“Kim Sungjong, diamlah! Kau jangan ikut-ikutan mengarang cerita bohong ini!” seru Howon marah.

“Seharusnya kau yang diam, Howon! Aku berkata yang sebenarnya. Memang aku tidak tahu kalau ternyata dia sekarang sakit lagi... sejak SD Myungsoo memang terkenal tertutup orangnya” ujar Sungjong.

“lihat, aku tidak bohong, kan?” ujar Taeyong.

“dan kalian menyebar fitnah tentang Myungsoo tanpa mengetahui keadaan yang sebenarnya. Lalu kalian mengucilkan dia. Dia jadi tertekan saat di sekolah. Lihatlah, sekarang dia sudah keluar dari sini” ujar Taeyong.

“ya! Cukup sudah, sebenarnya kalian mau apa disini?! Kalian mencariku karena aku memukul adik kelas kalian kan?” tanya Howon.

“iya tentu saja” Yuta maju lalu mengambil ponselnya.

“lihat sini, bodoh” ujar Yuta.

CEKREK

Yuta berhasil mengambil foto full body dari Howon dengan kamera ponselnya lalu tertawa puas.

“ya! Apa yang kau lakukan?!” tanya Howon marah.

“aku hanya akan melaporkan ke kepala sekolahku tentang perbuatan kekerasan yang dilakukan kalian. barangkali kepala sekolahku akan menghubungi kepala sekolah kalian. Foto ini berguna sebagai bukti” ujar Yuta.

“ya!”

Howon menjadi berang dan melayangkan satu pukulan ke wajah Yuta. Namun tangan Howon ditahan dengan mudahnya oleh Taeyong.

“kau lupa ini sekolah? Bagaimana jika aku melaporkanmu?” ancam Taeyong.

“kau berani mengancamku, sekarang? Aku punya banyak pasukan di belakangku! Maju saja kalau kau berani” ujar Howon.

“awalnya aku tidak mau mempercayai ceritamu, tapi aku tahu Woohyun dan Sungjong berkata benar. Kami tidak mau berteman dengan orang tukang fitnah dan tukang bohong” ujar Dongwoo.

“apalagi yang sampai memfitnah dan mengkhianati Myungsoo, kapten basket kami” ujar Sungyeol.

“teman-teman, ayo kita kembali”

Kerumunan siswa-siswa ber-jas hijau itu pergi meninggalkan mereka dan Howon. Howon yang amat marah pun menurunkan tangannya dan pergi meninggalkan kerumunan siswa Chungdam di depan gerbang. Suasana pun sudah kembali aman.

“whoa, yang tadi itu keren sekali! Strategimu terbaik” puji Yuta pada Taeyong.

“kalian harus berterima kasih pada orang ini” ujar Taeyong.

Terlihat seorang siswa ber-jas hijau tua mendekat ke arah Taeyong dan ber-high five ria dengan Taeyong.

“kita sepertinya belum berkenalan. Aku Nam Woohyun, aku temannya Myungsoo” ujar Woohyun memperkenalkan diri pada teman-teman Taeyong.

“dialah pengkhianat yang sebenarnya” ujar Taeyong sambil menunjuk Woohyun dengan bangga.

“apa?” ujar teman-temannya kaget.

“maksudnya aku dan Taeyong sudah bekerja sama. Akulah yang memancing mereka kesini dengan berpura-pura panik bahwa aku diancam Taeyong” ujar Woohyun.

“dan kau sukses mempermalukan Howon. Benar-benar pengkhianat sejati” ujar Doyoung.

“aku bahkan tidak merasa berdosa mengkhianati orang itu. Yang penting aku tidak mengkhianati temanku, Myungsoo” ujar Woohyun bangga.

“sekarang kalian pulanglah, masalah kalian sudah selesai, kan?” ujar Woohyun.

“eum, kami akan pulang. Terima kasih ya, Woohyun” ujar Taeyong.

. . .

Taeyong membuka pintu kamar Myungsoo. Taeyong pun melihat bahwa kamar hyungnya cukup ramai dikunjungi oleh teman-teman hyungnya itu. Kepala Taeyong menyembul dari samping pintu yang membuat teman-teman Myungsoo menoleh ke arahnya.

“eum... apa aku mengganggu kalian?” tanya Taeyong.

“Taeyong, masuklah” ujar Myungsoo sambil melambaikan tangannya.

Taeyong pun melangkah masuk dengan perasaan kikuk karena ia tidak mengenal semua orang-orang asing yang merupakan teman-teman hyungnya.

“teman-teman, perkenalkan ini kembaranku, namanya Taeyong” ujar Myungsoo.

“ah, ne. Annyeonghaseyo” sapa Taeyong.

“aku tidak berkata bohong kemarin” ujar Taeyong.

“whoaa, iya kau benar... kalian berdua mirip” ujar Sungyeol.

“sebenarnya kami tidak identik lhoo” ujar Myungsoo.

“Taeyong terima kasih ya, kau mau repot-repot ke sekolahku kemarin... lihatlah sekarang teman-temanku datang menjengukku” ujar Myungsoo bahagia.

“kami menyesal telah mendengar perkataan Howon... maafkan kami, Myungsoo” ujar Sungjong.

“tidak apa-apa. Lalu bagaimana kabar Howon sekarang?” tanya Myungsoo.

“dia sedang di-skors kepala sekolah karena memukul anak Chungdam itu” ujar Sungyeol.

“dan sekarang dia tidak punya teman, kasihan sekali dia” Sungjong menambahkan.

“tidak apa-apa, itu pantas ia dapat karena telah memfitnah hyungku” ujar Taeyong.

. . .

“Myungsoo, kami pulang dulu ya” ujar teman-teman Dongwoo.

"Myungsoo, cepatlah sembuh supaya agar kita bisa bermain basket lagi" ujar Sungyeol yang menyemangati Myungsoo.

Myungsoo tertawa mendengar perkataan teman-temannya yang kemudian pulang. Kini suasana kamar Myungsoo kembali sepi, namun ada yang berbeda dari diri Myungsoo hari ini. Myungsoo tampak lebih bahagia daripada sebelumnya.

“hyung bagaimana perasaanmu sekarang?” tanya Taeyong.

“aku merasa... hari ini aku sangat senang... aku banyak mendapat kabar baik hari ini... aku boleh pulang besok, lalu teman-temanku datang menjengukku bahkan berkali-kali mereka minta maaf padaku” ujar Myungsoo.

“terima kasih Taeyong... aku tidak tahu harus bilang apa lagi selain terima kasih” ujar Myungsoo.

“ne... asalkan kau bahagia hyung, aku juga bahagia” ujar Taeyong.

“ngomong-ngomong besok aku akan berangkat ke Busan untuk bertanding. Tim sepak bola juga akan berangkat besok” ujar Taeyong.
“wah sayang sekali, aku malah baru mau pulang dan kau malah pergi” ujar Myungsoo kecewa.

“tenang, hyung. Justru kami sengaja berangkat duluan supaya kami bisa jalan-jalan terlebih dahulu dan langsung pulang setelah pertandingan. Kan aku butuh mempersiapkan pesta ulang tahun kita juga” ujar Taeyong.

"Ah, kau benar! Pesta ulang tahun kita... aku bahkan sampai lupa memikirkannya" ujar Myungsoo sambil tertawa.

"Setidaknya semua teman-temanmu akan datang kan? Hyung tenang saja, mulai hari ini sekolah kita sudah berdamai. Kupastikan tidak akan ada tawuran di pesta ulang tahun kita" ujar Taeyong yang membuat tawa Myungsoo semakin keras.
.
.
TBC
.
.
Vote below and happy reading 😊

I'm Sorry I'm too IntrovertWhere stories live. Discover now