Dwarf Extrovert

3 0 0
                                    


"Kenapa aku harus ikut denganmu ke kantor Orwaji?",

Mundur kembali ke waktu ketika Kris dan grupnya pergi menuju klub seni menggambar. Zefa lagi-lagi diseret-seret Nina. Setelah mengumpulkan tugas dari Pak Leon, Nina diminta oleh seorang guru pembimbing Orwaji untuk pergi membantu Orwaji. Berharap untuk lepas dari Nina, Zefa malah dipaksa untuk membantu Nina.

"Mungkin saja aku butuh tenaga lelaki", begitulah jawaban dari Nina.

Kantor Orwaji hanya terletak dua ruangan setelah ruang guru. Ruang Arsip, toilet kemudian kantor Orwaji yang terletak di ujung koridor seperti perpustakaan di lantai satu. Sebenarnya, Zefa tidak ingin berlama-lama bersama Nina karena Nina sudah seperti magnet. Jika satu pekerjaan selesai, pasti akan datang pekerjaan baru. Apalagi sekarang hujan sehingga ia tidak bisa pulang cepat bagaimanapun alasannya. Alasan lainnya adalah karena ia diminta tolong oleh orangtua Kristia untuk membantu Kristia mencari klub. Walaupun ia sudah meminta tolong Kris, gadis yang tidak mengakui eksistensi dirinya itu pasti menggerutu.

Sampai sekarang, aku masih tidak mengerti mengapa gadis itu membenciku. Padahal, kita sama-sama manusia. Apakah karena aku selalu bersama Kris dan hal itu mengganggunya?

Zefa menggeleng. Ia juga dekat dengan Kris bukan karena ia yang memang mendekati Kris, tapi justru Kris sendiri yang ingin menghindari hal-hal merepotkan. Tunggu, berarti Kris lah penyebabnya. Zefa menampik dugaan itu.

Tidak,tidak,tidak. Sepertinya Aluna memiliki alasan lain. Tingkahnya juga melunak ketika mengetahui bahwa Kristia adalah sepupuku...

Zefa tertawa pelan.

Heh.. sepupu ya?

"Apa yang kau tertawakan? Apakah ada hal yang lucu? Kita sudah sampai",

Teguran Nina membuyarkan lamunan Zefa. Tanpa ia sadari, langkahnya hampir melewati kantor Orwaji. Zefa menarik nafas. Ia memutuskan untuk berkonsentrasi pada pekerjaannya ini dulu. Nina mengetuk pintu kantor Orwaji.

Pintu kantor terbuka, akan tetapi Zefa dan Nina tidak menemukan seorang pun dalam jarak pandang mereka.

"Ada yang bisa kubantu?",

Muncul suara yang bertanya pada mereka dari arah bawah pandangan Zefa dan Nina. Setelah mereka berdua menurunkan pandangan mereka, dihadapan mereka berdiri sesosok dwarf dengan ciri khas mereka yang unik : bertubuh pendek dan berjenggot tipis walau masih di usia muda. Suaranya yang masih seperti remaja amat tidak cocok dengan perawakannya.

"Ah, maaf, kami diminta guru pembimbing Orwaji untuk menemui ketua Orwaji",

"Oh... kalian, ya? Tunggu sebentar",

Setelah Nina menjelaskan maksud kedatangannya, dwarf itu masuk kedalam sambil menutup pintu kantor.

"Ternyata ketua Orwaji seorang dwarf...",

"EH?! Dia ketua nya?",

Bersamaan dengan teriakan kaget Zefa, pintu kantor Orwaji terbuka dan dwarf yang tak disangka seorang ketua Orwaji itu datang sambil membawa tumpukan selembaran kertas. Nina menerima tumpukan kertas tersebut dan langsung memberikannya pada Zefa. Zefa hanya bisa tersenyum kusut diikuti dengusan dari hidungnya.

"Omong-omong untuk apa ini?", tanya Zefa sambil memposisikan tumpukan kertas yang berada di tangannya hingga nyaman.

"Berikan ke semua ketua klub. Jika ketua mereka sedang tidak ada kembalikan kemari ke kantor ini. Ah, sekalian juga beritahu ketua Organisasi Pustakawan Nijian kalau mereka masih bisa menambah satu anggota lagi sesuai permintaan mereka ",

Kehidupan di Alreno: Kehidupan Sekolah yang Tidak DamaiWhere stories live. Discover now