Bab Tiga

27.1K 4.5K 434
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.




Felix memejamkan mata sejenak, menunduk , dan menghembuskan napas panjang sekali.

Tatapannya berlanjut pada boneka manusia bergaya eropa klasik di tangannya. Lama sekali ia tatap boneka itu, seolah terhayut dalam sepasang manik hitam sang boneka. Mata mereka seolah, seolah seperti saling berkomunikasi. Seperti telepati.

Adalah Gabriella.

Gabriella.. Felix menamainya.

Dulu sekali saat Felix berusia sembilan. Dia mendapat boneka itu dari Mama, sebagai hadiah, katanya.

Bukan hadiah ulang tahun, juga bukan hadiah karena Felix berprestasi. Mama memberikannya karena Mama ingin Felix tidak murung dan menyendiri.

Felix memang anak pemurung yang sering menyendiri di kamar

Mama ingin Felix bermain seperti anak-anak sebayanya pada umumnya.

Tapi karena mama tahu Felix agak susah untuk bersosialisasi. Jadi, mama memberikan Gabriella untuk Felix.

Boneka Gabriella berfisik cantik, berambut cokelat puding, bergaun indah, cukup besar sebenarnya, 56 cm. Boneka itu didapat mama dari toko barang antik waktu bepergian ke Jepang. Felix senang sekali saat menerimanya. Seperti kakeknya, Felix suka sekali dengan barang antik, pokoknya dia suka yang klasik-klasik.

Dan niat mama bersambut. Felix pelan-pelan mulai bersedia berbaur dengan teman-temannya, mau bicara sedikit lebih banyak pada Jae. Menyapa kakak perempuannya Jennie.

Ya.., meskipun kerap kali Mama Felix mendapat aduan dari teman sepermainan Felix kalau Felix itu aneh, kata mereka Felix sering bicara sendiri dengan udara kosong, kadang-kadang dia malah membawa-bawa Gabriella dan bilang Gabriella juga mau ikut main.

Kata Jennie juga, mata Gabriella seperti hidup, kadang ketika lewat di depannya. Jennie merasa seperti diperhatikan oleh mata seseorang.

Padahal Jennie bukan penakut, dia jadi heran sendiri kenapa Felix betah banget main sama boneka itu, bahkan sampai bertahun-tahun hingga mereka pindah ke Indonesia, kebiasaan Felix tetap nggak berubah, Jennie heran.

Waktu dia ceritain ke Mama dan Papa, dua orangtuanya malah bilang itu tipuan optik aja dan nggak percaya.

Waktu curhat sama abangnya, Jae. Jennie cuma diketawain sambil dibilangin, "Makanya dek, jangan suka nonton film horror, deh."

Abangnya sama sekali gak memberi solusi.

Jadi, karena penasaran Jennie nanya sendiri ke Felix yang waktu itu ada di kamarnya.

"Lix.."

Felix noleh, "Kenapa kak?"

Jennie cengo, tumben Felix nyambung diajak ngobrol. Biasanya kan ditanyain apa jawabnya apa.

Stray KIDS - Kelas XI IPSWhere stories live. Discover now