.

"Anak anak. Kumpulkan tugas yang ibu kasih minggu lalu. Ada yang tidak mengerjakan?"

"Tidak bu." Jawab semuanya serempak

"Bagus. Nah sekarang buka buku paket halaman.."

'tok tok' Masuklah Rian, anak lelaki tinggi, cuek, bermata sipit yang sering membuat semua siswa geleng geleng kepala karena sifatnya.

"Rian. Sudah tiga kali kamu telat di pelajaran saya! Kenapa kamu telat?"

"Apapun alasan saya pasti saya disuruh keluar kan bu?"

Semua murid tercengang karena jawaban Rian.

"Sekarang kamu ke perpustakaan dan kerjakan Essay halaman 45 sampai 50. Setelah pelajaran selesai, kumpulkan di meja saya. Kalau minggu depan kamu masih telat. Kamu tidak akan ikut pelajaran saya lagi seterusnya. Mengerti kamu?!"

"Iya Bu." Rian langsung pergi meninggalkan kelas.

***


Dhira mengumpulkan latihan yang diberikan oleh Bu Ica.

"Dhira, coba kamu ke perpustakaan dan pastikan Rian mengerjakan essaynya. Kamu yang unggul di pelajaran ibu. Kalau perlu ajari dia kalau dia kesulitan."

"Baik Bu."

Sebenarnya Bu Ica adalah guru yang sangat perduli dengan muridnya. Beliau hanya ingin muridnya disiplin.

Dhira membuka pintu perpustakaan. Ia mencari Rian. Perpustakaan sekolah Dhira memang cukup besar. Ia melihat Rian sedang tiduran dengan posisi duduk di meja sudut perpustakaan.

"Rian!" Dhira memanggil rian saat sudah duduk di sampingnya. Tapi Rian tidak menggubrisnya

"Woi Rian ih banguuun." Kata Dhira lagi sambi mengguncang guncangkan tubuh Rian

"Apaan sih ganggu aja."

"Gue disuruh bu Ica kesini buat ngawasin lo sekaligus ngajarin kalo ada yang belom ngerti. Mana tugasnya?"

Rian memberikan bukunya dan Dhira memeriksa tugasnya.

"Yang kosong itu gue ga ngerti."

"Sini gue ajarin."

"Percuma. Gue kaga akan ngerti. Gue unggul di lapangan doang."

"Ya sini mangkanya belajar. Nurut aja napa sih lo."

Akhirnya Rian belajar dengan Dhira.

Banyak anak perempuan yang menyukai Rian. Tentu saja, Rian adalah anak yang pintar dalam olahraga. Renang, Basket, Futsal, Voli.

Hampir semua olah raga dapat ia lakukan badannya pun bagus. Banyak siswi yang ingin mengajari Rian di bidang akademis tapi semuanya tak lebih hanya modus. Yang lain? Mereka tak tahan dengan sikap Rian dan dari semua itu hanya Dhira yang tidak modus dan tahan dengan sikap Rian.

Setelah menyelesaikan tugasnya, Rian langsung mengumpulkannya ke ruangan Bu Ica.

"Woi, kaga mau bilang makasih lu?"

"Sama sama Dhir." Jawab Rian

Dhira hanya tertawa dan menggeleng gelengkan kepalanya.

***

Someone Who Care {COMPLETE}Where stories live. Discover now