1. Begin

2.9K 264 32
                                    

"Hidup saya sangat bahagia. Saya senang memiliki suami sebaik dia."

"Apakah Anda masih bertemu dengan putra Anda?"

"Oh, tentu saja! Kami masih sering bertemu. Saya sangat menyayanginya."

Pengunjung restoran sashimi di sudut distrik Gangnam berdecak mengagumi kecantikan seorang selebriti senior yang tengah diwawancarai di televisi. Mereka sepakat bahwa Park Joo Won, seorang politikus yang hendak mencalonkan diri sebagai presiden, sangat beruntung menikahi wanita itu. Jung Ha Na. Gosip berembus di restoran itu.

"Mantan suaminya pasti menyesal menceraikan wanita sebaik dia."

"Anaknya juga beruntung masih mendapatkan kasih sayang. Padahal dia sudah bahagia dengan calon presiden Park."

Mendengar kalimat itu, Kim Tae Hyung yang duduk di meja pojok tertawa tak bersuara. Bola matanya mengekori para pria di meja sebelahnya.

"Coba saja aku memiliki istri seperti dia."

Pandangan Tae Hyung berayun menuju televisi di restoran sashimi tersebut. Jung Ha Na, ibunya, tersenyum bahagia selama membual tentang hubungan baik di antara mereka. Ia begitu muak mendengar omong kosong itu.

Tae Hyung melengos dan menekuri ponselnya lagi. Di saat bersamaan, dua cowok duduk di depannya dan tanpa permisi menyedot minumannya.

"Sudah kau laksanakan?" tanya salah seorang dari mereka yang memiliki parut di pipi.

"Hm," jawab Tae Hyung singkat tanpa memandang dua cowok di depannya.

Cowok yang lain merebut ponsel Tae Hyung, menyita perhatiannya. Tae Hyung memandang kedua cowok di depannya. Datar.

"Kami dengar ada yang memergokimu. Siapa?" tanya cowok berparut.

"Aku tidak mengenalnya."

"Sudah kau urus?" yang satunya bertanya.

"Ya."

"Awas kalau sampai ada masalah." Cowok berparut melempar secarik foto seorang gadis SMP yang dipotret secara candid.

"Aku sudah melakukan semua yang kalian minta. Jangan ganggu adikku," ujar Tae Hyung.

"Tergantung loyalitas dan kerjamu." Kedua cowok itu tertawa dan beranjak berdiri, berniat pergi.

Tae Hyung mengepalkan telapak tangan erat. Ia menepuk meja sangat keras, membuat kedua cowok itu berhenti dan memelotot ke arahnya. Menengadah, Tae Hyung mengedikkan dagu.

"Tolong kembalikan ponselku."

"Oh." Si cowok berparut tertawa. Ia meletakkan ponsel Tae Hyung di samping secarik foto tadi, kemudian melenggang pergi sembari tersenyum hiperbolis.

Bibir Tae Hyung bergetar. Ia mengambil foto yang diberikan dua cowok tadi dan meremasnya.

*

Min Yo Ra mengunyah permen karet sepanjang jalan Myeongdong. Matanya menjelajahi toko-toko di pinggir jalan. Beberapa kali gadis itu keluar masuk toko tanpa membeli apa pun. Matanya berkilau takjub.

"Woah, kalau saja uangku tidak keluar untuk membeli kamera lagi, aku pasti sudah memborong semuanya." Yo Ra berdecak kesal mengingat cowok kurang ajar yang membanting kamera berharganya sampai rusak.

Dengan bibir mencebik, ia keluar toko. Perhatiannya lalu terpaku menuju seorang pria berjas rapi yang menunggu di samping toko pakaian. Benda berbentuk anjing berkilau yang menjuntai keluar dari saku celananya membuat mata Yo Ra membeliak. Tangannya jadi gatal. Ia melangkah pelan menghampiri pria itu.

"Kyeopta (lucu)," bisiknya. Tanpa basa-basi, ia menarik benda yang ternyata gantungan dompet.

Pria tersebut tersentak. Ia memelotot mendapati Yo Ra menggenggam dompetnya. Praktis saja Yo Ra memekik dan berlari kencang menghindari kejaran pria berbadan besar itu. Ia menubruk orang-orang di sepanjang jalan.

Bukk.

Yo Ra terjatuh sangat keras. Ia merintih kesakitan.

"Gwenchana (kau tak apa)?" Terdengar suara seorang cowok di depannya yang berjongkok mengamatinya.

Yo Ra menengadah, berpandangan dengan cowok berambut gelap yang masih menatapnya dengan mata membulat. Belum sempat menjawab, pria yang mengejar Yo Ra berteriak lantang.

"Kena kau, pencopet sialan!"

Yo Ra melompat berdiri dan secara instingtif bersembunyi di belakang cowok yang bertabrakan dengannya.

"Ah, Tuan Muda!" Pria berjas tadi mendadak gugup berhadapan dengan cowok di depan Yo Ra. Pria itu membungkuk hormat.

Yo Ra melongok, memandang cowok di depannya.

"Ada apa?" tanya cowok itu pada pria berjas di depannya.

"Gadis di belakang Anda baru saja mencopet dompet saya!"

Cowok itu menoleh ke arah Yo Ra yang praktis menggoyangkan tangan.

"Tidak! Aku tidak ber--"

Mata cowok itu menangkap dompet di tangan Yo Ra, lalu meringis.

"Aku yang menyuruhnya."

Yo Ra mendelik. "Hah?"

"Dia temanku. Kami sedang melakukan taruhan dan dia kalah. Aku menyuruhnya mengambil dompetmu." Seraya melayangkan senyum ramah, cowok itu menggerakkan jemari, meminta Yo Ra segera mengembalikan dompet itu.

Masih dengan ekspresi bingung, Yo Ra menyerahkan dompet tersebut.

"Maaf," bisiknya."

Cowok itu hanya tersenyum. Ia menyerahkan dompet itu pada pria berjas di depannya. Ia meminta pria itu pergi lebih dulu, lalu memandang Yo Ra.

"Aku bersumpah tidak berniat mencopet. Aku... hanya suka benda lucu di dompet pria tadi."

"Lain kali jangan ulangi."

"Ngomong-ngomong, terima kasih." Yo Ra mengulurkan tangan. "Min Yo Ra."

Tanpa menghapus senyum ramahnya, cowok itu membalas jabatan tangan Yo Ra.

"Jeon Jung Kook."

*****


Min Yo Ra

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Min Yo Ra

KOOOOOOKIE

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

KOOOOOOKIE

STIGMAWhere stories live. Discover now