Part 10

112 13 8
                                    

Thomas dan teman-temannya pun telah sampai di taman belakang rumah Thomas. Mereka pun menyisakan sebuah tempat kecil yang berisi 2 ayunan yang sudah terdengar agak reot, lama tidak diperbarui. Thomas memandangi kedua ayunan itu, mengingatkannya pada masa kecilnya dengan Deedee yang sering bermain ayunan bersamanya sambil mengobrol dan bercanda. Ah, Thomas rindu masa-masa itu, mengingat kini mereka bukan anak-anak lagi untuk memainkan hal seperti itu. Thomas memperhatikan teman-temannya yang sibuk berdiskusi dan mondar-mandir seperti orang linglung. Thomas pun menghampiri mereka.
"Eh, gini aja deh, gue aja yang nyiapin semuanya, kalian gak perlu susah-susah, orang gue yang mau nembak. Lagipula gue gak terlalu suka hal-hal yang berlebihan dan bermewah-mewahan. Dan gue yakin Teresa juga begitu,"
Jelas Thomas panjang lebar. Semuanya memandang ke arah Thomas. Lalu Newt berdiri dan menepuk pundak sahabat sehidupnya itu, lalu tersenyum dan mengangguk.
"Semoga berhasil, bro,"
Ucap Newt yang lalu pergi sambil mengerlingkan mata. Semuanya melakukan hal yang sama, karena menganggap Thomas usdah cukup dewasa untuk memikirkan persiapan yang begitu matang meskipun hanya itu saja (udah kayak mau ngelamar ni si Thomas :v). Thomas pun mulai menelepon Teresa.

Tuuutt...
Tuuuutt...

"Iya Tom?"
"Winston udah beres?"
"Belum nih, mau dikasih liptint dulu,"
"Ungg udahan dulu deh, ada sesuatu yang mau diomongin,"
"Yahh, belum beres, Tom,"
"Ini penting, Tres, antara hidup dan mati," (:v?)
"WHAT?! SIAPA YANG MATI?! OKE AKU KESANA SEKARANG,"

Tuuutt...

Thomas menurunkan ponselnya dari telinganya, lalu terdiam, dan duduk di atas salah satu dari kedua ayunan yang sudah reot tersebut.

~

Tap! Tap! Tap!
Suara langkah kaki yang tampaknya sedang berlari semakin mendekati Thomas yang kelihatannya terlalu gugup.
"Tom!"
Suara lembut mengagetkan Thomas. Ia melihat seorang wanita cantik berambut hitam kecokelatan berdiri di hadapannya dengan napas tersengal-sengal. Dibelakangnya ada Sonya dan Harriet yang tampaknya mengerti apa yang akan terjadi. Kedua perempuan itu segera bersembunyi di balik semak-semak.
"Si-siapa yang mati...?"
Tanya Teresa dengan napas yang tersengal-sengal. Thomas berusaha menahan tawa.
"Gaakk, aku cuma bercanda, sekarang duduk dulu deh,"
Jawab Thomas sambil menunjuk ke arah ayunan di sebelahnya. Teresa dengan wajah bingungnya duduk perlahan di atas ayunan.
"Terus?"
Tanya Teresa bingung. Thomas menghembuskan napas, tingkat gugupnya sudah mencapai stadium 4.
"Kriteria laki-laki yang kamu sukai itu kayak gimana?"
Tanya Thomas.
"Si Thomas ngapain kek begitu dah, hancur udah,"
Bisik Frypan yang disambut suara "Ssshh," dari Winston. Teresa semakin bingung, namun dia menjawab saja.
"Yang pastinya baik, percaya diri, cerdas, romantis, humoris, dan lain-lain,"
Jawab Teresa. Menyadari bahwa ia tidak termasuk kriteria yang Teresa sebutkan, Thomas menghela napas, merasa sudah agak menyerah karena gadis yang ia sukai bisa jadi tidak menyukainya.
"Tapi-"
"Yaudah deh, kalo gitu, siapa orang itu?"
Ucap Thomas memotong ucapan Teresa. Serentak, semua yang sedang bersembunyi menepok jidat kecuali dengan Minho dan Aris.
"Buset dah,"
Bisik Frypan, lagi. Teresa terdiam, tidak terlalu mengerti dengan ucapan Thomas.
"Mau tau banget?"
Tanya Teresa menggoda Thomas dengan senyumnya. Harriet dan Sonya tersenyum kecut, bersiap jika saja Teresa yang nembak Thomas duluan. Sedangkan para anak laki-laki terdiam cemas karena mereka tidak tau siapa orang yang disukai Teresa. Rasa putus asa Thomas sedikit mereda. Karena tidak sabaran, Thomas pun segera menarik Teresa untuk beranjak dari ayunan.
"Oke, gini, sebelum kamu ngasih tau siapa orang itu, aku pengen bilang sesuatu,"
Ucap Thomas. Teresa yang masih linglung pun hanya terdiam.
"Jadi, gini, udah dari kecil... aku.. uh...,"
Ucap Thomas gelagapan, sedangkan semua yang bersembunyi tampaknya sudah geregetan tidak sabaran.
"Sebenarnya udah lama aku tertarik sama anak perempuan yang namanya Teresa. Dia baik, cantik, perhatian, pokoknya semua yang menggeser kriteria-kriteria perempuan yang aku sukai,"
Ungkap Thomas. Semuanya yang bersembunyi pun bersorak dalam diam. Teresa terdiam, tak bisa berkata-kata. Namun tak lama kemudian...
"Aku juga lagi suka sama anak laki-laki yang namanya Thomas, udah dari kecil sih, tapi, selama ini ngiranya dia nggak suka sama aku, jadi...,"
Ucap Teresa menghela napas. Thomas terdiam, lalu menggenggam tangan Teresa.
"Jadi... gimana kalau mulai sekarang aku matahari, dan kamu tanamannya?"
Tanya Thomas. Sesaat, Teresa tertawa kecil.
"Iya aku mau,"
Ucap Teresa. Semuanya pun keluar dari tempat persembunyian.
"Dare accomplished!!"
Teriak mereka semua sambil berlari ke arah dua pihak dan teriak-teriak gak jelas.

~Bersambung~

Outside the Maze (The Maze Runner Fanfic)Where stories live. Discover now