Chapter 34

2.2K 334 18
                                    


Jongin tidak pernah merasa sepuas ini sebelumnya. Bibirnya bahkan tak henti tersenyum lebar sesaat setelah ia mendengar bahwa ada banyak sekali kolega bisnisnya yang memuji dan semakin gencar ingin berinvestasi di perusahaan milik sang ayah yang sudah cukup lama dikelolanya.

Jongin memandangi langit siang yang cerah dari balik jendela besar ruangannya. Cuaca seperti ini biasanya tidak pernah membuat Jongin senang, tetapi untuk sekarang―dan entah sampai kapan―Jongin tidak lagi memandang kecut cerahnya langit siang dan menyambutnya dengan seulas senyum senang. Ah, sungguh, kalau saja bukan karena pemberitahuan tentang keberhasilannya itu, mungkin Jongin tidak akan pernah menunjukkan senyumannya lagi kepada siapa pun dan membiarkan awan mendung mengikutinya ke mana saja di atas kepalanya.

Kala perutnya berbunyi tanda meminta diisi, Jongin memutuskan untuk keluar ruangan menuju kafetaria perusahaan. Dia menggunakan lift untuk sampai ke lantai satu hingga tak lama, ia melihat ada kerumunan cukup besar di depan lift lain yang berjarak agak jauh darinya. Jongin terkejut begitu ia mengetahui hal apa yang menyebabkan kerumunan itu ada.

Park Eunhee, Wendy dan ketiga orang pegawai lainnya saling berdiri berhadapan seraya melontar kata entah apa itu―tidak terdengar sama sekali.

Jongin tahu, ada yang tidak beres di sana. Dia hendak melangkah untuk menghampiri kelima orang itu, namun langkahnya tertahan kala Sehun sudah tiba lebih dulu di samping Eunhee dan merangkul bahunya hangat nan mesra.

Beberapa saat setelahnya, kerumunan itu perlahan berkurang. Ketiga pegawai wanita di hadapan Eunhee pun membungkukkan badan sedalam-dalamnya pada Sehun sebelum bergegas pergi meninggalkan posisinya keluar bangunan perusahaan.

Dari kejauhan, Jongin bisa melihat sudut-sudut bibir Eunhee tertarik ke atas. Senyuman itu tentu saja ditujukan untuk Sehun. Dan selanjutnya, mereka saling berpelukan.

Jongin terdiam sesaat di tempatnya. Matanya tak lepas memerhatikan Sehun dan Eunhee yang telah melepas pelukan itu untuk berbicara pada Wendy. Akhirnya, Jongin turut melangkah mendekat hingga ia mendengar mereka bertiga yang tengah membahas tentang makan siang hari ini.

"Apa aku juga boleh bergabung?" Jongin tidak tahu kenapa ia bisa semudah itu berkata di saat jantungnya berdegup keras. Keenam pasang mata itu sontak tertuju ke arahnya.

Perlahan, Jongin sadar kalau Eunhee tengah melemparkan senyum kecil untuknya, sehingga tanpa berpikir banyak, Jongin membalas senyuman itu.

---oOo---

Kafetaria yang mereka pilih rupanya sudah cukup ramai. Wangi aroma makanan segera menyebar di udara hingga menusuk-nusuk indra penciuman. Beruntung mereka berempat menemukan meja kosong meski letaknya berada di tengah ruangan, bukan di samping jendela besar seperti yang diinginkan.

Lima belas menit berlalu setelah mereka sudah mendapat pesanan masing-masing. Berbagai macam pembicaraan ringan mengalir begitu saja di saat mereka menyantap makan siangnya. Dan ketika Sehun tiba-tiba mengangkat sebuah pembicaraan yang tidak ada hubungannya dengan topik sebelumnya, Eunhee, Wendy dan Jongin tersedak oleh makanannya yang belum ditelan. Lalu, dengan gerakan terburu-buru, mereka menandaskan minumannya hingga nyeri di tenggorokannya menghilang.

"Apa kau gila?!" pekik Eunhee tertahan setelah tenggorokannya tak lagi diliputi nyeri. "Bagaimana bisa kau memutuskan semudah itu?!"

Sehun seakan tidak terganggu oleh suara Eunhee, walau kenyataannya Jongin, Wendy serta pengunjung kafetaria lain dapat mendengar nada bicara ketus sang gadis dan menatap ke arah meja mereka selama sesaat. Rasanya, Wendy ingin mengubur dirinya sekarang juga, sementara Jongin berbisik pelan, "Aku tidak bersalah, aku tidak bersalah."

Her, Who I LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang