15 : Love Conquers All, Even Hate

704 21 0
                                    

"Apa ini adalah kali pertama bagimu mengunjungi hotel Evan? Hotelnya sangat indah, bukan? Aku menyukainya. Mungkin aku akan menginap di sini nanti, beberapa kali." Tutur Caesar, memecah keheningan. Ia agak kurang nyaman dengan situasi canggung apabila berada berdua saja dengan gadis di hadapannya ini.

Cylla, yang sibuk membaca dan membolak-balik halaman majalah hanya diam saja, tidak menanggapi Caesar. Ia agak kaget sebenarnya ketika Caesar mengajaknya bicara, tapi ia tak berniat untuk mengobrol dengan pria itu.

"Bukankah hotel ini bagus untuk honeymoon? Aku rasa Clavichord bisa bersaing nantinya dengan hotel-hotel lain. Aku salut dengan Evan." Caesar masih bercerocos, tapi Cylla tak ada niat untuk menanggapi.

Mendengar kata honeymoon, Cylla merasa muak. Tentu saja, pasti Caesar akan pergi ke sini nantinya bersama Luella, gadis yang akan ia nikahi! Cylla membanting majalah ke atas meja kayu, lalu ia bangkit berdiri. Ia berjalan melewati Caesar yang terbengong-bengong melihatnya.

Cylla berjalan ke halaman belakang, ke area kolam renang dan wahana bermain anak-anak, yang juga memiliki pemandian air panasnya. Ia ingin menikmati suasana Puncak, yang dapat menangkannya dari segala macam pikiran yang membuat hatinya gundah gulana.

Tanpa ia sadari, Caesar menyusul dan telah berdiri di sebelahnya. Cylla menatap pria itu kesal.

"Apakah ada masalah?" tanya Cylla pada Caesar, dongkol.

Caesar mengangkat bahunya, "Tidak. Apakah salah kalau aku hanya ingin mengajakmu mengobrol?"

Cylla mendecak dan hendak berjalan menjauhi Caesar, tapi pria itu telah lebih dahulu menahan tangannya. Cylla berhenti dan melempar pandangan kesal pada Caesar. Gadis itu melirik tangan Caesar yang mencengkram pergelangan tangannya.

"Apa salahku? Apa yang telah kuperbuat hingga membuatmu begitu benci dan marah padaku? Katakan, aku tak tahan lagi." Caesar merasa ini adalah waktu yang tepat baginya untuk melampiaskan seluruh uneknya.

Cylla agak terkejut mendengar pertanyaan Caesar, tapi gadis itu segera merubah raut wajahnya menjadi normal.

"Kau tidak melakukan apa-apa," Cylla menepis tangan Caesar dengan kasar, "aku hanya tidak ingin mencampuri urusanmu."

"Tapi, kau berubah! Pertama, kau bersikap seolah kau tidak mengenalku! Kedua, sikapmu kini sangat jauh berbeda dengan kali pertama aku melihatmu waktu itu! Apa yang terjadi? Apa salahku?" tanya Caesar bertubi-tubi.

Cylla terdiam.

"Lalu, mengapa kau tidak mengatakan pada Evan kalau kita telah bertemu sebelumnya?"

"Oh, apakah hal itu penting bagimu?" Cylla bertanya dengan nada getir, "Bukankah kau gemar mencampakkan hal-hal yang penting bagimu? Tidakkah kau tahu bahwa....kau baru mengetahui sesuatu itu berharga apabila kau telah kehilangannya?"

"Aku tidak mengerti," Caesar mengernyit.

Cylla memalingkan wajahnya, berusaha menyembunyikan matanya yang mulai berkaca-kaca, mata yang menjadi tempat pelampiasan hatinya yang sakit sekali. "Kau tidak akan mengerti. Bagimu, semua kenangan tidak ada yang berharga kan? Bagimu kenangan itu hanya ada untuk dilupakan, bukan untuk dikenang."

Caesar terdiam, tapi matanya masih menatap Cylla.

"Sudahlah. Aku tidak mau membicarakan ini." Cylla berbalik badan.

"Tunggu." Caesar berhasil membuat Cylla berhenti. "Siapa kau sebenarnya?"

Cylla yang sedang memunggungi Caesar berhasil dibuat terkejut dengan pertanyaan itu. Ia sama sekali tidak pernah menduga kalau Caesar akan menanyakan hal itu kepadanya. Apa yang harus ia jawab?

RaindropsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang