[19]semua berubah karenamu

2K 91 13
                                    

Sudah hampir seminggu Keyna berada di Bandung. Keadaannya mulai membaik, dan neneknya kini sudah diperbolehkan pulang.

Keyna harus kembali lagi ke rumahnya. Bersekolah seperti biasanya. Dan menghabiskan waktu hanya dengan sahabatnya.

Kata rindu kembali menguasai saraf tubuh Keyna. Kehadiran Kenan yang selalu menjadi penganggu dalam kehidupannya kini menghilang. Rasanya ada berkas luka yang tak nampak di pandang mata. Keyna harus mulai terbiasa dengan keadaan, mulai terbiasa menjalani hari dengan kesunyian.

Kepergian Kenan membawa duka yang mendalam. Keyna yang hampir tidak pernah memperlihatkan kesedihannya, kini nampak rapuh.

Sorot matanya menampakkan kesedihan. Bibirnya seakan kelu mau berbicara. Keyna lebih memilih diam. Keyna bukanlah Keyna yang dulu kuat, ia kini rapuh. Benar-benar rapuh.

"Key, lo gak papa?" tanya Eliana menepuk pundak Keyna.

Keyna hanya mengangguk singkat. Tak jawaban dari mulutnya, bahkan suguhan senyum enggan Keyna tunjukan.

Hari-harinya diisi kelabu. Rasanya Keyna kehilangan alasan untuk kembali bahagia. Ia mencoba melupakan sosok Kenan di pikirannya. Namun, bukannya melupakan justru ia merasakan rindu.

"Gue kasihan lihat Keyna," ujar Eliana.

"Gue juga," ujar Sura.

"Mungkin Keyna masih butuh waktu," ujar Gigi.

Keyna mencoba menahan air matanya, namun sia-sia. Ia membenamkan wajahnya di kedua lipatan tangannya.

Eliana, Sura, dan Gigi menghampiri Keyna. Mereka memeluk tubuh Keyna.

"Key, masih ada kita. Sahabat lo," ujar Eliana.

Sura mengusap punggung Keyna, "Jangan sedih, kalo lo sedih kita semua juga ikut sedih."

"Key, gue tau lo itu kuat. Tuhan pasti punya rencana yang lebih indah buat lo," ujar Gigi.

"Makasih, gue bersyukur masih punya kalian," ujar Keyna.

Bel pun berbunyi, tanda pelajaran akan segera di mulai. Keyna dan yang lainya kembali ke tempat duduk mereka.

Hanya ada bangku kosong tepat di hadapan Keyna. Bangku itu milik Kenan. Keyna hanya menatapnya datar, bayangan Kenan kembali hadir dalam benaknya.
***

"Anak mama udah pulang?" ujar Rita menyambut kedatangan Keyna.

Keyna hanya tersenyum lalu masuk ke dalam kamarnya. Rita hanya menghembuskan nafasnya kasar melihat tingkah putrinya yang berubah.

Keyna masuk ke dalam kamar, ia mengambil handuk lalu pergi untuk mandi.

Setelah selesai mandi, Keyna turun ke bawah. Ia makan malam dengan kedua orang tuanya.

"Lusa kamu ulang tahun kan Key?" tanya Rio yang hanya mendapat anggukan dari Keyna.

"Wah, iya pah. Tahun ini umur Key udah tujuh belas tahun, Kita rayakan aja ya pah?" ujar Rita antusias.

"Boleh, mama yang atur. Jangan lupa Key ajak teman-teman yang lain," ujar Rio.

Keyna meletakkan sendok dan garbunya. Ia menatap ke arah papanya, "Keyna nggak mau."

"Key, nggak papa sayang. Key pokoknya harus mau. Nanti biar mama minta tolong sama temen-temen kamu," ujar Rita mengusap punggung tangan Keyna.

Keyna memutar matanya malas, "Terserah. Keyna mau tidur."

Keyna beranjak dari tempatnya duduk. Ia masuk ke dalam kamarnya. Keyna benar-benar penat, ia tak ingin di ganggu siapapun saat ini.
***

Sinar mentari merembet masuk lewat celah kaca cendela. Sinarnya membuat Keyna terbangun dari tidurnya.

Keyna segera bangun dan bergegas untuk berangkat sekolah. Masih dengan keadaan yang sama. Keyna masih belum bisa kembali tertawa atau sekedar senyum seperti dulu lagi.

Setelah berpakaian rapi, Keyna turun dari kamarnya.

"Selamat pagi sayang," ujar Rita menyambut kedatangan Keyna.

"Pagi mah, pah."

Keyna mengambil dua tangkap roti, mengoleskan selai coklat di atas rotinya.

"Mama sudah minta tolong sama teman-teman kamu. Dan undangan juga udah mama suruh mereka sebar," ujar Rita bersemangat.

Rita mendekat ke arah Keyna, "Selamat ulang tahun sayang. Semoga jadi anak yang berguna nantinya, amin."

"Makasih mah."

"Selamat ulang tahun putri papa. Kamu mau minta kado apa sama papa?" tanya Rio.

"Makasih pah, Key nggak mau apa-apa."

Meja makan kembali sunyi. Setelah selesai menghabiskan makanan, Keyna berangkat sekolah dengan papanya.
***

"Nanti malem gue yakin Keyna bakalan seneng sama kejutannya," ujar Eliana.

"Jelas ide siapa dulu?" tanya Tara menyombongkan diri.

"Yang pastinya buka ide gue," ujar Budi.

"Gue jadi gak sabar lihat reaksi Keyna," ujar Sura.

Arman dan Gigi hanya diam menyimak percakapan keempat temannya itu.

"Keyna datang," bisik Gigi yang melihat Keyna berjalan dari ujung pintu.

Keyna hanya dia melihat ketiga sahabatnya itu. Tak ada senyuman yang ia berikan.

"Selamat ulang tahun Key," ujar Sura memeluk Keyna di ikuti Eliana dan juga Gigi.

Keyna melepaskan pelukan mereka, "Makasih."

"Selamat ulang tahun Key," ujar Tara yang hanya mendapat anggukan dari Keyna.

"Lo ulang tahun apa di paksa kawin sih Key, gak ada bahagia-bahagianya muka lo?" ujar Budi.

"BUDI!" Ujar mereka semua hampir bersamaan.

Mendengar lelucon Budi, Keyna hanya terkekeh pelan.

"Akhirnya lo senyum juga Key, jadi pengen boker gue lihatnya," ujar Budi yang mendapat pukulan di lengannya.

"Makasih semua."

"Nanti malem acara lo jadi kan?" tanya Gigi.

Keyna mengangguk mantap, "Lo semua harus datang, jangan sampek lupa."

"Gampang itu mah," jawab Tara.

"Bisa di atur," ujar Budi.

Keyna hanya bisa tersenyum melihat tingkah teman-temannya itu.

Bel pelajaranpun berbunyi, semua siswa duduk di bangkunya masing-masing.
***

  Vote+coment
Sorry for typo

-brilliantradhea

K e [y] n a [n]. [COMPLETED]Where stories live. Discover now