Part 8

80 8 0
                                    

Sebuah kalung bertali emas dan berliontin plastik menjuntai pada tangan Thomas

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sebuah kalung bertali emas dan berliontin plastik menjuntai pada tangan Thomas. Thomas tersenyum senang, seperti baru saja mendapatkan seorang anak (ciee :v). Thomas pun teringat masa-masa ketika masa kecilnya masih diwarnai oleh persahabatannya dengan Deedee atau Teresa kecil.

~

"Stephen, besok aku berulang tahun!"
Seru Deedee saat melihat Stephen yang sedang asyik duduk diatas ayunan. Stephen menoleh ke arah Deedee dengan tatapan panik. Deedee mengerutkan dahi.
"Kenapa? Kau tidak ingat?"
Tanya Deedee yang wajahnya berubah sedih.
"E-eh, a-aku ingat kok!"
Ucap Stephen, meskipun sebenarnya ia tidak ingat (:v). Deedee terdiam sejenak, lalu duduk diatas ayunan yang terletak di sebelah ayunan yang dinaiki Stephen.
"Apa yang akan kau beri untukku?"
Tanya Deedee bersemangat. Stephen pun berpikir dengan keringat dingin, berusaha untuk mencari alasan.
"I-itu... rahasia...,"
Jawab Stephen sambil tertawa garing. Deedee menghela napas, lalu tersenyum.
"Baiklah, sampai juga besok, Stephen!"
Seru Deedee yang lalu berlari pergi meninggalkan Stephen sendirian. Kini ia harus berpikir keras untuk mencari hadiah yang pas untuk sahabatnya itu.

~Keesokan Harinya~

Stephen berlari terburu-buru menuju rumah Deedee, kaki-kakinya yang mungil tidak dapat membawanya berlari sekencang mungkin. Saat sudah sampai, ia melihat seorang gadis kecil berwajah murung di depan rumahnya. Stephen tersenyum, lalu menghampiri gadis kecil tersebut.
"Deedee, selamat ulang tahun! Aku membawakan sesuatu untukmu!"
Seru Stephen bersemangat. Melihat itu, Deedee tampak berseri-seri dan menerima kotak pemberian Stephen. Ia membuka kotak tersebut, dan melihat seuntai kalung emas dengan liontin plastik berinisial "D" yang berwarna biru. Deedee pun terlihat sangat bahagia dan memakai kalung berukuran kecil tersebut di leher mungilnya.
"Terimakasih, Stephen! Kau sahabat terbaikku!"
Ucap Deedee yang kemudian memeluk Stephen.

~

Memang lucu jika mengingat bahwa kalung tersebut sebenarnya polos tanpa liontin, sehingga Thomas mencari sesuatu untuk dilubangi dan dijadikan liontin kalung tersebut.
"Tom?"
Teriak Teresa dari luar. Thomas langsung menyimpan kalung tersebut di dalam saku celananya dan mengembalikan kotak itu kebawah tempat tidur. Tak lama kemudian, Teresa pun membuka pintu dan mendapati Thomas yang sedang duduk di lantai.
"Tadi kamu jatuh ya?"
Tanya Teresa. Thomas pun bergumam pelan dan mengangguk. Teresa tersenyum kecut.
"Cari coklat, yuk?"
Ajak Teresa. Membeli hal-hal yang berbau coklat sudah menjadi tradisi tersendiri bagi Thomas dan Teresa ketika bosan selain pergi ke taman belakang rumah Thomas.

~Beberapa Minggu Kemudian~

Ibu Teresa baru saja pulang dari rumah sakit tadi pagi diantar oleh Thomas. Sedangkan Teresa begitu menyesal karena tidak ikut bersama Thomas, ia harus pergi mengambil hasil foto ia dan teman-temannya saat photoshoot kemarin. Tak lama kemudian...
Cklek...
Pintu rumah terbuka dan tampaklah seorang wanita berambut kecoklatan yang sedang membuka sepatunya. Ia pun masuk ke dalam rumah dan memeluk ibunya yang sedang duduk diatas kursi roda. Thomas tersenyum melihat itu.
"Maaf ya ma, dianterinnya sama Tom. Teresa harus bawa-bawa ini dulu...,"
Ucap Teresa sambil menunjukkan sebuah tas selempang berisi banyak foto teman-temannya.
"Wah? Coba sini mama lihat,"
Ucap ibunya yang kelihatan antusias. Teresa pun memberikan tas selempang tersebut dan menceritakan kejadian-kejadian di tempat photoshoot sampai ibunya tertawa.
"Eh yang aku jangan diliatin dong...,"
Sergah Thomas saat mereka hendak mengambil foto Thomas.
"Kenapa? Kan ganteng~"
Bujuk Teresa dan pada akhirnya Thomas pun mengalah.
"Cie... aih udah saling memuji aja nih...,"
Ucap ibunda Teresa. Thomas dan Teresa pun hanya tersenyum-senyum malu.

~

"Nanti kalau mau minum lagi bilang sama Teresa ya, ma,"
Ucap Teresa sambil mengelap tangannya menggunakan tisu. Sedangkan Thomas yang sedang duduk di teras rumahnya yang berseberangan dengan rumah Teresa itu tampak bosan. Sesekali melamun, sesekali tersadar. Ibunda Teresa pun menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Teresa, kamu ajak Tom ke taman belakang atau kemana kek... kasian tuh liat,"
Ucap ibunda Teresa yang membuat Teresa melihat apa yang ibunya lihat. Ia hanya tersenyum tipis.
"Dia emang sering gabut kok, ma. Waktu kemarin nginep disini aja banyak ngelamun,"
Jawab Teresa sambil duduk dibawa ibunya. Ibunda Teresa bergumam.
"Sekali-sekali lah kamu jadi pengisi kebosanan buat dia... nanti kalo udah jadi pengisi kekosongannya kan kamu tiap hari harus bikin seneng Tom...,"
Ucap ibunda Teresa sambil tersenyum, tampak menggoda Teresa. Teresa mengerutkan dahi.
"Pengisi kekosongan? Itu-"
Ucapannya terpotong saat mendadak ia mengeti apa yang diucapkan oleh ibunya. Pipinya pun memerah dan menyenggol tangan ibunya pelan. Mereka berdua tertawa.
"Nah, udah ah sana, ajak main Tom. Mama juga lagi mau sendiri, ya sekali-sekali...,"
Ucap ibunda Teresa sambil tersenyum. Teresa menghela napas. Lalu mengangguk dan berpamitan kepada ibunya. Ia segera melesat dan mengajak Thomas untuk pergi ke taman belakang rumah Thomas dengan bersemangat. Tangannya tampak menarik tangan Thomas hingga ia kewalahan. Ibunda Teresa yang melihat itu pun tersenyum dibuatnya.

~Bersambung~

Outside the Maze (The Maze Runner Fanfic)Where stories live. Discover now