part 16

255 32 2
                                    

Myungsoo berjalan menyusuri koridor sekolahnya dan Myungsoo merasa dirinya diperhatikan siswa yang ada di koridor. Beberapa siswa yang melihatnya langsung saling berbisik, seakan mereka sedang membicarakan Myungsoo. Myungsoo sejujurnya bingung dengan keadaan sekitarnya, namun ia memilih untuk tidak mempedulikan keadaannya.

"Hai, howon"

Myungsoo menyapa Howon yang berdiri di depan kelasnya, namun tidak seperti biasanya, Howon menanggapinya dingin. Myungsoo tentu menyadarinya namun memilih berpikir positif saja, barangkali Howon sedang bad mood.

Sesampainya di kelas, Myungsoo langsung duduk di samping Woohyun, teman sebangkunya yang sudah datang terlebih dahulu. Woohyun terlihat sedang serius menatap ponselnya sambil mengetik pesan, sesekali ia mendecak sebal dan bergumam sendiri.

"Woohyun, kau kenapa?" tanya Myungsoo.

Woohyun menoleh, "eum, gwaenchana".

"Kau kemana saja? Kudengar kau sakit" tanya Woohyun.

"Iya, aku sakit... Aku sakit demam" kata Myungsoo.

"Jinjja?? Tapi dua hari yang lalu aku pergi ke rumahmu dan kau tidak ada" ujar Woohyun dengan tatapan mata yang meragukan Myungsoo.

"Ah itu..." Myungsoo berpikir sejenak.

"aku sedang ke dokter bersama appaku" kata Myungsoo.

“oh iya, ngomong-ngomong disini sedang ada masalah apa? Sepertinya banyak orang yang sedang membicarakan sesuatu” akhirnya Myungsoo memberanikan dirinya bertanya.

“ah itu... aku akan bilang ya, tapi kau jangan tidak tersinggung. Sebenarnya ini terkait dengan beberapa hari lalu... pertandingan di Chungdam” ujar Woohyun.

“oh itu, memangnya ada apa?” tanya Myungsoo.

“itu semua berkaitan dengan sikapmu yang cenderung membela mereka dan bahkan meminta maaf. Bagi Howon kau sangat mempermalukan kita... apalagi tim kita kalah dengan sekolah mereka” ujar Woohyun.

“ah karena itu. Aku memang membela mereka karena kita sendiri yang salah. Kita menghina sekolah mereka... aku tidak mau pertengkaran yang kemarin berlanjut dan jadi... kau tahu, jadi mengerikan. Ditambah lagi kemarin kau ikut-ikutan” ujar Myungsoo.

“yeah, aku akui aku ikut-ikutan, saat itu aku terbawa emosi karena aku kalah. Sebenarnya aku paham maksudmu... tapi Howon dan kawan-kawannya tidak. Kau tahu... mereka menyebarkan gosip kalau kau berpihak pada sekolah mereka. Hal ini didukung dengan keluarnya kau di kuarter ketiga padahal saat itu sekolah kita sudah unggul tipis, dan yang ku bilang tadi” ujar Woohyun panjang lebar.

Myungsoo menelan ludahnya susah payah. Ia tidak menyangka selama beberapa hari di rumah sakit, banyak yang ia lewatkan di sekolahnya.

“dan maaf kalau aku berkata begini, Myungsoo. Anak-anak di sekolah kita mempercayai gosip itu sehingga mereka jadi membencimu” ujar Woohyun.

Myungsoo merasa kini popularitasnya sudah selesai. Satu sekolah mulai membencinya dan menganggapnya pengkhianat. Ditambah lagi Howon yang terlebih dahulu menyebarkan kabar itu.

Sejak lama Myungsoo sedikit bersaing dengan Howon. Sudah sejak lama juga Howon disebut-sebut menginginkan posisi kapten tim basket, namun sang pelatih lebih memilih menyerahkan posisi itu pada Myungsoo daripada Howon.

“aku akan jelaskan semuanya, Woohyun” ujar Myungsoo.

Hal itu bertepatan dengan berbunyinya bel masuk sekolah. Membuat Myungsoo terpaksa menunda pembicaraannya itu.
Sepanjang pelajaran, konsentrasi Myungsoo terpecah. Ia memikirkan apa saja yang akan ia jelaskan kepada sahabatnya itu. Mulai dari kondisi sakitnya dan masalah keluarganya yang berkaitan dengan peristiwa di SMA Chungdam itu.

I'm Sorry I'm too IntrovertWo Geschichten leben. Entdecke jetzt