twenty three

57 9 0
                                    

Shawn POV.

Aku mendengar suara langkah kaki saat Hayley memaksa masuk ke dalam kamarku. Tapi aku tak bisa pergi untuk melihat suara langkah kaki siapa itu karena tiba-tiba saja Hayley menciumku. Aku langsung mendorong Hayley. Dia kembali menarikku dan menciumku. Sekali lagi aku mendorongnya dan menahan tangannya. Entah apa yang ada didalam fikirannya. Aku memintanya untuk pulang.

"Shawn, kenapa?" Tanyanya.

"Pulanglah. Aku akan menelfon taksi untukmu."

"Shawn, kenapa kau seperti ini?" Hayley memegang tanganku.

Aku melepaskan tangannya perlahan. "Ku rasa kau sedang diluar fikiranmu. Lebih baik pekerjaan ini kita sambung besok saja."

"Kamu kesepian bukan? Biar aku menemani mu malam ini."

"Hayley, aku tak mengerti apa yang sedang kau fikirkan. Sudahlah. Sebentar lagi taksinya akan sampai."

Aku hanya diam dan memasangkannya jaket yang sudah ia lepas.

"Shawn, aku.... Aku menyukaimu." Hayley memelukku.

Aku hanya diam dan melepaskan tangannya perlahan.

"Shawn?"

Aku hanya diam.

Melihat aku yang tak memberikannya respon apapun, ia segera mengambil tasnya dan keluar dari condo ku.

"Baiklah. Sampai ketemu besok, Shawn." Ucapnya sebelum menutup pintu.

...

Aku menghela panjang nafasku. Apa yang dilakukan Hayley begitu mengejutkan. Aku tak menyangka dengan apa yang terjadi barusan. Kami adalah teman dan juga mempunyai kerjasama didalam pembuatan music video yang akan ku release untuk single terbaruku. Aku tak ingin memikirkan lebih jauh mengenai ini. Aku hanya ingin bersikap professional.

Tak terasa waktu sudah hampir jam sepuluh malam dan perutku sudah mulai lapar. Begitu aku ke dapur, aku melihat hidangan makanan yang masih terasa hangat seolah baru saja dibuat. Seingatku saat aku sampai ke rumah, tak ada makanan diatas meja makan ini. Apakah Emily kesini?

Aku menelfon Emily tapi ia tak mengangkat telfonnya. Aku hanya ingin mengucapkan terima kasih padanya.

...


Emily POV.

Keesokan harinya di Sandy's.

"OMG Emily! Muka lo kenapa asem banget." Ucap Paula mencolekku.

"Ish! Udah ah gue mau ke dapur dulu." Jawabku cemberut.

"Ih lo lagi dapet ya."

Aku hanya diam cemberut.

"lo dibikin kesal sama bos ganteng lo itu ya?"

"Ah, ngga."

"Hahaha muka lo ampun banget deh, Em. Gila ih Em, jelek banget lu kalo lagi cemberut."

"Paansi. Tuh ada pelanggan datang, lu samperin gih."

"Ih bikin kesel lu." Paula berlalu.

Rasanya aku ga sanggup ke tempatnya Shawn. Aku... apa aku izin aja ya hari ini. Hmm.

..

Setelah bergulat dengan fikiranku sendiri akhirnya aku tetap melakukan pekerjaanku ditempatnya Shawn.

Begitu sampai di condonya. Shawn masih terlihat memainkan gitarnya diruang tengah bersama dengan teman-temannya. Maybe teman bandnya or something. Aku bersikap seperti biasanya saja dengan senyum dan kemudian pergi ke dapur melakukan tugasku.

SOULOù les histoires vivent. Découvrez maintenant