"Je, gue juga nggak mau mikirin dia. Gue juga pengen ngelupain dia, tapi sikap dia sendiri yang ngebeuat gue terus mikirin dia, dan sikapnya itu juga yang ngebuat gue nggak bisa lupain dia." jawab Nafa mengungkapkan isi hatinya.

"Emang sikap dia ke lo gimana?" tanya Arsyi sambil duduk di pinggir ranjang Nafa.

"Kemarin dia jenguk gue, nanyain keadaan gue, dan asal lo tau, dia kayak gitu cuma karena disuruh sama si Khefia, cewek pelakor itu. Terus tadi dia nelfon gue, nanyain keadaan gue lagi, tapi katanya, ini bukan suruhan Khefia. Sikap dia yang kayak gitu buat gue tetap ngarep sama dia. Jujur, gue masih sayang sama dia, gue nggak bisa terima keputusan dia yang mendadak kayak gini." ucap Nafa panjang lebar.

"Lo serius, jadi kemarin dia ke sini? Gila banget, terus tujuan si cabeh itu apa coba nyuruh kak Ghazi buat jenguk lo? Aneh banget!" ucap Arsyi bingung.

"Lo tau nggak, tadi si cabeh itu gue labrak sama si Jeje. Dan lo tau, ini ni pipi gue lebam gara-gara ditampar sama si cabeh murahan itu," Arsyi berucap menggebu-gebu penuh emosi.

"APA? Jadi, yang tadi kalian bilang di grup soal orang yang kalian labrak itu si Khefia. Kalian apa-apaan sih?" jawab Nafa kaget dan tampak marah.

"Loh, kenapa emang? Kok lo marah? Lo ngebela dia?" jawab Arsyi mengerutkan keningnya. "Lo tau nggak sih, gue sama Jeje bela-belain nggak makan karena lo, terus sekarang lo malah marah sama kita." sambung Arsyi dengan emosi.

"Woi, yang bilang gue marah sama kalian siapa? Gue cuma kesal, kenapa kalian nggak ngajak gue. Gue juga pengen ngomong sama dia," ucap Nafa memperjelas.

"Hust, udahlah. Fa, Syi, nggak gini caranya kalau kalian mau nyelesaiin masalah. Yang ada, masalahnya tambah panjang."ujar Jeje menengahi.

"Lo kenapa sih Je? Tadi lo semangat banget pas gue ngajak labrak dia, terus sekarang lo malah ngelarang? Aneh lo," ucap Arsyi tak setuju.

"Iya, tadi gue emang sempat kebawa emosi. Tapi setelah gue pikir-pikir, masalah ini nggak bakal selesai kalau kita terus cari masalah sama dia," jawab Jeje masih tenang.

"Terus kita tetap diam,? Padahal udah jelas dia rebut kak Ghazi dari Nafa," jawab Arsyi masih tidak mau kalah.

"Sstt, udah lah Syi. Kayaknya apa yang dibilang Jeje ada benernya juga. Lagian, nggak ada gunanya juga kita labrak dia, toh gue sama kak Ghazi nggak bakal balikan." jawab Nafa akhirnya, membenarkan ucapan Jeje.

"Isshh, ya udahlah, serah kalian." ucap Arsyi sambil memanyunkan bibirnya, tampak kesal.

"Oh iya, btw lo kapan pulang Fa?" tanya Jeje mengalihkan pembicaraan.

Medengar pertanyaan dari Jeje, sebersit senyumnya timbul, dan seketika bayangan tentang Ghazi hilang.

"Nah, ini yang mau gue bilang sama kalian berdua. GUE NANTI UDAH BOLEH PULANG. Yeayy!" jawab Nafa girang dan bersemangat.

"Apa? Lo serius Fa? Yeay, berarti besok lo udah boleh sekolah dong?" tanya Arsyi juga bersemangat.

"Ini masalahnya, gue belum boleh sekolah. Kata dokter kondisi gue belum begitu baik, jadi nggak boleh terlalu banyak aktivitas." jawab Nafa kembali lesu.

"Ya udah Fa, lo dengarin aja dulu kata dokter. Itu pasti yang terbaik buat lo," ucap Jeje menasehati.

Drrtt...drrtt...drrtt

HESITATIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang