3. Ok.

982 205 22
                                    

"Ikuy, maaf ya. Gue nggak bisa pulang bareng." Keyna menangkup tangannya di depan dada.

"Nggak papa, gue bisa pulang sendiri." Ucap Yuki sambil menyandang tas di punggungnya.

"Gini aja deh, biar Pak Aji nganter lo pulang gimana?" Pak Aji nama supir yang sering mengantar-jemput Keyna dan Yuki, dia supir keluarga Kameron, keluarga Keyna.

"Terus lo gimana? Lo juga harus cepet-cepet nyusul tim lo kan ke tempat pertandingan." Ujar Yuki, dia tahu seberapa pentingnya pertandingan ini untuk Keyna dan sekolahnya. Yuki tidak ingin jadi penghambat. "Udah, gue bisa sendiri kok. Mending lo cepet berangkat sana." Yuki mendorong bahu Keyna pelan.

"Beneran nih?" Keyna masih tak yakin. Pasalnya Keyna tahu jika daerah sekolahnya ini cukup berbahaya saat menjelang sore, banyak preman yang berkeliaran, sering juga mereka nongkrong di warung depan sekolah. Sedangkan halte paling dekat dari sekolah berada dua kilometer jauhnya. "Lo tahu kan daerah sini bahaya, apalagi mau sore gini."

Yuki tahu. Masih jelas dalam ingatannya saat ia dan Keyna diganggu preman-preman itu, untung saja Pak Aji yang memiliki tampang lebih seram dari preman-preman itu datang, jika tidak entah apa yang akan terjadi pada mereka.

"Kalo pulangnya sama gue gimana?"

Suara itu membuat Yuki dan Keyna menoleh serempak, dan membuat beberapa anak yang masih berada di kelas terdiam dari bisik-bisik mereka tentang Yuki dan Keyna. Al berjalan masuk ke kelas seniornya, senyumnya mengembang menatap Yuki.

"Jadi, pulang sama gue?" tawarnya sekali lagi.

Keyna seketika berbinar cerah. "Ide bagus." Ucapnya, nyaris memekik. "Ikuy sama Al aja ya. gue mana bisa ngebiarin lo pulang sendirian, nanti kalo digodain preman lagi gimana."

"Yuki pernah digodain preman?" alis Al menukik, tak senang mendengar cerita itu.

"Iya Al, Yuki pernah digodain preman gitu, dicolek-colek kayak sabun." Jelas Keyna menggebu. "Makanya, tolong anter Yuki pulang dengan selamat sampai ke rumahnya."

"Pulang sama gue ya?" Al menoleh pada Yuki yang sedari tadi terdiam melihat drama yang sedang Keyna mainkan. Mereka memang pernah digoda preman, tapi nggak sampe dicolek-colek kayak sabun.

"Udah Ikuy pulang sama Al, titik. Gue harus buru-buru, bye kalian." Setelah mendikte sesuka hatinya, Keyna melesat pergi meninggalkan Al dan Yuki di kelas yang ternyata sudah sepi.

"Jadi pulang kan?" tanya Al, kalo sudah begini mana bisa Yuki menolak. Kalopun Yuki nekat menolak ajakan Al, dia harus bersiap mendengar omelan Keyna yang tak ada habisnya. Maka dari itu Yuki menangguk.

Mereka lalu berjalan keluar kelas. Sepanjang perjalanan mereka menuju gerbang sekolah, murid-murid yang masih tinggal di lingkungan sekolah berbisik-bisik di belakang mereka. Al yang seorang adik kelas yang cukup populer karena beberapa hal, berjalan dengan Yuki yang disebut-sebut 'pasangan' Keyna. Tak ayal pemandangan itu membuat banyak spekulasi, terlebih kelakuan Al saat di kantin siang tadi. Banyak cerita berkembang hanya dalam waktu kurang dari satu hari.

"Tunggu bentar, tadi supir gue bilang udah mau nyampek." Ucap Al sambil memasukkan ponsel ke saku celana.

"Gue pikir lo nyetir sendiri." Kata Yuki, mereka kini duduk di bangku panjang dekat pos satpam.

"Anak seumuran gue nyetir mobil cuma ada di sinetron. Kalo kenyataannya, yang ada gue udah mampus kalo berani bawa mobil sendiri."

"Emang lo belum bisa nyetir?"

"Udah bisa sih sebenrnya, diajarin Bang Fero."

"Lah terus, kok bisa mampus?"

"Iyalah mampus, dicekik sama nyokap."

Jawaban Al berhasil mengundang tawa kecil Yuki. Tawa sekecil itu bisa membuat Al tak melepas pandangannya dari Yuki, lalu bagaimana dengan tawa lebarnya, akan seperti apa reaksi tubuh Al nantinya. Dia jadi penasaran.

"Itu mobil lo bukan?" Al mengerjap kaget saat Yuki menepuk bahunya. Gadis itu menunjuk mobil range rover silver di depan gerbang. "Iya itu mobilnya. Ayo."

Mereka berjalan berdampingan menuju mobil Al. "Lama amat, Pak Zaki." Ucap Al saat telah menutup pintu penumpang di belakang. Yuki duduk di sebelahnya.

"Maaf Bro, macet. Ada truk keguling di jalan tadi." Balas Pak Zaki santai. Supir keluarga Al yang satu ini memang telah lama mengabdi, jadi dia akrab dengan Al dan Fero, bahkan dengan keluarga Al yang lain juga. "Masbro, yang di sebelahnya nggak mau dikenalin nih?" ujar laki-laki dengan janggut panjang dan peci putih itu. Pak zaki melirik lewat kaca spion tengah.

"Pak Zaki kan udah punya Mbak Ilah di rumah, ini punya Al." Ucap Al, setengah bercanda, setengah lagi kode. Pemuda itu melirik Yuki, gadis itu tak berekspresi apapun. Kode gagal, tinggal dua kesempatan lagi.

"Cuma minta dikenalin kok, nggak akan direbut." Pak Zaki terkekeh.

Al mendengus kesal. Pak Zaki itu memang senang menggodanya. "Namanya Yuki. Udah, gitu aja."

"Temen?" tanya Pak Zaki.

"Ya temen. Masa musuh."

"Oh, siapa tahu aja demen." Pak Zaki terkekeh saat Al memukul belakang joknya. Mudah sekali ditebak, Zaki tahu siapa gadis yang duduk di sebelah Al itu. Gadis yang sama yang Al ceritakan semalam.

Yuki yang hanya duduk diam, sama sekali tak merasa terganggu dengan guyonan Al dan supirnya. Yuki punya dua orang kakak laki-laki, dan mereka sama anehnya dengan Al dan Pak Zaki. Dia sudah terbiasa.

"Jadi neng, mau dianter ke mana? Ke rumah atau langsung ke KUA."

"Pak Zaki." Al memperingati. "Sorry ya, Ki." dipandangnya Yuki di sebelahnya.

"Nggak papa. Ke daerah casablanca ya pak." ucap Yuki santai.

"Siap neng."

Selama perjalanan pulang mereka. Yuki sibuk dengan ponselnya, menanggapi semua pertanyaan konyol yang Keyna kirim lewat chat. Sedangkan Al sibuk mencari topik untuk mereka berdua, agar hening ini tak berlangsung lama. Tapi, sampai mobil silver itu berhenti di depan rumah Yuki yang terlihat asri dengan tanaman dan pohon mangga di halamannya. Tak ada satupun kata yang keluar dari mulut Al. Al rasanya ingin mengumpat, dia baru saja melewatkan kesempatan emas.

"Makasih ya, udah nganterin." Yuki membuka pintu mobil. "Gue duluan. Thanks sekali lagi."

"Sama-sama." jawab Al. Pemuda itu memandangi punggung Yuki yang mulai menjauh dari dalam mobil. "Sekarang atau nggak sama sekali." ucapnya, setelah itu, dengan gerakan tergesa Al turun dari mobilnya. Menyusul Yuki yang telah sampai di beranda rumah.

"Yuki."

Panggilan itu membuat Yuki berbalik. Dia mengernyit melihat Al kini berdiri di depannya. "Kenapa?" tanya Yuki. Gelagat Al memang tidak biasa sejak mobilnya berhenti di depan rumah Yuki.

"Itu, gini." Al menggaruk belakang lehernya salah tingkah. "Um, gini. Kan waktu itu kita gagal makan siang bareng. Gimana kalo itu diganti jadi makan malam?" Al harap Yuki tak mendengar jantungnya yang berdetak tak wajar ini.

Yuki menatap Al dalam diam. "Mukanya tuh, merah gitu. Blusing." Keyna bener. Yuki membatin. Gadis berambut panjang itu mengangguk pelan. "Ok." jawabnya singkat, padat, jelas.

"Ok? Lo mau?" Al memastikan. Takutnya salah paham.

"Iya gue mau. Lo atur aja kapan."

Semudah itu. Padahal Al memikirkan cara mengajak Yuki makan malam sejak tadi pagi. Pemuda itu bahkan sampai pusing dibuatnya. Tapi sudahlah, yang penting diterima. Al bermonolog pada dirinya sendiri.

Dengan senyum sampai ke mata, Al berkata. "Garden Te amo, malam minggu ini. Gue jemput jam enam."

***

Semoga berhasil bro. 😬

|| BOOK TWO : ALKI || Terima KasihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang