part 2

518 48 6
                                    

Author POV

Myungsoo membuka mata dan yang ia dapati hanyalah ruangan serba putih beraroma obat yang menusuk hidungnya. Ia tentunya sudah kenal dengan ruangan ini. Disampingnya ada Woohyun temannya yang sedari tadi menunggu, barangkali menunggu Myungsoo bangun.

“oi Myungsoo, kau sudah bangun eoh?” tanya Woohyun.

“aku... kenapa aku disini?” tanya Myungsoo.

“tadi kau jatuh saat bermain basket, kau dibawa kesini” kata Woohyun.

Myungsoo mencoba bangkit, namun saat ia berdiri matanya malah berkunang-kunang.

“aish” rutuk Myungsoo.

“Myungsoo kau sakit apa? Sepertinya akhir-akhir ini kamu lemah sekali” kata Woohyun.

“tidak! Aku tidak sakit! Dan aku juga tidak lemah! Aku hanya kecapekan akhir-akhir ini” kata Myungsoo.

“ah mianhae Myungsoo. Ehm apa kau mau pulang?” tanya Woohyun.

“pulang? Memangnya sekarang jam berapa?” tanya Myungsoo.

“ehm.. sekarang jam 8 malam” kata Woohyun.

“aigo! Aku lupa ada janji makan malam dengan appa! Bagaimana ini?! Woohyun ikutlah aku biar kuantar pulang” kata Myungsoo.

“mwo? Tapi rumah kita kan beda arah, nanti kamu lama pulangnya” kata Woohyun.

“tempat makannya searah dengan rumahmu, Woohyun. Kajja Woohyun”

...

“Doyoung, apa perlu ahjumma beri tahu appamu?” tanya eomma Taeyong.

“ehm... tidak perlu ahjumma, appaku sedang pergi ke luar kota dan dia sudah tahu aku akan menginap disini” kata Doyoung.

“baiklah kalau begitu selamat istirahat” kata eomma Taeyong.

Taeyong dan Doyoung langsung beranjak ke kamar Taeyong, Doyoung membantu Taeyong mempersiapkan kasur untuk Doyoung dan menunggu Taeyong selesai mandi. Sementara Doyoung melihat-lihat kamar Taeyong. Doyoung dengan iseng membuka-buka laci buku Taeyong dan melihat koleksi Taeyong. Doyoung kagum dengan temannya yang sangat rapi dan bersih dalam menata kamar, berbeda dengan kamarnya yang amat berantakan dan tidak pernah bersih ini. tiba-tiba Doyoung melihat sebuah pembatas buku mencuat dari buku Taeyong. Sebuah kertas yang ia kira adalah pembatas buku. Karena penasaran, Doyoung mengambil kertas tersebut. Ternyata foto itu adalah foto sepasang bayi laki-laki yang amat lucu. Doyoung melihatnya dengan terkagum-kagum.

“Doyoung apa yang kau lakukan dengan laciku?” tanya Taeyong tiba-tiba.

“eh? Kau sudah selesai mandi?? Hehehe aku hanya... ehm.. melihat-lihat” kata Doyoung.

“lalu apa itu yang kau pegang?” tanya Taeyong.

“ehm... foto bayi, ini lucu sekali. Apakah ini kamu?” tanya Doyoung berusaha mengalihkan pembicaraan.

“kata eommaku iya, yang sebelah kiri itu aku” ekspresi Taeyong mulai melunak.

“whoaaa ternyata dibalik Taeyong yang selama ini galak saat bayinya sangat lucu!” gumam Doyoung gemas.

“tapi siapa bayi yang di sebelahnya?” tanya Doyoung.

“ehm aku tidak tahu, eomma tidak memberitahuku” kata Taeyong.

“ah benarkah?” tanya Doyoung ragu.

Doyoung membalik kertas foto itu, di belakangnya bekas tinta luntur. Pasti dulunya ada tulisan di balik foto ini. Namun sekarang tintanya luntur, bersisa beberapa suku kata yang tidak jelas maknanya.

“kembalikan di tempat kau mengambilnya tadi” perintah Taeyong.

“mwo? Ini kan fotomu, kenapa tidak kau pajang saja?” tanya Doyoung.

“aish” Taeyong merebut paksa foto itu dari Doyoung dan meletakannya kembali di dalam lacinya.

“kau sepertinya tahu kalau aku tidak suka orang yang lancang mengambil barang milikku” kata Taeyong.

“ah baiklah, sepertinya suasana hatimu sangat buruk hari ini. Mianhae Taeyong” sesal Doyoung.

“eum... sekarang mandilah, aku tadi sudah siapkan air hangat” kata Taeyong.

Doyoung pun mengambil handuknya dan pergi ke kamar mandi meninggalkan Taeyong sendirian. Taeyong bergegas membuka lacinya kembali dan ia mengambil foto tadi yang diambil Doyoung. Iya mengamati foto itu dengan serius. Melihat sepasang bayi laki-laki yang sedang tidur berhadapan. Mereka menggunakan baju yang sama dan kaus kaki yang sama. Mereka terlihat seumuran. Apa mungkin mereka kembar, pikir Taeyong.

Namun Taeyong buru-buru menghapus pikirannya. Ia adalah anak tunggal dan sudah tinggal bersama eommanya sejak kecil. Ia bahkan tidak pernah bertemu dengan appanya. Setiap kali ia bertanya tentang appanya kepada eommanya, eomma hanya menjawab kalau appanya adalah orang jahat yang pergi meninggalkannya saat ia masih kecil. Bahkan Taeyong tidak pernah melihat foto appanya di rumah ini.

“lalu sebenarnya siapa bayi yang satunya lagi?” gumam Taeyong.

TBC

(Next? Comment & vote below)

I'm Sorry I'm too IntrovertWo Geschichten leben. Entdecke jetzt