"Lagi apa, dek?" karena Jennie moodnya lagi bagus, dia manggil Felix pake embel-embel 'Dek'. Ga papa mumpung adeknya lagi nyambung.

"Duduk." jawab Felix singkat, padat dan hambar

Jennie muter bola matanya, "Iya, gue tau, gue juga tahu elu lagi duduk, yang gue maksud itu.. elu lagi ngapain." Jennie ngomong lambat-lambat kayak lagi ngomong ke anak paud.

"Buat lagu."

Jennie melipat tangan di depan dada sambil nyender ke kusen pintu, "Lagu?"

"Iya, buat Gab."

Huh?

"Gab?" Alis Jennie bertaut, "Gabriella, boneka lu maksudnya?"

"Iya."

"Kok bisa? Gab, kan cuma boneka mana tau dia.." Jennie ketawa ngeremehin, "Pake dibuatin lagu segala..yaelah.." dia ketawa lagi.

"Kak.."

"Apa?" Jennie masih ketawa.

"Di belakang kakak ada perempuan." kata Felix, diem sebentar, mandang ke balik bahu Jennie, "Tubuhnya hangus terbakar."

Wajah Jennie berubah tegang, "Apaan sih."

"Dia bilang namanya Nina."

"Sekarang dia di atas kepala kakak." telunjuk Felix nunjuk ke atas, "Nina gak nganggu tapi dia beberapa kali ikut Kakak pulang ke rumah."

"Kata Nina, dia dulu dibunuh di lokasi sekolah Kak Jen. Sekarang yang jadi kelas kak Jen." Felix diam bentar, matanya terpejam, lalu gak lama ngomong lagi, "Nina duduk di bangku kosong di belakang kursi kakak, dia suka ikut pelajaran," dia diem lagi, "kata Nina, walaupun dia sudah mati, dia masih suka belajar."

"Jangan bercanda, deh." wajah Jennie kaku, bulu kuduknya berdiri. Dia gak mau percaya. Tapi kenapa Felix tau ada bangku kosong di belakangnya? Perasaan gak pernah bilang.

"Kak.." Felix kayak menerawang, "Kata Nina juga.."

"GAK MAU DENGER!" Jennie kabur sambil tutup kuping.

Sejak saat itu. Jennie males banget ngebangun obrolan sama adeknya. Mereka cuma ngobrol kalau perlu-perlu banget.

Kata Jisoo, tetangga mereka, pasti Felix lahir dengan tulang rusuk renggang, kata orang dulu, anak yang lahir dengan keadaan kayak gitu pasti punya keistimewaan, Indigo kalau kata orang jaman sekarang.

Jadi, Jennie cuma menghela napas ketika masuk ke ruang makan dan disitu ada Felix beserta Gab, bonekanya.

Mereka berhadap-hadapan. Felix di kursi, Gab di depannya, diberdirikan di atas meja makan. Felix diem aja dan sesekali senyum-senyum sendiri.

Sekarang, sih Jennie udah biasa dengan pemandangan kayak gini. Udah makanan dia sehari-hari.

"Hayoloh, jangan berdiri aja dek, nutupin jalan." Kata Jae yang baru dateng dari kamarnya, dia nepuk kepala Jennie terus jalan ngelewatin Jennie, "Halo Lix, gimana sekolah barunya?" sapa Jae ke Felix.

"..."

Felix diem aja.

"Dek.." kata Jae lagi, "Kok diem?"

"Lagi ada di dunianya sendiri, bang" Jennie narik kursi di sebelah Jae, "Biarin ajaaaa."

"Dunianya sendiri?"

Jennie nunjuk Gab dengan dagunya, "Tuh, lagi sama Gab."

Jae angguk-angguk, dan mainin hapenya selagi nunggu PRT nyiapin makanan. Jennie ikut-ikutan main hape.

"Bang.." Tiba-tiba Felix nyelentuk.

Jae noleh, "Gimana, dek?"

Felix ngedeketin kupingnya ke deket Gab, lalu natap kakaknya lagi, "Kata Gab, kakak habis ditembak cewek ya?"

Jae diem bentar, kayak mikir. Agak kaget dia.

Jennie nyimak.

"Kok ta-hu?" kata Jae setelah pulih dari kagetnya.

"Dibilangin Gab."

"Hah?" Jae cengo.

Jennie nyengir, dia sih gak kaget sama polah Felix yang ajaib.

"Kak..Jen?" Sekaran Felix gantian lirik Jennie

"Apa?" saut Jennie ogah-ogahan.

Felix mengambil kertas dan mencorat-coret disitu, tangannya bergerak cepet di atas kertas ketika mengambar.

Setelah selesai dia mendorong kertas itu ke arah Jennie.



Setelah selesai dia mendorong kertas itu ke arah Jennie

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Gambar di atas kertas itu berisi seraut wajah pucat, bergaun putih, berkuku panjang yang berdiri di belakang Jennie



- "Nina ada di belakang kak Jen lagi, pake baju putih, rambutnya berantakan, dia masih sama kayak dulu. Nina bilang kalau kak Jen dengar tembok diketuk malam-malam, itu tandanya dia ada disitu"

Stray KIDS - Kelas XI IPSWhere stories live. Discover now