#4# Pengejar Toilet

643 52 27
                                    

Bintang gemintang bertaburan di langit malam bagai titik-titik cahaya di hamparan kelam. Kanvas langit itu bukan hitam melainkan biru tua. Indah. 

Jendela kubiarkan terbuka agar aku bisa menikmati pesona malam tanpa pembatas.

Sweater rajut maroon membungkus tubuhku. Cukup hangat. Setidaknya aku bisa berlindung dari angin malam yang dingin. Jarum jam menunjukkan pukul sembilan malam lebih lima menit. Semua PR dan tugas sudah selesai kukerjakan. Tapi aku merasa ada sesuatu yang masih terbengkalai. Apa?

Ceritaku!

•••

Ting tong ting tong

Kuputar kenop pintu perlahan, "Pagi, Buk!" Sapaku kepada seorang wanita berhijab hitam yang terlihat segar pagi ini. Beliau membalas dengan senyuman.

"Sudah siap?" Tanyanya sambil mencuri pandang ke dalam kamar, "Ella mana?"

"Masih mandi," ujarku singkat. Itulah realitanya. Gadis itu sangat susah untuk dibangunkan.

Bu Net melirik arlojinya, "Jangan lama-lama. Setengah jam lagi latihan akan dimulai." Beliau menyuguhkan selekuk senyum yang menurutku lebih terkesan killer ketimbang manis. "Ibuk turun duluan, ya." Sambungnya.

Aku mengangguk. Setelah pintu tertutup, aku sedikit bernapas lega. Meskipun begitu, bayangan ekspresi tadi cukup membuatku ngeri.

"El, mandinya buruan!" Ujarku dari balik pintu kamar mandi.

Tidak lama kemudian, Ella keluar. "Buk Net, Re?" Tanyanya dengan handuk masih menutup kepala.

"Iya," jawabku sambil mengotak-atik remote televisi, mencari siaran menarik untuk ditonton.

"Si Hanna sama Syifa belum kemari?"

Ting tong

"Panjang umur!" Decakku lalu membukakan pintu.

::::

Kami berempat memasuki sebuah ruangan di lantai dasar. Pelatihan OSP SMP, tulisan itu terpampang di depan pintu masuk.

"Kok dibatas gini?" Tanyaku ketika melihat ruangan tersebut dibagi menjadi tiga dengan papan tulis sebagai pembatas.

Pertanyaanku terpaksa ditangguhkan karena tidak lama setelahnya beberapa orang berduyun-duyun memasuki ruangan.

"Sini, Re!" Hanna menarik tanganku, menyuruh untuk duduk di sebelahnya.

Sebenarnya tanpa dijawab sekalipun aku sudah mengetahui jawaban atas pertanyaanku tadi. Ruangan ini dibagi menjadi tiga karena mata olimpiade SMP terbagi atas tiga, yaitu Matematika, IPA, dan IPS. Khusus ruangan kami--bidang IPS-- posisi tempat duduk dibentuk leter U. Memaksimalkan ruangan yang minimalis, pikirku.

Di sayap kiri untuk peserta perempuan, sayap kanan untuk peserta laki-laki sedangkan sisi horizontal untuk para guru pembimbing. Aku duduk di antara Hanna dan Syifa.

"Yang IPS tujuh orang?" Tanya Syifa yang duduk di sebelahku.

"Kayaknya sih iya," jawab Hanna.

Perhatian kami tersita sepenuhnya ketika seorang dosen wanita memasuki ruangan dan duduk di depan kami. Wanita berkacamata itu menyapa kami dengan selekuk senyum di bibir meronanya.

"Itu Bu Erna, kan?" Bisik Hanna memastikan. Aku mengangguk. Beliau sempat mengajari aku dan Hanna pada pelatihan OSP di Bukittinggi. Tidak salah lagi!

"Assalamualaikum warahmatullahi wa barakatu. Perkenalkan nama Ibu, Ernawati, dosen Geografi UNP. Siapa yang kenal sama Ibu?" Tanyanya to the point.

Sweet Science ✅[END]Where stories live. Discover now