"Kau mewujudkan cita-citamu. Kau menjadi perawat sekarang," ucap elana terharu dan senang .

Dan mulai lah kedua gadis itu berbagi cerita hidup mereka. Mira mengatakan bahwa tak lama setelah elena diadopsi, dia juga didopsi oleh keluarga kaya yang tak memiliki anak. Elena juga menceritakan kisah hidupnya dan siapa diego untuknya. Tapi elena tak menceritakan keadaannya yang sekarang. Tentang dia yang terlibat kesepakatan gila bersama brian dan elise.

Setelah satu jam mengobrol, mira hendak pamit karena dia belum selesai bekerja. Elena juga melihat jam di ponselnya. Sudah jam enam sore, dia harus kembali ke apartemen sebelum brian marah lagi padanya.

Sebelum elena dan mira berpisah. Elena meminta bantuan mira untuk menghubunginya jika ada sesuatu yang terjadi pada diego dan meminta bantuan temannya itu untuk sering memantau keadaan diego. Karena elena tak bisa selalu mengunjunginya dan harus bekerja.

***

Elena baru saja duduk di sofa ruang tengah saat Brian datang. Elena langsung menegakkan punggungnya.

Brian kini sudah berdiri menjulang di depannya. Setiap kali dia melihat Elena entah mengapa amarahnya muncul dengan cepat.

"Diana sudah memberikanku hasil pemeriksaan medismu. Dan berdasarkan hal itu, saat suburmu adalah tanggal lima." Brian tanpa salam ataupun basa-basi langsung berbicara pada intinya. Tanggal lima? Itu berarti tiga hari lagi dari sekarang. Jantung elena berdetak kencang, tak bisa dipungkiri, dia gugup dan tak sanggup membayangkan ada pria asing yang akan menyentuhnya. Dan mengambil keperawanannya.

"Jadi sejak saat ini sampai tiga hari kedepan persiapkan dirimu. Jangan sekali-kali kau berhubungan dengan pria lain. Aku tak ingin anak pria lain kau akui sebagai anakku. Dan selama aku tak datang kemari, jangan coba-coba kabur dariku. Akan kubuat kau menyesal seumur hidup jika kau kabur dariku. Mengerti?" Elena hanya mengangguk pasrah. Tanpa bisa membantah ataupun menyangkal tuduhan brian. Lidahnya seolah kelu jika mata tajam brian menatapnya. Entahlah, elena merasa terintimidasi dan merasa bersalah sudah memanfaatkan kelemahan elise.

Brian terdiam menelisik wajah elena. Wanita yang dihadapannya ini sangat berbeda dengan elise. Sangat berbeda hingga rasanya brian ingin sekali meremukkan semu tulang-tulang elena. Puas dengan kepatuhan elena dan anggukkan kepala yang gadis itu lakukan, brian langsung berbalik dan pergi meninggalkan apartemen itu.

***

Brian tersenyum melihat elise yang menyambut ke datangannya di Mansion. Senyum yang sangat jarang dia perlihatkan pada orang lain selalu muncul jika berhadapan dengan elise. Bagi Brian kebahagiannya sederhana, hanya melihat wanita yang dia cintai tersenyum.

Brian berjlan menghampiri elise dan memeluknya erat. Sesekali dia mencium kening istrinya. Elise juga memeluk pinggang brian. Bersandar dalam dada bidang suaminya yang hangat.

Elise merenggangkan pelukannya dan menengadah untuk menatap wajah brian.

"Bagaimana hasilnya? Elena sehatkan? Dia memiliki tubuh yang subur dan bisa dengan cepat hamil, kan?"

Kening Brian mengerut. Dia tak suka elise membicarakan kembarannya itu. Membuat pria itu harus mengingat kembali kekesalannya akan elena. Wanita yang memanfaatkan kesusahan elise demi uang semata.

Brian berdecak tak percaya dan menarik hidung elise dengan gemas.

"Suami baru pulang, seharusnya kau bertanya apa sudah makan, apa hariku di kantor berjalan lancar. Tapi kau malah menanyakan padaku tentang wanita lain." Elise mendengus pelan.

"Bagaimana harimu di kantor?" tanya elise malas. Dengan mengerucutkan bibirnya. Membuat brian gemas dan dengan cepat mengecup bibir itu.

"Semua berjalan lancar."

"Jadi, bagaimana hasilnya?" Elise bertanya kembali. Dia sangat penasaran dengan hasil pemeriksaan medis elena.

"Kau tak ingin menawariku makan terlebih dahulu?" goda brian yang membuay elise semakin mengerutkan wajahnya kesal. Dia tau brian hanya mencari alasan untuk menghindar dari pertanyaannya.

"Aku sudah memasak sop iga kesukaanmu." Brian tertawa melihat wajah elise yang sudah bertekuk. Dengan cepat dia mencium bibir istrinya.

"Aku lapar tapi tak ingin memakan itu," jawab brian sambil menatap intens mata elise.

"Lalu?"

"Aku ingin memakanmu," bisik brian dengan suara beratnya di dekat telinga elise. Dan lidah nakalnya menjilat daun telinga elise. Menyulut gairah muncul di tubuh elise. Brian semakin gencar mencium dan menghisap leher elise. Membuat wanita itu semakin gelisah dan mendesah pelan saat brian memberikan kissmark di lerehnya.

"Brian." Elise menjauhkan wajah brian dari lehernya dan menatap mata pria itu. Dan sedetik kemudian bibir mereka menempel begitu erat. Mulai mencecap dan mengulum untuk menghisap rasa memabukkan yang sudah menjadi candu bagi mereka masing-masing. Tangan elise sudah melingkar erat di lereh brian. Dan tangan brian sudah mendengap elise senakin merepat ke tubuhnya.

Ciuman lembut itu berubah semakin liar dan menuntut. Gairah yang membara membuat brian tak sanggup menunggu lagi. Dia mengangkat tubuh elise dan wanita otu dengan sigap melingkarkan kakinya dipinggang brian. Lalu brian berjalan menuju kamar mereka.

Kini Brian dan Elise tengah berbaring di ranjang sambil mengatur napas mereka yang masih memburu. Akibat percintaan panas yang baru saja mereka lakukan.

"Bagaimana hasilnya?" tanya elise lagi. Wanita itu sungguh penasaran dan dia tak akan berhenti bertanya sebelum mendapatkan jawabannya.

Brian menghembuskan napasnya pelan sebelum menjawab," Dia sehat dan subur."

"Jadi, kapan kau akan menyentuhnya?" Mata elise menatap brian intens. Brian membalas tatapan itu. Ada kefrustasian dalam sorot mata brian. Sungguh brian tak ingin menyentuh wanita lain selain wanita yang ada di dalam dekapannya ini.

"Haruskah aku menyentuhnya?" pertanyaan brian dan tatapan pria itu menyentil hati elise. Membuat wanita ikut bersedih dan menyalahkan diri sendiri akan ketidakbecusannya dalam hal keturunan.

"Brian, aku...." Suara elise tercekat. Dia tak sanggup berucap. Airmata hmapir tumpas di pelupuk matanya. Menyadari kesedihan elise, brian dengan sigap memeluk wanita itu erat.

"Sudah, tak apa. Jangan menangis. Akan kulakukan apapun agar kaubtetap berasa disampingku. Karena aku mencintaimu."

Elise semakin menangis kencan mendengar ucapan brian. Pria itu sangat mencintainya tapi elise tak bisa memberikan hal yang diinginkan olehnya. Elise tak bisa memberikan brian keturunan.

Brian mengusap punggung elise. Menenangkan istrinya. Matanya menyorot jauh. Elise sangat berarti untuknya. Dia tak ingin kegilangan wanita itu. Dia masih berharap elise lah yang akan mengandung anaknya, tapi jika ruhan tak bisa mengabulkan hal itu. Setidaknya brian sudah bahagia elise berada di sampingnya. Menemani dan membuat hidupnya menjadi bahagia.

___tbc___

040318

Part depat, part yang dinanti-nantikan..
Yup, part brian mengebobol gawang elena. *ups ambigu bnget hahahaha

Kalau ada yang nanya bakalan full nc atau gk, aku no comment deh. Masih bingung mau nulis hard, soft atau main skip aja dibagian adult nya.

Semoga masih pada nunggu kelanjutannya ya.

Expensive Baby [Update Di Webnovel]Where stories live. Discover now