14

17.7K 1.5K 27
                                    

Ares memainkan gadgetnya sambil sesekali menoleh kepada saudara kembarnya. Anak cowok itu sedang tidak ingin bergerak ke sana kemari karena sudah terlalu nyaman dengan posisi mengkerut diatas sofa.

Sementara Febi sibuk memperhatikan Senna yang mengiris potongan sosis. Perempuan itu tampak canggung di dekatnya. "Lo calon mama tiri kita? Lo pacar bokap gue? Atau mainannya doang?"

Senna meringis, menyisihkan potongan sosis juga paprika ke piring lalu mengambil nanas di dekatnya, "Bukan... Bukan semuanya..."

"Oh... Lo dibayar buat..." Febi melirik dengan ekor matanya, "Hm... Oke, gue bisa ngerti..."

Perempuan itu meringis. "Kalian kelas berapa?" Senna memberanikan dirinya bertanya. Sebenarnya dia cukup canggung bertemu dan makan malam bersama anak Sean. Tapi pria itu sedang bicara di kamarnya entah dengan siapa, berpesan kepada Senna untuk menyiapkan makan malam yang sudah sangat terlambat dan mengatakan kepada perempuan itu untuk menginap karena jam malam kosnya sudah lewat.

Febi menghela nafas, "Sepuluh..." anak gadis itu mengambil gelasnya dan hanya menangkupkan kedua tangan kecilnya di sekeliling cangkirnya

Senna yang menyadari anak gadis itu kedinginan, mengambil termos air hangat di dekatnya lalu menuangkan sedikit ke dalam cangkir Febi.

"Thank you..." ucap Febi lalu memutar-mutar cangkirnya

Perempuan itu terdiam sebentar. Dia tersenyum hangat menyadari kalau anak-anak Sean ternyata tidak segalak yang dia kira. "Sekolah dimana?"

"Di deket kantor Papa..."

"Oh, iya-iya..." Senna kembali sibuk menyiapkan potongan cumi yang dibaluri dengan tepung. Sepertinya saus asam manisnya tidak akan banyak membantu. "Kenapa gak suka nasi goreng?"

Febi menghela nafas kembali, dia ingat tadi menolak mentah-mentah ide Senna yang akan memasak nasi goreng untuk dirinya dan kembarannya. "Trauma, bikinan Mama gak enak..."

Senna menganggukkan kepalanya.

"Lo kenapa mau dibayar sama Papah kayak gitu?" Febi menatap langsung kepada manik mata Senna kemudian bicara kembali, "Lo gak takut hamil?"

Senna tidak tahu harus mengatakan apa. Dia cukup terkejut mendengar pertanyaan Febi. Anak perempuan ini menanyakan hal yang sangat krusial kepada dirinya

"Feb..." panggil Ares dari arah sofa dan kemudian melirik kepada kakak kembarnya, "Kita udah janji. Inget janji sama Mama Papa..."

Febi memutarkan bola matanya malas. Dia mendengus kemudian menatap air bening di dalam cangkirnya. Beralih menatap Senna kemudian dengan kesal bicara kepada perempuan itu, "Cepetan masaknya..."

...

"Sorry banget, Sen. Gue gak tau kalo Mama mereka bakalan ngirim mereka ke gue semalem. Gue pikir karena Febi baru keluar dari rumah sakit, bakalan pulang ke rumah orang tua Mamanya..." Sean menghentikan mobilnya dan mematikan mesin mobil untuk bicara lebih lama. "Gue bakalan hapus video yang Ares maksud terus lo bisa pergi kalo mau... Yah, sapa pula sih yang mau kan ya main ama gue"

Senna menyandarkan tubuhnya ke pintu mobil dan menatap Sean yang sibuk merapikan rambut pada kaca tengah. "Setelah gue pikir semaleman sama tadi pagi..."

Sean menoleh kepadanya

"Lo bilang lo mau bayar gue, ya kalo gue bantu urusan rumah juga sama jaga anak-anak?"

Pria itu menganggukkan kepalanya, "Yah, semacam asisten rumah tangga plus-plus..." Sean menyunggingkan senyum penuh maknanya, "Tapi tenang aja, gue bayar. Sebagai bentuk apresiasi ngadepin anak kembar gue..."

Senna merasa canggung. Pria didepannya terdengar tidak malu dan sangat bangga mengucapkan anak kembar milik pria itu. Sesuatu yang sangat tidak pernah Senna temui pada pria single dengan anak di luar pernikahan.

"Jadi?"

"Dengan beberapa kondisi, sih"

"Wah jadi pinter nawar, ya? Kebanyakan gaul sama Lutfi..." Sean bersandar pada pintu di belakangnya dan membuat mereka behadap-hadapan sekarang

"Yah..." Senna menganggukkan kepalanya, "Buat memastikan kalo gak ada lagi orang yang tau hubungan kita..."

"Hubungan?" Sean menaikkan satu alisnya

"Hubungan kerja..." koreksi Senna

Sean hanya membulatkan bibirnya mengerti. "Apa? Syarat dan ketentuan yang berlaku? Gue gak mungkin kan mesti bayar miliaran cuma buat semua ini?"

Senna mendengus. "Gak..." perempuan itu kemudian memikirkan hal paling sederhana yang bisa mereka lakukan pertama-tama. "Pertama, bilang sama mereka kalo kita ini seperti apa. Gue gak mau ada lagi yang tau kegiatan kita..."

"Easy. Gue juga gak mau dicap laki-laki hidung belang walaupun gue sebenarnya kayak kelinci jantan..."

"Iyuh..." Senna meringis sendiri, "Kedua, gue ini asisten, alias sekertaris sepupu lo yang masih dalam masa training..."

"Gue tau dan paham maksud lo..." Sean memotong ucapan gadis itu dan menambahkan, "Hanya masak makan malem buat mereka, belanja kebutuhan, sama..." Sean menaikkan satu sudut bibirnya, "Ck, jadi tegang lagi gue..."

Perempuan itu melotot seketika, "Gosh. Kenapa gue jadi enteng banget sih ngambil keputusan, sejak jual diri ke lo..."

"Yah, ngapain dipikir berat kan? Pas kita sex juga lo yang enak..." lalu Sean melihat bagaimana kesalnya Senna menatapnya tajam

"Gue minta bayaran perminggu sama lemburan!!!!!"

"Siyaaaaapppppp anak sultaaaan"

IFMJIYWhere stories live. Discover now