01

31K 1.8K 32
                                    

Sembilan tahun kemudian.

"Akira, sarapan dulu!" seru seorang wanita.

Gadis berusia tujuh belas tahun itu berlari dari ruang tamu dan memeluk dari belakang wanita itu yang tengah menyiapkan makanan di meja makan. Matanya terpejam memanjatkan rasa syukur karena bisa bertemu dengan malaikat yang tengah dipeluk olehnya, dengan sayang ia mengecup pipi wanita yang lima tahun terakhir menjadi ibunya.

"Hari ini kau akan masuk sekolah formal biasa, ibu sudah menyiapkan sarapan special untuk ini, jadi kau harus menghabisinya agar bisa bersaing dengan teman-teman barumu nanti."

Akira melepas pelukannya, menatap ragu pada ibunya, membuat wanita itu menghadapkan tubuhnya, memegang kedua bahu Akira.

"Sayang, ibu yakin kau pasti bisa. Kau hanya gugup saja."

Akira menundukkan kepalanya, seminggu yang lalu ia mendapat rekomendasi dari sekolah luar biasa tempatnya menimba ilmu selama ini untuk memindahkan Akira kesekolah formal biasa karena nilai akademis Akira yang bagus dan melatih Akira untuk bisa bersosialisasi dengan lingkungan baru karena selama ia di panti asuhan ia seperti terisolasi karena cacat yang disandangnya.

"Ibu ingin kau berbaur dengan yang lainnya, kau harus bisa melakukannya." Ujar ibunya lembut membuat Akira menatapnya. "Percaya diri, itu modal utama, dan tunjukkan kecerianmu yang selalu kau tunjukkan pada ibu kepada oranglain." Lanjutnya memberi semangat.

Perlahan Akira tersenyum, lalu mengangguk, dengan semangat ia mengambil tempat duduk untuk sarapan. Ia sangat merasa bersyukur bisa bertemu dengan Monica.

----

Seorang pemuda berambut hitam legam itu menyeringai, menunjukkan taringanya yang runcing, sudut bibirnya yang penuh dengan darah segar. Lalu sebelah tangannya mengusap darah tersebut, menatap satu persatu manusia serigala yang beringsut melihatnya. Baru saja ia menghisap darah manusia untuk menyegarkan tubuhnya karena ia sudah bertekad untuk menghabisi sang alpha penjaga pack perdamaian.

"Katakan dimana alpha kalian!" serunya mengancam.

Brush!

Sesuatu baru saja meloncat kehadapannya, hingga tanah disekitarnya sedikit bergetar. Seorang pria muda berdiri dengan gagah dengan senyum samar.

"Kau salah satu putra angkat Daniel?"

Pemuda itu mendengus.

"Katakan siapa yang telah membunuh ayahku?" tanyanya lagi.

"Tenang, Gabrielle, aku Arnold dan aku tahu siapa yang membunuh ayahmu."

"Katakan siapa dia!?" raung Gabrielle marah.

Pria yang bernama Arnold itu terkekeh,

"Kau yakin mampu menghabisi seorang alpha yang mendapat gelar alpha penjaga kedamaian dari Moongodess? Ayahmu saja mati karenanya-"

"Katakan!?"

"Alpha Juna," ia mengulurkan sobekan kain padanya, membuat Gabrielle menghirup aroma yang membekas didalam kain tersebut.

Tanpa banyak bicara Gabrielle melesat pergi meninggalkan sekawan manusia serigala, dan membuat Arnold tersenyum senang. "Sebentar lagi, ia akan mendapatkan kutukan, jika berhasil membunuh alpha terkuat."

----

Seorang pria baya berjubah menghentikan langkahnya ketika seseorang menghadangnya, ia tersenyum seakan menyapanya.

"Hallo Gab, kau sudah tumbuh menjadi remaja." Sapanya.

"Tutup mulutmu." Desis Gabrielle, matanya kini berubah menjadi merah.

My Savior Mate (Diterbitkan)Where stories live. Discover now