Sepuluh

230 61 72
                                    

Ramein setiap paragraf nya yaaa ^_^

°°°

Pagi ini rasanya begitu nikmat. Ditemani burung-burung yang sibuk menari dan tak lupa berbagai macam tumbuhan yang mulai bekerja kembali. Sehingga udara pagi ini terasa sejuk.

Alanska menginjakkan kakinya pada koridor dimana kelasnya berada. Mungkin ini terlalu pagi, sebab sedari tadi ia belum melihat murid yang berlalu lalang.

Namun sepertinya Alanska telah salah, di depan nya terdapat seorang gadis yang berjalan menuju ke arah kelas nya. Sepertinya Alanska mengenali gadis itu.

"Azalea!" Suara boriton khas Alanska memenuhi seisi koridor. Ia berlari menghampiri gadis yang beberapa detik lalu jatuh pingsan di depan kelas.

Tak perlu tunggu lama Alanska segera membopong Azalea menuju UKS yang tak jauh dari kelasnya.

Sesampainya di UKS, Alanska tak henti-henti nya menggenggam tangan Azalea. Tubuhnya begitu dingin, wajahnya pucat. "Lea bangun," lirih Alanska sambil mengusap tangan Azalea.

Alanska menatap wajah Azalea yang masih tertidur, matanya sayu, tercetak jelas disana lingkaran hitam yang menghiasi matanya. Terlihat kacau, namun tetap cantik bagi Alanska.

"Udah gue bilang, lo jangan sakit."

Alanska terdiam, sesekali mengeratkan kembali genggaman nya. "Kalo lo sakit, entar gue bingung harus ganggu siapa." Lanjutnya seraya menarik seulas senyum tipis.

Tangan Azalea mulai kembali bergerak, dan kembali membuka matanya perlahan. "Alan." Lirih Azalea pelan namun masih dapat terdengar oleh Alanska.

"Iya."

"Makasih," tutur Azalea.

"Untuk?" Tanya Alanska bingung.

Azalea melepas genggaman tangan Alanska. Dan menaruh tanganya pada punggung tangan Alanska. "Untuk semuanya." Ujarnya sambil tersenyum.

Ini waktunya, Azalea bersikap baik pada Alanska. Sebab tidak ada guna nya lagi ia menunggu Atta dengan harapan yang tak pasti. Menunggu hanya akan membuatnya sakit, terutama hati dan juga raga.

"Urghh ... "

Pinggang sebelah kanan Azalea mulai terasa sakit lagi. Tangan nya mencengkram erat pinggangnya. Berharap rasa sakit itu segera pergi. Alanska yang melihatnya langsung bertindak.

"Sakit?"

Azalea hanya menggangguk kecil. Ini terasa sangat sakit dari sebelumnya.

"Sudah makan?"

Azalea menggeleng. Ia tidak sempat menyantap nasi goreng di atas meja makan. Sebab dirinya sudah sangat muak dengan apa yang kedua orang tua nya lakukan.

"Bisa jalan? Kita ke kantin ya."

Azalea berusaha bangun dari posisi tidurnya. Dibantu oleh Alanska, Azalea turun dari ranjang dan mulai berjalan keluar UKS.

Sesampainya di kantin, Alanska langsung memesankan satu bubur ayam tak lupa jeruk anget untuk Azalea.

"Untuk den Alan? tumben pagi-pagi banget belinya?" Tanya Mba Ningsih pada Alanska sembari menyiapkan pesanan Alanska.

"Bukan, tapi untuk calon pacar. Doain ya Mba biar cepet resmi." Ucap Alanska mantap.

Mba Ningsih hanya mengangguk, "den Alan duduk aja, nanti biar saya antar."

"Iya ini mau duduk, kasian calon pacar sendirian."

Ada-ada aja anak jaman sekarang. Jaman saya dulu mana tau cinta-cintaan sampe dibeliin bubur ayam. Paling cuman adu undur-undur, maklum anak pantai. Batin Mba Ningsih sambil terkekeh geli.

FLOWERIST  Où les histoires vivent. Découvrez maintenant