20 - Ungkapan Tak Terduga

11.4K 1.5K 293
                                    

Rasulullah saw, bersabda, "Sesungguh-nya Allah mempunyai para malaikat yang senantiasa berkeliling di bumi yang akan menyampaikan salam kepadaku dari umatku."
[HR. An-Nasa’i, Al-Hakim 2/421]







❤❤❤


Dion Awan Angkasa.

Seseorang yang akan tampak layaknya ilmuwan muda menawan jika mengenakan jas laboratoriumnya. Pernah menjadi bagian dari Badan Eksekutif Mahasiswa dengan pemikiran-pemikiran cemerlang. Gigbags berisikan gitar yang tercangklong di bahunya hampir setiap hari. Suaranya pun merdu, terdengar begitu menenangkan.

Mengingat sosok Dion, Aira tak bisa menghapus momen kebaikan yang pernah cowok itu lakukan untuknya. Waktu itu ketika mereka masih menjadi mahasiswa baru. Saat ospek berlangsung, Aira lantas kalang kabut karena telah meminum air mineral yang seharusnya dikumpulkan. Aira kira, air mineral itu nantinya juga akan diberikan pada mereka sendiri, bukannya dikumpulkan bersama makanan teka-teki lainnya.

Melihat para Gaklin (Penegak Disiplin)—semacam Komisi Disiplin yang beranggotakan kakak-kakak tingkat  sangar—yang kian mendekat, Aira tambah menciut.

Menyadari kegelisahan Aira yang duduk di sebelahnya dan botol air mineral gadis itu yang hanya tersisa setengah, Dion menukar botol itu dengan botol air  miliknya yang masih bersegel. Aira terperangah. Dan sebelum Aira sempat mengatakan apa pun apalagi berterimakasih, Dion telah diseret Gaklin ke depan barisan untuk menerima hukuman.

Sejak saat itu, Aira diam-diam memerhatikan Dion.

Dion yang senang melucu. Dion yang memiliki banyak teman. Dion yang selalu diandalkan para dosen. Dion yang memenangkan lomba Karya Tulis Ilmiah tingkat nasional.

Jujur, Aira kagum padanya.

"Yumna awas!" Aira terkejut saat Hafi menarik tangannya. Detik selanjutnya, gulungan karpet tebal yang tadinya berdiri di sudut ruangan, jatuh ke lantai dan berdebum cukup keras.

Cepat-cepat, Hafi melepaskan genggamannya. "Kamu nggak apa-apa?"

Aira yang masih syok hanya mengangguk seadanya. Hafi pun beranjak untuk menggeser gulungan karpet itu ke tepi ruangan. Sekarang mereka sedang bersiap untuk acara penutupan pekan iman dan takwa yang dilaksanakan pada aula panti asuhan ini.

Memandang punggung Hafi yang semakin menjauh, hati Aira berdesir. Netranya melirik tangan yang tadi digenggam oleh Hafi. Jantungnya kian berdebar. Suara Hafi yang tadi memanggil nama tengahnya terus terngiang-ngiang di telinga.

Di sisi lain, Gina yang bertugas sebagai pembawa acara pun sibuk bersiap-siap. Gadis itu tampak manis dengan gamis juga hijab berwarna abu yang menutup kepalanya. Tak jauh dari Gina, Dion sedang sibuk memperbaiki salah satu mikrofon yang dari tadi bermasalah, ia duduk bersila di kelilingi oleh speaker dan kabel-kabel sound lainnya. Dion menghapus peluh dengan kaos lengan pendek bergambar band cadas yang ia kenakan. Sedangkan baju kokonya masih terlipat dengan rapi di jok motor.

Gina terkekeh geli melihat Dion pakai sarung sama kaos begini. Dia teramat fokus dengan pekerjaannya.

Satu kata, ganteng.

Hehe.

"Nih, coba tes." Dion mengulurkan mikrofon yang sudah ia utak-atik pada Gina.

Gina mengetuk moncong mikrofon menggunakan satu jari sebelum mengeluarkan suaranya, "Tes. Cek satu dua. Satu dua."

Gina mengacungkan jempolnya dengan mata berbinar-binar. Dion ini multitalenta sekali ya. Sepertinya kecerdasan jamak yang dikemukakan Prof. Howard Gardner Dion borong semuanya.

Halal Zone (SEQUEL FANGIRL ENEMY) [complete]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang