Kondisi kapel ini sendiri sedang kosong, karena tidak ada ibadah yang dilaksanakan di sana. Awalnya Taeyong merasa ada yang aneh dengan hyungnya yang mengajaknya berjalan-jalan ke kapel. Taeyong pun terus mendorong kursi roda Myungsoo hingga di depan patung sesuai permintaan hyungnya.

"stop disini" ujar Myungsoo dan kursi rodanya pun berhenti bergerak.

Myungsoo berusaha bangkit dan ia berlutut pada bantalan yang ada di lantai. Taeyong ikut berlutut di sebelah Myungsoo. Taeyong melihat Myungsoo melipat tangannya, membuat tanda salib dan memejamkan matanya. Myungsoo sedang berdoa.

Taeyong sendiri merinding melihat hyungnya berdoa. Ia jadi teringat betapa jarangnya ia ke Gereja setiap hari Minggu. Dan kini ia baru tahu bahwa hyungnya adalah orang yang rajin berdoa. Taeyong tidak menyangka hyungnya memejamkan matanya cukup lama, bahkan ia sempat takut akan terjadi sesuatu yang buruk pada hyungnya. Myungsoo masih fokus berdoa sementara Taeyong sendiri bingung dia harus melakukan apa.

Tuhan, aku tidak tahu aku harus berdoa apa, tapi kumohon kabulkanlah doa Myungsoo hyung.

Myungsoo kembali membuat tanda salib dan membuka matanya. Sesekali ia menyeka matanya. Nampaknya Myungsoo hampir menangis saat ia berdoa. Myungsoo pun menatap Taeyong yang berlutut di sebelahnya. Tatapannya sulit ditebak Taeyong.

"hyung, aku tidak menyangka kau rajin berdoa juga" ujar Taeyong dengan suara sepelan mungkin.

"tentu saja. Setiap kali aku selesai berdoa, aku merasa sangat tenang. Adikku ini rajin berdoa juga kan?" tanya Myungsoo.

Taeyong menggelengkan kepalanya yang membuat Myungsoo tertawa pelan.

"tadi apa saja yang kau doakan, hyung?" tanya Taeyong penasaran.

"eh, itu rahasia. Berdoa adalah percakapan pribadi antara kita dengan Tuhan" Myungsoo terkekeh.

Tuhan, jika Engkau berkenan berikanlah aku kesembuhan kali ini. Tapi jika memang Engkau tidak berkenan, setidaknya persatukanlah keluargaku.

"Taeyong, ayo kita ke taman" pinta Myungsoo.

Taeyong menuruti perkataan hyungnya dan bergegas mengantarkan hyungnya ke taman rumah sakit. Sedari tadi Taeyong takut akan terjadi hal yang buruk pada Myungsoo karena dari tadi Myungsoo menunjukkan sikap yang aneh. Namun Taeyong berusaha berpikiran positif dan memilih menuruti perkataan Myungsoo.

Kini Taeyong sudah duduk di bangku taman dan Myungsoo ada di sampingnya. Dari kursinya, Taeyong melihat beberapa anak kecil sedang bermain basket di lapangan basket yang berada tidak jauh dari taman. Taeyong melihat Myungsoo yang ada di sampingnya, Myungsoo memandang lapangan basket dengan tatapan kosong.

"hyung, gwaenchana?" Taeyong menjadi khawatir karena melihat Myungsoo yang terus-terusan melamun.

"aku baik-baik saja. Aku hanya ingin bermain basket" ujar Myungsoo sambil tersenyum.

"tapi hyung..."

"Iya iya, aku tahu aku sakit dan tidak mungkin lagi bermain basket" Myungsoo tersenyum dengan senyumannya yang terasa berbeda dari biasanya.

"hyung jangan berbicara begitu. Dua hari lagi hyung akan dioperasi. Setelah dioperasi pasti kau akan sembuh dan bisa bermain basket lagi" ujar Taeyong.

Taeyong melihat Myungsoo yang terdiam, beberapa detik kemudian Myungsoo menitikkan air mata kemudian terisak. Baru kali ini Taeyong melihat hyungnya menangis separah ini. Taeyong pun memeluk hyungnya dengan erat.

"hyung... uljimayo" ujar Taeyong.

"Taeyong-ah... mianhae" ujar Myungsoo.

"kenapa hyung meminta maaf? Hyung tidak melakukan kesalahan apapun" ujar Taeyong yang merasakan kesedihan sekaligus kebingungan dengan perkataan Myungsoo.

I'm Sorry I'm too IntrovertWhere stories live. Discover now