Ketiga

50 2 0
                                    

"Woy Senjaa.. melongo lagi" suara yang merusak suasana hatiku yaitu pelatihku dan teman temanku langsung kayak tadi yaa menertawakan ku.

Tak lama kemudian tangan Dinda dipegang oleh temanku yang namanya Ahmad teman sebangku ku dalam kelas, ya begitu dia kalo melihat wanita cantik pengennya cepet cepet, dia adalah temanku yang tak suka menunggu lama, yang paling egois, paling gampang marah, kalo diajak bicara ngeyel terus enggak mau kalah,tapi gamapang tunduk sama perempuan.

Sambil memegang tangan Dinda, Ahmad pun berdiri dan teman-teman ku menjadi backsoundnya

"Wussssssss" kata teman-teman ku.

"Hai kenalin aku Ahmad" dengan senyum yang tertupi kumis lebat dan suara berat kaya bapak bapak gitu.

"Hai.. aku Dinda" sambil tersipu melihat Ahmad memegang tangannya.

Ku potong saat Ahmad mau bicara lagi.

"Eeittt.. eeitt.. penonton dilarang pegang - pegang, haram bukan mukhrim. Sana duduk lagi dasar Brengos (bahasa jawa kumis)" akupun melepaskan tangan Ahmad dari tangan Dinda.

Ahmad pun duduk sambil bergumam "Ah elu anak kadal ngerusak suasana indah aja" .

Dindapun hanya tertawa kecil melihatku dengan Ahmad seperti itu, mungkin ia melihat seperti kucing dan anjing yang selalu ingin bertengkar, tapi itulah namanya persahabatan. Karena setiap pertengkaran tak merubah menjadi permusuhan, hanya tawa dan canda yang menjadi endingnya.

"Yak itulah nama dari anggota baru kita yang begitu cantik rupawan. Sekian dari pembawa acara yang tampan ini. Wassalamu'alaikum wr.wb" ujarku sambil menatap matanya.

"Wa'alaikumsallam" jawab teman-temanku.

Setelah perkenalan itu, gantian sama pelatihku ia berdiri dan memberikan ulasan tentang tari yang begitu panjang. Ya begitu setiap ada anggota baru dia selalu seperti itu, hingga aku apal yang ia bicarakan.

Aku dan Ahmad hanya bisa bengong melihat Dinda, walapun Ahmad itu sudah punya pacar , tapi ya gitu kalo lihat ada yang baru. Dan Ahmad pun bersandar ke pundak ku, aku pun bersandar di kepalanya. Dan lamunan ku mengangan di atas pikiran hingga tak sadar mulut ku berkata pelan "Oh Dinda". Kemudian Ahmad pun juga begitu "Dinda.. Dinda.. Bocah kok ayumen tooo" itu bahasa jawa orang kok cantik sekali, semua yang ada dipikiran Ahmad adalah semua wanita ia bilang cantik.

Tak lama kemudian sebuah buku yang melayang ke kepala kami berdua, Plaakkkkkkk !!! itu ulah Komandan Yos yang merusak lamunan indah ku. Kami berdua pun kaget dan langsung berdiri dan hormat.

"Kalian lagi, kalian lagi, hadehh.. coba apa yang bapak jelaskan tadi ?" kata pelatihku

"Kami tak tahu Komandan !" dengan lantangnya kami berdua mengucapkan itu. Sebenarnya kami sudah tau tapi males aja mau jelasin.

"Astaga..Kapan kalian pinternya, udah lama jadi anak buah tapi tak paham paham juga" sambil menepuk kening kami berdua.

"Nanti pak, bila waktu sudah tiba semuanya akan terbuka dan terjawab apa adanya" jawabku kayak orang sok puitis gitu.

"Dan Allah Subhanahu wata'ala akan memberi jalannya pak" sambung Ahmad meneruskan kata-kata ku sambil kita berdua cengengesan.

Plaakkkkkkk !!! buku melayang lagi ke kepala kita. Semuanya tertawa melihat kelakuan kami seperti itu

"Loh kok dipukul buku lagi pak ?" tanyaku pada Komandan Yos.

"Itu hadiah buat kalian semoga ada perkembangan dikepala kalian berdua biar mendingan" jawabnya dengan asap rokok yang menggebu-nggebu dari bibirnya seperti knalpot motor.

"Nggak krasa pak" tiba-tiba suara Ahmad keluar.

"Nggak kerasa ? mau tak pukul buku maneh ?" ujar Komandan Yos yang siap memukul Ahmad, karena pelatihku itu masih muda umurnya masih 26 jadi ya paham sifat anak sma.

"Silahkan" sambil mengangkat kumis liciknya.

Plaakkkkkkk !!!

"Hahaha...Gimana Kemad ?" tawa pun muncul dari pelatihku.

"Nggak kerasa pak !" jawab Ahmad dengan percaya diri.

"Lohh itu tadi udah sekuat-kuatnya lo Mad" pelatihku menjawab begitu dengan garuk garuk kepala.

"Nggak kerasa pak ! nggak kerasa ! karena perasaanku sudah membeku mati rasa ketika dia begitu dingin sikapnya" jawab Ahmad yang begitu menyentuh.

"Oooohhhh" semua teman-teman ku menjadi backsoundnya si Kemad lagi.

"Oooohhhh.. Kemaad kasihaaannnnn" ucapku dan pelatihku sambil memeluk Ahmad yang lagi melow.

Dan seketika pecah semua menjadi tertawa melihat kami bertiga. Ya, itu Komandan Yos dia yang paling dekat dengan kami berdua dibandingkan dengan guru-guru lainnya.

Dan bel istirahat pun mengakhiri pertemuan tadi, kami punkembali ke kelas masing-masing. Dengan iringan hujan kami masuk ke kelas.

Ratapan HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang