23

13.7K 1.2K 16
                                    

"HEARTBREAK GUUURRRRLLLLL OWOOOOOOOH"

Senna menelan ludahnya. Dia menyesali keputusan berada di dalam mobil yang sama dengan Ares dan juga Febi yang ternyata hobinya karaoke sepanjang jalan. Sesekali kedua anak itu terbatuk dan kemudian menyanyi dengan kencang.

Tidak ada lagu lembut Adele atau Raisa. Hanya sekumpulan band yang tidak Senna kenal. Sepanjang jalan Ares akan menyanyikan verse 1 dan Febi verse 2 lalu bagian Reff mereka berdua akan berteriak bermyanyi berdua.

I wish this never ends
I wish this never ends

I miss you i miss you

Senna memandang kepada Febi yang kemudian mengetukkan jarinya sambil menyanyikan lagu yang Senna ingat adalah lagu semasa remajanya dulu.

I need somebody and always

Wow! Senna terkejut betapa Ares dan Febi bisa mengharmonisasikan lagu itu. Pelan-pelan dia bersenandung dan kemudian tanpa sadar mengikuti alunan lagu sampai mereka bertiga bernyanyi bersama dalam mobil yang gaduh itu.

Don't waste your time on me
You're already the voice in my head

Febi memutarkan tubuhnya dan mendapati Senna menyanyikan lagu itu sambil menoleh ke luar jendela. Ares melirik dari kaca tengah tapi tetap melanjutkan nyanyiannya bersamaan dengan Febi yang kembali menatap ke depan.

Anak gadis itu pikir, Senna akan terganggu dengan kebiasaan dirinya juga Ares. Nyatanya, mereka sudah seperti grup acapella akustik yang profesional.

"YO SEND MEH YOR LOCASYEEEEN..."

Lalu mereka bertiga kembali bernyanyi seolah-olah lupa tujuan mereka hanyalah ke supermarket untuk membeli kebutuhan hidup satu minggu ke depan.

"Wah asik juga lo mbak, kok lo tau Khalid?" Tanya Febi yang kemudian memutar tubuhnya agar lebih bisa melihat Senna

"Oh, My God. Gue suka banget sama Khalid... Gue mau nonton kalo doi ada konser di Jakarta..." jelas Senna secara antusias dan mendapat perhatian dari dua anak muda di depannya

"Mantap, broh. Sama kita aja ntar, mbak. Lo ajakin juga tuh adek lo si Sandy..."

Kening Febi berkerut. "Lo kakaknya Sandy?"

"Kalian kenal adek gue?" Senna bertanya balik

"Iyalah!" Febi kemudian bersandar kembali dan memainkan ponselnya dengan cekatan, "Adek lo kan masuk jajaran cogan di sekolah. Wow..."

Senna hanya bisa melongo, "Hebat juga ya itu anak padahal pinter juga enggak..."

Febi yang mendengar itu hanya bisa menoleh kepada adiknya menahan tawa. Dia pikir Senna itu tipe perempuan yang akan langsung memuji adiknya karena tampan. Bukannya perempuan yang suka mengincar harta Papanya rata-rata itu begitu? Tapi Senna...

"Yang penting ganteng, kan..." kata Ares lalu tertawa dengan ringan. "Btw adek lo udah gue jadiin temen gue..."

Senna melotot mencondongkan tubuhnya di celah kursi penumpang dan kemudian memandang tajam Ares, "Weh, jangan diapa-apain adek gue..."

"Mau gue apain sih, ah... Kesel gue dinegativin mulu..." Ares mendorong kepala Senna untuk mundur ke belakang

Febi kemudian berkata kepada perempuan itu dengan santai, "Tenang aja, mbak. Adek lo itu bakat jadi tamengnya Ares kalo gue lagi pengen mukul ini anak..."

"What?" Senna menajam

Kedua anak itu malah tertawa dan kemudian sibuk menggelengkan kepala.

"Ampun deh. Gue kayaknya cocok deh sama adek lo, Mbak. Lo jangan merit sama bokap ya, biar gue sama adek lo aja..."

Senna langsung merah padam mendengar ucapan Febi. Adiknya, mau digebet Febi? Langkahi dulu mayatnya.

...

"Permisi, permisi..."

Beberapa orang memberikan jalannya kepada prempuan yang menenteng tas belanjaan di tangan kanannya sementara tangan kirinya sibuk menyentuh lengan orang-orang untuk memberinya jalan.

"Permisi..." katanya sekali lagi sampai dia tiba di tengah keramaian, "waduh..." katanya setengah terkejut ketika melihat keributan yang terjadi di tengah-tengah area bundaran supermarket, "Waduh bahaya ini bahaya..."

Ditengah-tengah kerumunan, empat anak remaja yang seumuran sedang sibuk. Dua orang gadis tarik-menarik sedangkan dua orang anak laki-laki sibuk mencoba melerai kedua gadis itu hanya saja mereka sepertinya takut salah mengenai bagian tubuh anak perempuan yang saling menjambak itu.

"Res! Lo yang bener, dong!" Tunjuk si bomber biru kepada cowok di depannya yang diketahui akhirnya bernama Ares.

Ares menggaruk tengkuknya sementara gadis di depannya sudah mulai berguling-guling saling mencakar. "Lo ambil cewe lo dulu baru gue ambil Febi!"

Keduanya setelah mengambil kesepakatan tanpa bicara akhirnya bersiap. Si Bomber biru mengangkat gadis yang memiliki bobot tubuh agak besar. Sedangkan Ares, mengambil Febi yang kemudian nyaris saja mencakarnya karena kesal.

"Lo bitch!"

"Lo pecu*!"

"Allahuma!!!!" Pekik Ares ketika Febi melompat sekali lagi dan berhasil dia tahan

"Yan! Udah, Yan!" Bentak si Bomber Biru kepada Diani, gadis yang masih saja berada dalam pelukannya

"Lepasin gue Ares! Buru! Ih, gue gigit lo!"

"San! Ih! Minggir! Kamu kok belain si peccn ini sih?! Kamu belain selingkuhan kamu kan, ya?!"

Belum juga selesai mereka saling mengumpat. Satpam sudah datang dengan tergopoh-gopoh dan kemudian mengamankan mereka berempat.

Beberapa orang bahkan ada yang mengikuti mereka sampai ke pos keamanan karena masih saja bertengkar dan saling melemparkan makian satu sama lain.

"Adek-adek. Nama... ayo nama cepat sebutkan!" Bentak satpam yang terlihat lebih besar dan duduk di depan mereka berempat. Setelah berhasil mendudukan mereka tentu saja.

Baik kubu Febi maupun kubu perempuan yang bermusuhan dengannya sama-sama tidak menyahut. Mereka sibuk membuang pandangan satu sama lain sementara Ares dan Sandy menatap Security dengan agak sedikit takut.

Di belakang mereka, Senna menatap adiknya dengan kebingungan karena tidak sengaja menemukan Sandy di supermarket dekat apartement Sean. Gawat ini gawat. Akhirnya dia memberanikan diri menyapa sekuriti yang sejak dari tadi dia ikuti karena ke empat anak yang bertengkar itu.

"Maaf, Pak..."

Semua mata menoleh kepada Senna dan perempuan itu sudah menelan ludah karena adiknya menatap dengan kebingungan.

"Kakak...?"

Senna hanya bisa tersenyum canggung ketika melambaikan tangan kepada adiknya

IFMJIYWhere stories live. Discover now